Abstract. This research on pedestrian in the old area of Bandung city of Bandung is aimed at overcoming the problem of the bad pedestrian path in the area of area of Bandung city of Bandung. The existence of the old city area of Bandung which is close to the new market can attract a lot of visitors' interest, unfortunately the condition of the existing pedestrian infrastructure in this area is inadequate. The number of street vendors who sell on pedestrian lanes, motorized parking on the sidewalks, uneven pedestrian lanes, to the lack of pedestrian facilities makes visitors less comfortable to move in this area. The concept of the theory that the authors apply to overcome the problem of pedestrian paths in this region is the concept of livable street. The author expects the theory of urban design and the concept of livable street as being able to overcome the problems regarding the pedestrian path in the old area of Bandung City. The method that I use is a qualitative approach by observing issues that exist and then assessing the criteria for the concept of livable street through the study of literature, then the process of analysis of pedestrian flows, the level of pedestrian services, pedestrian path width requirements, and analysis of variable variable from the concept of liveable street. This research was conducted to solve problems in pedestrian routes that are not liveable in the old Chinatown district of Bandung city. Abstrak. Penelitian tentang pedestrian di kawasan pecinaan lama Kota Bandung ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan buruknya jalur pedestrian yang ada di kawasan pecinaan Kota Bandung. Keberadaan kawasan pecinaan lama Kota Bandung yang dekat dengan pasar baru dapat menarik banyak minat pengunjung, sayangnya kondisi infrastruktur pejalan kaki yang ada pada kawasan ini kurang memadai. Banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di atas jalur pedestrian, parkir kendaraan bermotor di atas trotoar, jalur pedestrian yang tidak rata, hingga minimnya fasilitas sarana pejalan kaki membuat pengunjung kurang nyaman untuk beraktivitas di kawasan ini. Konsep teori yang penulis terapkan untuk mengatasi permasalahan jalur pedestrian yang ada di kawasan ini adalah konsep livable street. Penulis mengharapkan teori perancangan kota dan konsep livable street sebagai dapat mengatasi permasalahan mengenai jalur pedestrian yang ada di kawasan pecinaan lama Kota Bandung. Metode yang penulis gunakan yaitu metode pendekatan kualitatif dengan mengamati isu-isu permasalahan yang ada kemudian mengkaji kriteria-kriteria konsep livable street melalui studi literatur, selanjutnya dilakukan proses analisis terhadap arus pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki, kebutuhan lebar jalur pedestrian, dan analisis mengenai variabel variabel dari konsep liveable street. Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan pada jalur pedestrian yang tidak liveable di kawasan pecinaan lama kota bandung.
Abstract. The Kendan Kingdom is a part of the Tarumanegara Kingdom in West Java which was founded in the 6th century. Evidence the Kendan Kingdom is found in the form of artifacts, place naming, and parahyangan manuscripts. However, the spatial structure of the Kendan Kingdom has not been found, so to find out the spatial structure the author conducted a study with the aim of reconstructing the Kendan Kingdom Dayeuh structure based on artifacts, land characteristics, spatial hierarchy, and cosmological axis as an understanding of the meaning of some artifacts in Citaman Village and Kendan Village. This study uses the concept of land structure, the concept of a concentric hierarchy of mandalas, and the concept of the cosmological axis. The method used is a hermeneutic method with a comparative analysis method that is focused on comparing the Kendan Kingdom artifacts with data that have close characteristics, namely the Dayeuh Work of Galuh artifact which will later be validated by other supporting concepts. The analysis carried out will focus on discussing the analysis of the reconstruction of land structures, the analysis of the reconstruction of the mandala's concentric space hierarchy, and the analysis of the reconstruction of the cosmological axis. The results of the study show that the reconstruction of the Dayeuh space structure of the Kendan Kingdom forms the pattern of the Dayeuh structure which is interpreted with the uniqueness of being on a weak nirmalaning land, forming a hierarchical concentric pattern and forming a cosmological axis. Abstrak. Kerajaan Kendan merupakan salah satu bagian Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang berdiri pada abad ke-6. Bukti Kerajaan Kendan ini yaitu ditemukan dalam bentuk artefak, penamaan tempat, dan naskah parahyangan. Namun struktur ruang Kerajaan Kendan ini belum ditemukan, sehingga untuk mengetahui struktur ruang tersebut penulis melakukan studi dengan tujuan melakukan rekonstruksi struktur Dayeuh Kerajaan Kendan berdasarkan artefak, karakteristik lahan, hirarki ruang, dan poros kosmologi sebagai pemahaman arti dari beberapa artefak yang ada di Desa Citaman dan Desa Kendan. Studi ini menggunakan konsep struktur lahan, konsep hirarki konsentrik mandala, dan konsep poros kosmologi. Metode yang digunakan adalah metode hermeneutik dengan metode analisis komparasi yang difokuskan dengan cara membandingkan artefak Kerajaan Kendan dengan data yang memiliki kedekatan karakteristik yaitu artefak dayeuh Kerjaan Galuh yang nantinya divalidasi oleh konsep pendukung lainnya. Analisis yang dilakukan akan fokus membahas mengenai analisis rekonstruksi struktur lahan, analisis rekonstruksi hirarki ruang konsentrik mandala, dan analisis rekonstruksi poros kosmologi. Hasil studi menunjukkan rekonstruksi struktur ruang Dayeuh Kerajaan Kendan membentuk pola struktur Dayeuh yang diinterpretasikan dengan kekhasan terdapat pada lahan nirmalaning lemah, membentuk pola konsentrik berhirarki dan membentuk poros kosmologi.
Abstract. Simpang Lima Bandung has a historical background during the colonial period by being part of Jalan Raya Pos Anyer Panaroekan. Being part of this history, Simpang Lima has historical buildings as traces of relics from the colonial period, which can give an interesting impression. However, several historic buildings in Bandung had undergone a building conversion. This phenomenon with several periods of years, shows that the shape of Simpang Lima is experiencing development, so this study was aim to determine changes in the mass and space configuration of Simpang Lima through a Morphological approach with a qualitative descriptive methodology. The analytical method used is the Figure Ground analysis method, and uses variables in the form of patterns, textures, and typologies of mass and space by using several year periods starting from 1825-2022. The results of this analysis show that Simpang Lima has a fixed concentric radial pattern, variable texture, and different solid and void typologies formed due to urban development. Abstrak. Simpang Lima Kota Bandung memiliki latar belakang sejarah masa kolonial dengan menjadi bagian dari jalan Raya Pos Anyer Panaroekan. Menjadi bagian dari sejarah tersebut, Simpang Lima ini memiliki bangunan-bangunan bersejarah sebagai jejak peninggalan dari masa kolonial, yang mampu memberikan suatu kesan yang menarik. Namun, beberapa bangunan bersejarah di Bandung sempat mengalami alih fungsi bangunan. Fenomena tersebut dengan beberapa periode tahun, menunjukan bahwa bentuk Simpang Lima ini mengalami perkembangan kota maka dilakukannya studi ini untuk mengetahui perubahan konfigurasi massa dan ruang Simpang Lima melalui pendekatan Morfologi dengan metodologi deskriptif kualitatif. Metode Analisis yang digunakan adalah metode analisis Figure Ground, dan menggunakan variable berupa pola, tekstur, serta tipologi massa dan ruang dengan menggunakan beberapa periode tahun mulai dari tahun 1825-2022. Hasil dari analisis ini, menunjukan Simpang Lima memiliki pola radial konsentrik yang tetap, tekstur yang berubah-ubah, serta tipologi solid dan void yang berbeda terbentuk karena perkembangan perkotaan.
Abstract. This study focuses on the issue of the need to establish a water conservation zone based on the Sundanese landscape in the Situ Sipatahunan area. The urgency of this study is based on interests regarding the urgency of the environment, the urgency of heritage, and the urgency of the local community. This study focuses on the question of how to classify the tri tangtu water conservation zone in the Situ Sipatahunan area. Therefore, the purpose of this study is to identify the classification of water conservation zones in the Situ Sipatahunan area according to Tri tangtu di buana. The approach used to solve the problem is the tri tangtu di buana concept approach which includes buana nyungcung, buana panca tengah, and buana larang. Each zone was analyzed with four variables and criteria which include topography, land use, conservation elements according to the Sundanese landscape, and the presence of sites and culture. This study uses a qualitative hermeneutic method with a comparative analysis method that is focused on comparing the existing data with the tri tangtu criteria in the water conservation area and validated with other supporting theoretical foundations. Based on the results of the analysis, there were three land classifications in the delineation of the Situ Sipatahunan area, namely Buana nyungcung as an upstream zone which functioned as a water conservation or water catchment zone, Buana panca tengah as a middle zone functioned as a water cultivation zone, and Buana larang as a downstream zone functioned as a protection zone. local (buffer). Abstrak. Studi ini berfokus pada isu kebutuhan penetapan zona konservasi air berdasarkan tata buana sunda di Kawasan Situ Sipatahunan. Urgensi studi ini didasari kepentingan mengenai urgensi lingkungan, urgensi heritage, dan urgensi komunitas lokal setempat. Studi ini berfokus pada pertanyaan bagaimana klasifikasi tri tangtu zona konservasi air di Kawasan Situ Sipatahunan. Oleh karena itu, tujuan studi ini yakni mengidentifikasi klasifikasi zona konservasi air di kawasan Situ Sipatahunan menurut Tri tangtu di buana. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut dengan pendekatan konsep tri tangtu di buana yang meliputi buana nyungcung, buana panca tengah, dan buana larang. Masing-masing zona dianalisis dengan empat variable dan kriteria yang meliputi topografi, tata guna lahan, elemen konservasi menurut tata buana sunda, dan keberadaan situs dan kebudayaan. Studi ini menggunakan metode kualitatif hermeneutic dengan metode analisis komparasi yang difokuskan dengan cara membandingkan data eksisting dengan kriteria tri tangtu di buana konservasi air dan dilakukan validasi dengan landasan teori pendukung lainnya. Berdasarkan hasil analisis didapatkan tiga klasifikasi lahan pada deliniasi Kawasan Situ Sipatahunan yaitu Buana nyungcung sebagai zona hulu yang difungsikan sebagai zona konservasi air atau resapan air, Buana panca tengah sebagai zona tengah difungsikan sebagai zona budidaya air, dan Buana larang sebagai zona hilir difungsikan sebagai zona perlindungan setempat (buffer).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.