Alquran diturunkan dengan Bahasa Arab sehingga membutuhkan ulama yang mampu menjelaskan isinya. Mengkaji secara mandiri tidak jarang justru membuat seseorang salah memahami isi Alquran. Di sisi lain, sumber daya penyuluh agama dan tempat pengajian tafsir tidaklah banyak. Sumber pengajian memang bisa disimak dari berbagai media sosial, akan tetapi warga yang berumur 40 tahun masih banyak yang belum melek teknologi. Adapun para pengemudi ojek online tidak terlalu sempat untuk membuka YouTube dan media sejenis. Radio menjadi solusi paling tepat untuk masyarakat berumur 40 tahun ke atas dan para pengemudi ojek online. Maka dari itu diperlukan upaya pembuatan kajian tafsir melalui media radio agar bisa didengarkan oleh masyarakat dengan segmen tersebut. Upaya tersebut kemudian dijalankan dengan cara mengadakan kajian tafsir terkait sedekah/infak dikarenakan topik tersebut sangat dekat dengan masyarakat. Ayat yang dipilih adalah Surah Al-Baqarah ayat 254-271. Pengajian dilakukan bekerjasama dengan PT. Radio Gema Mentari Surakarta (Mentari FM) yang dilaksanakan selama 10 kali pertemuan. Setiap pertemuan membahas 1 hingga 3 ayat dalam surah Al-Baqarah. Pengajian dilakukan setiap hari Jumat 1 kali dalam 1 minggu. Setiap pertemuan memiliki durasi 30 menit, yaitu dimulai pada pukul 17.00 hingga 17.30 WIB. Hasil dari kegiatan ini didapati bahwa berdasarkan laporan direktur Mentari FM, antusias masyarakat sangat tinggi dan tanggapan masyarakat sangat baik dikarenakan mereka bisa lebih jauh memahami hal-hal terkait sedekah/infak.
<p><strong><em>Abstract.</em></strong><em> The residents of Rejosari Hamlet, Seboto Village, Ampel District, Boyolali Regency are religious residents where there are many mosques in their neighborhood. The majority of residents work as farmers. The necessities of modern life are increasingly complex, plus agricultural products are only able to meet a few of the necessities of life, sometimes forcing some residents into debt and credit. Their ignorance of how to develop the economy through micro business or Home Industry. Making them trapped in debt and poverty. The community in Rejosari Hamlet, Boyolali has not received counseling related to community economic empowerment with micro-businesses through Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), so this makes people not know how to start a micro business and is afraid to do a micro business because there is no capital. In this article, the author tries to investigate the needs of the villagers and then provides a solution to them by holding counseling on community economic empowerment with micro enterprises through the Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). This counseling activity aims to increase knowledge of residents related to Micro Business or Home Industry and increase public awareness to run micro businesses so that they can increase income. Lectures and dialogues are interactively chosen as service methods, and in this outreach activity is carried out for one day. The results show that the community's understanding of community economic empowerment with micro-businesses through Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) has increased significantly after this activity was held, and the people in this village have a high desire to have a micro business.</em></p><p><strong>Abstrak.</strong> Warga Dusun Rejosari, Desa Seboto, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali merupakan penduduk religius dimana terdapat banyak masjid di lingkungan tempat mereka. Mayoritas warga bermata pencaharian sebagai petani. Kebutuhan hidup zaman modern semakin kompleks ditambah lagi hasil pertanian yang hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup beberapa saja, hingga terkadang memaksa sebagian warga berhutang piutang. Ketidaktahuan mereka tentang cara mengembangkan perekonomian melalui usaha mikro atau Home Industry. Membuat mereka terjebak dalam hutang dan kemiskinan. Masyarakat di Dusun Rejosari, Boyolali belum mendapatkan penyuluhan terkait Pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan usaha mikro melalui Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), sehingga hal ini membuat masyarakat tidak mengetahui bagaimana memulai usaha mikro dan takut melakukan usaha mikro karena tidak adanya modal. Pada artikel ini penulis mencoba untuk menginvestigasi kebutuhan dari penduduk desa lalu kemudin memberikan solusi kepada mereka dengan mengadakan Penyuluhan Mengenai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dengan Usaha Mikro Melalui Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan warga terkait Usaha Mikro atau Home Industry dan menambah kesadaran masyarakat untuk melakukan usaha mikro sehingga dapat menambah penghasilan. Ceramah dan dialog secara interaktif dipilih sebagai metode pengabdian, dan dalam kegiatan penyuluhan ini dilakukan selama satu hari. Hasil menunjukkan bahwa pemahamanan masyarakat mengenai Pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan usaha mikro melalui Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) mengalami peningkatan secara signifikan setelah diadakan kegiatan ini, dan masyarakat di desa ini mempunyai keinginan yang tinggi untuk memiliki usaha mikro.</p><p> </p><div id="gtx-trans" style="position: absolute; left: 390px; top: 581px;"> </div>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.