Banyaknya peluang untuk wanita bekerja membuat banyak wanita kini memiliki status wanita karir. Wanita karir ini banyak yang memilih untuk melajang bahkan hingga pada usia dewasa madya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui personal readiness wanita karir dewasa madya terhadap pernikahan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian dipilih secara purposive dan didapatkan 3 orang wanita karir pada usia dewasa madya, masih berstatus lajang dan tinggal di Kota Bandung. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pada dasarnya ketiga subjek telah menjalani keseluruhan aspek dalam personal readiness. Namun ketiga subjek memiliki dinamika yang berbeda dalam pengalaman personal readiness masing-masing diantaranya adalah pengalaman berkencan yang menyebabkan subjek merasa sebelum memutuskan menikah diperlukan proses yang panjang. Selain itu, role model pernikahan sangat berdampak pada personal readiness seseorang karena ada 2 subjek yang tidak mendapatkan contoh pernikahan yang baik. Kematangan emosional juga menjadi aspek yang harus diperhatikan salah satunya sulitnya salah satu subjek menerima kritik dan saran dari lingkungan yang menyebabkan subjek kesulitan dalam mengelola emosi dan berdampak pada kemampuan mempertahankan hubungan.
Pada proses menemukan pasangan hidupnya, dewasa awal dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah kelekatan. Kelekatan dapat berpengaruh pada berbagai macam hal yang berhubungan dengan pernikahan seperti kepuasan pernikahan dan keintiman. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tipe kelekatan yang dimiliki oleh dewasa awal di kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Pengambilan data dalam penelitian ini mengguakan teknik purposive sampling dengan kriteria dewasa awal, tinggal di kota Bandung dan sedang memiliki pasangan. Dari hasil pengambilan data didapatkan sampel sebanyak 200 orang. Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 118 orang dewasa awal masuk pada tipe ambivalent attachment. Tipe secure attachment dengan proporsi sebesar 50 orang dan proporsi paling sedikit adalah dewasa awal yang memilliki tipe avoidant attachment dengan proposi sebesar 32 orang.
Pengasuhan pada anak idealnya dilakukan oleh pasangan suami istri. Peran orang tua yang dijalankan secara bersama-sama akan menumbuhkan kerjasama pengasuhan (co-parenting). Ketika co-parenting dilakukan dan dijalankan oleh orang tua, diharapkan tidak muncul perasaan terbebani pada salah satu pihak dalam mengasuh orang tua yang dapat memicu munculnya stress. Di sisi lain, co-parenting berkaitan juga marital satisfaction. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui peran co-parenting dan marital satisfaction dalam mempengaruhi parental stress. Penelitian dilakukan secara daring dengan memberikan link berisi kuesioner penelitian kepada responden penelitian. Analisis data penelitian dilakukan secara regresi berganda dengan dua variable independent yaitu co-parenting dan marital satisfaction, serta satu variabel dependen yaitu parental stress. Hasilnya menunjukkan bahwa secara bersamaan co-parenting dan marital satisfaction berpengaruh pada parental stress ibu (p<0.05). Hal ini berarti seorang ibu akan mungkin mengalami stress apabila kerjasama pengasuhan antar pasangan tidak berjalan dengan baik dan juga memiliki penilaian yang rendah pada kepuasan pernikahannya. Sebaliknya ketika seorang ibu merasa pasangan turut berperan dalam pengasuhan dan juga memiliki kepuasan pernikahan yang baik maka cenderung tidak mengalami stress pengasuhan.
AbstrakInteraksi manusia dengan komputer merupakan fenomena yang terus berkembang diikuti oleh meningkatnya penggunaan komputer yang sering digunakan dalam ranah sosial manusia. Manusia saling berinteraksi dengan melibatkan emosi untuk memahami seseorang. Emosi manusia seringkali terwakili melalui cara berbicara. Penelitian tentang pengenalan emosi melalui suara telah banyak dilakukan, namun terdapat upaya peningkatan pengenalan emosi melalui suara, terutama masalah korpus yang menjadi salah satu faktor yang menjadikan pengenalan emosi ini belum menghasilkan akurasi pengenalan yang optimal, khususnya berkaitan dengan imbalance data. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan performa pengenalan emosi untuk mengenali lima kelas emosi yaitu senang, marah, sedih dan kepuasan serta netral menggunakan algoritma boosting. Selain itu, digunakan pula metode seperti CNN dan RNN untuk dapat dilakukan perbandingan serta penerapan SMOTE untuk korpusnya. Setelah eksperimen, dapat dihasilkan akurasi pengenalan mencapai 65% untuk akurasi untuk data tes berdasarkan konfigurasi 22050 Hz sebagai sampling rate, MFCCs dan oversampling SMOTE.Kata kunci: Imbalance data, Algoritma Boosting, CNN, RNN, SMOTEAbstractHuman interaction with computers are a growing phenomenon followed by the increasing use of computers which are often utilized in human social activities. Humans interact with one another by involving emotions. Plenty of research on speech emotion recognition has been established. Nevertheless, there are still efforts to enhance speech emotion recognition, especially the corpus problem which is one of the factors that the model does not in an optimal performance, especially about imbalance data. This study was conducted to enhance the performance of emotion recognition to recognize five class emotions: happiness, angry, sadness, contentment, and neutral. Furthermore, we employed CNN, RNN, and Boosting Algorithms. Lastly, we applied SMOTE to the corpus. After the experiment, the accuracy reached 65% with 22050 Hz configuration as rate, MFCCs, and SMOTE oversampling.Keywords: Data Imbalance, Boosting Algorithms, CNN, RNN, SMOTE
The purpose of this study was to find out how different future orientation of students at the early and finallevels are. The research method used in this research is qualitative case study research with future orientation variables. Data collection techniques in this study using interview technique. The selection of participation was carried out using purposive sampling technique with criteria of participant, namely early-levels students (N = 2) and final-levels students (N = 2) who were active psychology students. The analysis of the results of this study indicates that early-levels students do not have a more specific orientation regarding plans and strategies that will be carried out in the future. However, both subjects have confidence and high hopes for their future. In both subject of final-levels students they have the same interest in psychology even though their goals and motives are different. Although the two subject final stage of the lecture, they both have different details of future orientation plan. while the other did not have a detailed plan one subject already had a detailed future orientation while the other did not yet have a detailed plan. Furthermore, subject who have not been able to explain their plans have not thoroughly evaluated their future plans.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.