Masih banyaknya guru dalam mengajar IPA yang hanya berpedoman pada bahan ajar Pemerintah menyebabkan siswa menjadi kurang aktif di dalam pembelajaran, sehingga diperlukan pengembangan media yang mampu membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis e-modul dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi benda tunggal dan campuran. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE. Subjek penelitian terdiri atas ahli materi, ahli media, ahli bahasa serta pengguna yang terdiri atas peserta didik dan guru, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah e-modul dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode nontes, yaitu dengan menggunakan instrumen berupa angket. Teknik analisis data menggunakan analisis data statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-modul yang dikembangkan memeroleh hasil validasi ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa dengan skor rata-rata sebesar 89,06%. Uji respon guru dan siswa terhadap penggunaan e-modul memeroleh skor 88,3% dan 92,6%. Simpulan penelitian ini adalah media e-modul dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi benda tunggal dan campuran telah memenuhi kriteria sangat layak dan sangat menarik untuk digunakan. Implikasi penelitian ini dapat membantu siswa memahami materi dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
ABSTRAKArtikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang sering kali muncul dan dihadapi guru di sekolah. Salah satu permasalahan yang sering kali terjadi adalah berkaitan dengan kondisi siswa yang dalam konteks ini adalah anak-anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki inteligensi yang signifkan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Anak tunagrahita mempunyai hambatan akademik yang sedemikian rupa sehingga dalam layanan pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan khususnya. Anak-anak tunagrahita ringan maupun sangat berat memerlukan layanan pendidikan khusus dalam proses pembelajarannya di sekolah. Mereka membutuhkan bimbingan dan program yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya agar mereka memiliki masa depan yang cerah, sama seperti anak pada umumnya. ABSTRACTThis article is structured with the intention of providing answers to questions that often arise and are discussed by teachers at school. One that often happens is what happens to students who in this context are mentally retarded children. Mentally retarded children are children who have significant intelligence with abilities and inability to adapt that arise in future developments. Mentally retarded children have academic abilities that are in accordance with the needs of their learning services requiring curriculum modification to suit their specific needs. Mild mentally retarded children also need special education services in the learning process at school. They need guidance and programs that suit their learning needs so that they have a bright future, just like children in general.
The problem behind this research was the lack of learning resources for students in science subjects so that learning outcomes are less than optimal. This research was a research and development (research and development). The research trial subjects were fourth grade students. The data collection instrument used was in the form of an evaluation sheet (questionnaire). The data analysis used qualitative descriptive analysis and quantitative descriptive analysis. The results of the assessment of the e-module product were carried out based on six aspects, namely: content aspects of the field of study / with a percentage of achievement level of 86.00% with a predicate worthy; In terms of the learning design aspect, the percentage of achievement level is 87.60%, predicate worthy; In terms of the learning media aspect with the achievement level percentage of 89.00%, the predicate is feasible; in terms of the individual trial aspect, with the percentage level of achievement of 92.50% the predicate is very feasible; small group trial, with the percentage of achievement level of 94.50%, the predicate is very feasible, and in terms of the field trial aspect, the percentage of the achievement level is 95.50%, the predicate is very feasible. Thus the product in the form of e-module has a good level of validity and is suitable for use in the learning process on the subject force material of science subjects.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persoalan rendahnya kemampuan berpikiri kritis siswa kelas V Sekolah Dasar Dwijendra Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui implementasi metode examples non examples dalam pembelajaran daring untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Dwijendra Denpasar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadopsi dari Kurt Lewin 2011. Secara ringkas, penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang meliputi empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Dwijendra Denpasar dengan jumlah siswa 39 orang siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu test keterampilan berpikir kritis dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan dianalisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan persentase nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dan ketuntasan klasikal siswa sebesar 15,39% dari 61,53% pada siklus I kriteria cukup aktif menjadi 76,92% kriteria aktif pada siklus II menjadi 87,17%. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan, bahwa implementasi metode examples non examples dalam pembelajaran daring dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, faktor-faktor penyebab gangguan, pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosi dan perilaku. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai kasus yang terjadi berkaitan dengan keterbatasan pendidikan yang diperoleh anak berkebutuhan khusus, bahkan tidak sedikit anak tersebut mengalami perlakuan diskriminatif. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur dari berbagai referensi yang relevan dengan gejala yang diamati. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga dapat dilihat variasi karakteristik dan model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosional dan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki karakteritik meliputi: inteligensi dan prestasi belajar, karakteristik sosial dan emosi dan immature, withdrawl behavior. Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosi dan perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu layanan pendidikan segregrasi, layanan pendidikan terpadu/integrasi, dan pendidikan inklusi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.