Sustainable development has become a necessity for development agenda both at national and regional levels. Achieving AbstrakPembangunan berkelanjutan telah menjadi suatu keniscayaan agenda pembangunan, baik pada tatanan nasional maupun regional. Capaian indikator pembangunan berkelanjutan yang meliputi tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan sangat penting untuk dilakukan, karena pembangunan dengan pola business as usual akan menimbulkan biaya sosial dan lingkungan yang cukup mahal. Namun demikian, pengukuran keberlanjutan sering terkendala dengan kompleksitas indikator keberlanjutan itu sendiri. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi pembangunan berkelanjutan pada tingkat regional di Provinsi Jambi dengan menggunakan metode multi-criteria analysis melalui pendekatan model FLAG. Tingkat keberlanjutan pembangunan daerah akan dianalisis dengan menentukan Critical Threshold Value (CTV) dari pembangunan, yang ditetapkan oleh tujuan kebijakan atau kendala eksogen. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer menyangkut nilai CTV diperoleh melalui Focus Group Discussion, sementara data sekunder terkait dengan indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan diperoleh dari berbagai sumber. Data aktual capaian pembangunan di Provinsi Jambi digunakan sebagai informasi untuk mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jambi saat ini. Tingkat keberlanjutan pembangunan akan ditunjukkan oleh warna bendera, di mana bendera hijau menunjukkan pembangunan yang berkelanjutan, sedangkan bendera kuning, merah, dan hitam menunjukkan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Hasil analisis dengan FLAG menunjukkan bahwa skenario pembangunan eksisting cenderung menghasilkan bendera merah dan kuning dengan melewati batas ambang kritis. Strategi pembangunan baru berbasis sumber daya lokal dan ekonomi nonekstraktif diperlukan untuk menghasilkan pembangunan yang lebih berkelanjutan. Kata kunci: pembangunan wilayah berkelanjutan, FLAG, critical threshold value I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangTujuan pembangunan berkelanjutan telah menjadi komitmen bersama baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah. Capaian keberlanjutan pembangunan wilayah tentu saja bukan sekedar masalah trade off antara tujuan ekonomi dan lingkungan. Kompleksitas issue dan masalah pembangunan menjadi tantangan dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan. Issue pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan segala kontroversinya, kesenjangan sosial, dan masalah kerusakan lingkungan menimbulkan biaya yang harus dibayar dari risiko pembangunan.Dari sisi aspek ekonomi, meski selama ini Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif di antara 4-5 persen dan dari sisi sosial, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada kisaran 60-70, yakni dalam kategori sedang dibanding negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Singapura yang sudah masuk kategori tinggi. Meski dalam capaian IPM Indonesia mencapai
This paper presents a study of sustainable regional development using multi-criteria analysis. The aim of this paper is to provide an evaluation framework that can be used for the assessment of sustainable regional development using multi criteria linked to development scenarios set by stakeholders. This study was carried out in Jambi Province in Indonesia where balancing sustainable development is constrained by the fact that conservation areas make up the majority of the region. The study employs four alternative policy scenarios for regional sustainable development: (1) business as usual; (2) development based on regional competitiveness; (3) development based on local resources; and (4) regional development based on non-extractive scenario. These four scenarios were assessed using the FLAG Model and the Imprecise Decision Model. Results from analysis show that development policy scenarios based on utilization of local resources and non-extractive economic activities are the most sustainable way of regional development. The study shows the trade-off among policy scenarios must be faced by policy makers in the region either to pursue high economic growth at the cost of the environment or vice versa.
Karet telah menjadi komoditas utama bagi petani pedesaan di Jambi. Ini telah menjadi pondasi utama penghidupan pedesaan bagi masyarakat pedesaan karena menciptakan efek berganda terhadap ekonomi pedesaan. Namun demikian, pendapatan petani karet secara umum masih lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan lain atau bahkan kegiatan pertanian lainnya. Fluktuasi harga karet serta rendahnya kapasitas posisi tawar petani di pasar telah menciptakan lingkaran setan berpenghasilan rendah di petani karet. Situasi ini telah mendorong pemerintah untuk menerapkan hilirisasi produk karet olahan. Hilirisasi adalah salah satu solusi kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani karet. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi klaster hilir karet di Provinsi Jambi, dan untuk memetakan hubungan antar aktor dalam implementasi kebijakan hilir karet. Penelitian ini fokus pada enam kabupaten yang memiliki perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi, yaitu Merangin, Sarolangun, Bungo, Tebo, Batanghari dan Muaro Jambi. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Analisis dilakukan dengan cara analisis prospektif menggunakan alat MACTOR. Hasil analisis menghasilkan tiga tipologi cluster downstreaming, yaitu: 1. HVLV cluster berdasarkan volume tinggi dan volume rendah; 2. Kelompok EMLM berdasarkan pasar ekspor dan lokal, dan 3. Kelompok HMLM berdasarkan mulplier efek tinggi dan rendah. Hubungan antar aktor dalam implementasi kebijakan hilir karet dipetakan berdasarkan peraturan atau kelembagaan dan sistim insentif. Hal ini menunjukkan bahwa petani karet selalu berada pada posisi tawar yang sangat rendah di antara para pelaku lainnya. Pelajaran yang dipetik dan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan posisi tawar petani menjadi sorotan.
Regional Development encompasses many aspect of economic, social, and environmental attributes. In the context of developing country, the decision to fulfill these attributes are often hindered by lack of clear development scenarios and constraints. This study is an attempt to capture the complexity of decision makers for regional development scenarios using imprecise decision modeling (IDM) by incorporating imprecise information and uncertainties. A series of social, economic and environmental criteria based on agreement from multi stakeholders dialogues were developed along with four policy development scenarios, and 13 indicators of economics, social and environment aspects were assessed. Data were analyzed using expected value theory and selection of the best policy senario was analyzed by means of delta method. Results from such a modeling provides variety of decision alternatives based on probabilities and risk assessment associated with achieving policy objectives.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.