Akumulasi bahan organik yang terus-menerus dalam jumlah yang cukup banyakterutama di bawah area keramba jaring apung menyebabkan aktivitas mikroba-mikroba aerob di permukaan sedimen semakin meningkat. Dalam kondisi anaerob, terjadi stimulasi pertumbuhan bakteri pereduksi polisulfide sulfur dan menghasilkan beberapa senyawa seperti H2S, HS-, dan S2- yang bersifat racun bagi ikan. Untuk itu di perairan Teluk Hurun dilakukan monitoring konsentrasi sulfide pada sedimen sebagai upaya pelaksanaan manajemen kesehatan ikan dan lingkungan. Pengambilan sampel sedimen dilakukan secara mingguan (Agustus 2003—Mei 2006) di tiga stasiun (stasiun I = 100 m dari muara sungai, stasiun II = KJA, dan stasiun III = mulut teluk), dengan alat Eijkman Grab, sedangkan untuk pengukuran konsentrasi sulfide (AVS/Acid Volately Sulphide) digunakan metode tabung detektor dengan alat Hedorotech-S (Gastech, kanagawa, Japan). Data yang diperoleh yaitu pada stasiun I konsentrasisulfide berkisar antara 0,001—0,22 mg/L; stasiun II antara 0,001—0,35 mg/L; dan stasiun III antara 0,0004—0,085 mg/L. Secara berurutan konsentrasi sulfide yang dominan tinggi yaitu stasiun II, stasiun I, dan stasiun III. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kandungan sulfide di stasiun II (area KJA) lebih tinggi, karena selain faktor eksternal juga faktor internal kegiatan budidaya di Teluk Hurun turut menyumbang degradasi sedimen.
Alga bersel satu yang sering digunakan sebagai pakan larva udang antara lain: Chaetoceros sp., Thalassionema sp., dan Skeletonema costatum. Pakan alami tersebut ditambah tepung spirulina diberikan setelah larva udang mencapai stadia Zoea I sampai dengan Mysis 2 diberikan ke larva udang dengan cara menebar serbuk tepung ke bak pemeliharaan sebanyak 1—1,5 g/m3. Stadia Mysis 3 sampai dengan post larva I selain tepung spirulina juga diberi tambahan pakan rotifer. Kondisi seperti itu akan menghasilkan limbah organik berupa amonia dan nitrit. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kandungan amonia dan nitrit pada pemeliharaan larva udang L. vannamei dengan pemberian pakan alami yang berbeda. Kandungan amonia dengan perlakuan pakan Chaetoceros sp. maupun Skeletonema costatum menunjukkan hasil yang berbeda, namun masing-masing masih di bawah kadar maksimun untuk pemeliharaan hewan akuatik 0,5 mg/L. Kandungan nitrit pada perlakuan pakan Chaetoceros sp. memiliki nilai yang lebih rendah yaitu 0,010—0,179 mg/L dibandingkan dengan perlakuan pakan Skeletonema costatum yang memiliki nilai yang melewati kadar maksimum yaitu 0,01—0,05 mg/L. Kisaran nilainya yaitu 0,016—0,219 mg/L untuk pemeliharaan larva udang vannamei.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.