Salah satu efek ibadah adalah kebudayaan, dan kebudayaan tidak terlepas dari ibadah. Demikian dengan masjid dan seni. Dari masjid, lahir berbagai macam budaya yang melahirkan seni yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan setiap orang yang bertandang kepadanya. Masjid, dalam sejarah pendiriannya dan proses yang dilalui mengalami kemajuan yang pesat, baik dari struktur bangunan dan fungsi yang semakin dikembangkan. Berangkat dari tempat yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Mesir ini, memungkinkan masjid menjadi fasilitator dinamika seni dan budaya, politik, ekonomi dan pendidikan masyarakat setempat, yang pada akhirnya melahirkan sebuah universitas Islam tertua, ternama dan terbesar di dunia, al-Azhar.
Eco-theology is a constructive form of theology that discusses the interrelation between religion and nature. It involves the relationship between the religious view and environmental damage. The spiritual crisis of modern humans makes unharmonious interactions between humans and the environment. The stereotype gender issue leaves crucial issues between men and women about the environmental damage causes. This paper reveals how the Qur'an gives the solution to environmental problems. It begins with building a human theological awareness and a harmonious relationship between men and women on the environment. This study uses maudu'i tafsir method based on al-Farmawi. The result finds that there is the systemic relationship between God, nature, and humans as a whole necessitate. It became a harmonious relationship based on theological consciousness. Human as a caliph in the world. God allows humans to use natural resources to consume and they must protect the environment. Both men and women can use natural resources as well as responsible. The role of men and women depicted by the Qur'an is complementary and cooperative. The Qur'an refutes the stereotype of characters for both by sex.
AbstrakKerusakan lingkungan terus menjadi permasalahan yang begitu mengkhawatirkan masyarakat dunia. Organisasi lingkungan di dunia seperti Green Peace, WWF dan IPCC pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kerusakan di bumi, laut dan udara sudah sampai tahap yang sangat mengkhawatikan. Saintis dengan berbagai keahlian mencoba menawarkan solusi atas berbagai persoalan ini, termasuk para ahli agama yang mencoba masuk dalam tatanan membangun paradigma masyarakat sesuai arahan kitab suci. Dalam tradisi ilmiah sufi yang kental dengan nuansa spiritual, gagasan tentang eko-sufisme dalam merekonstruksi paradigma antroposentris adalah hal menarik karena menyentuh dimensi terdalam manusia untuk membangun kesadaran beraksi dalam konservasi demi rida Ilahi. Penulis juga mencoba untuk menyatukan relasi gender dengan ekosufisme, sebagai tawaran dalam upaya membangun paradigma masyarakat yang integral dan holistik. Ini karena, sehebat apapun upaya yang dilakukan, tanpa membangun paradigma yang terintegrasi dan holistik bagi segenap masyarakat dunia, upaya konservasi lingkungan hanya akan dilakukan segelintir kelompok manusia di antara 2 Milyar warganya. Kata Kunci: Eco-sufisme, Gender, Konservasi Lingkungan dan al-Quran. AbstractEnvironmental damage is increasingly a problem of the world. Environmental organizations in the world such as Green Peace, WWF and IPCC in 2014 showed that the damage on the earth, the sea and the air has reached a very worrisome stage. Scientists with a variety of expertise have been trying to offer solutions on this problem, including religious studies scholars who have also tried to build a paradigm based on the scripture. In a profoundly Sufi scientific tradition, the idea of eco-sufism in reconstructing the anthropocentric paradigm is interesting because it touches the deepest dimensions of humanity to build consciousness in the conservative action for the sake of the God. The writer also tries to unite gender relations with eco-sufism, as an effort to build an integral and holistic paradigm of society. This is because, without an integrated and holistic paradigm for all the people in the world, environmental conservation efforts will be only limited to small groups of humans among 2 (two) billion citizens of the world. PendahuluanSebagai cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi esoterik, mistik atau spiritual Islam, mempelajari tasawuf berguna untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), melalui latihan spiritual dan pembersihan jiwa, atau hati (tazkiyah al-nafsiyyah). Dalam ilmu tasawuf, dilakukan 3 (tiga) penelitian penting, yaitu: (1) berkenaan tentang realitas dan kebenaran, yang disebut hakekat (haqiqah), (2) pengetahuan hakiki untuk bisa sampai pada realitas tersebut, disebut ma'rifat (ma'rifah), dan (3) Nur Arfiyah Febriani Musãwa, Vol. 16, No. 1, Januari 2017 128 128 128 128 128 penelitian tentang jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk sampai kepada Tuhannya, yang disebut tarekat (tariqah). Relasi ilmu tasawuf dengan ekologi dideskripsikan dari kajian yang pertama, yait...
<p class="western" align="justify"><span>P</span><span><span lang="id-ID">erspektif al-Qur’an mengenai ekologi berwawasan gender</span></span><span> mengusung teori </span><span><em><strong>ekohumanis teosentris</strong></em></span><span><span lang="id-ID">. Hal ini berdasarkan deskripsi al-Qur’an mengenai interkoneksi dan interaksi harmonis antara manusia dengan dirinya sendiri (</span></span><span><span lang="id-ID"><em><span style="text-decoration: underline;">h</span></em></span></span><span><span lang="id-ID"><em>abl ma‘a nafsih</em></span></span><span><span lang="id-ID">), manusia dengan sesama manusia (</span></span><span><span lang="id-ID"><em><span style="text-decoration: underline;">h</span></em></span></span><span><span lang="id-ID"><em>abl ma‘a ikhwânih</em></span></span><span><span lang="id-ID">), manusia dengan alam raya (</span></span><span><span lang="id-ID"><em><span style="text-decoration: underline;">h</span></em></span></span><span><span lang="id-ID"><em>abl ma‘a bî’atih</em></span></span><span><span lang="id-ID">) dan manusia dengan Allah (</span></span><span><span lang="id-ID"><em><span style="text-decoration: underline;">h</span></em></span></span><span><span lang="id-ID"><em>abl ma‘a Khâliqih</em></span></span><span><span lang="id-ID">), tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, dengan ditemukannya isyarat keseimbangan karakter feminin dan maskulin dalam setiap individu manusia, temuan Disertasi ini berbeda dengan pendapat tokoh feminis yang menganggap kerusakan lingkungan memiliki korelasi dengan sikap dominatif laki-laki terhadap perempuan. Dalam al-Qur’an, manusia secara umum dideskripsikan memiliki potensi yang sama dalam merusak sekaligus melakukan upaya konservasi lingkungan. </span></span></p><p class="western" align="justify"><span><span lang="id-ID">Perspektif al-Qur’an mengenai wawasan gender dalam ekologi manusia, ditemukan dalam tiga</span></span><span> i</span><span><span lang="id-ID">syarat identitas gender, yaitu: 1) keberpasangan secara biologis, 2) berbagai istilah yang menunjuk kepada laki-laki dan perempuan dalam interaksinya, dan 3) keseimbangan karakter feminin dan maskulin dalam setiap individu manusia, yang mengindikasikan potensi intelektual dan emosional serta peran yang sama dalam interaksi sosialnya. </span></span></p><p class="western" align="justify"><span>Hal menarik lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, dalam pandangan al-Qur’an masing-masing karakter feminin dan maskulin dalam diri manusia digambarkan memiliki sisi/nilai positif dan negatif. Karakter feminin dan maskulin yang memiliki sisi</span><span><span lang="id-ID">/nilai</span></span><span> negatif inilah, yang </span><span><span lang="id-ID">selama ini </span></span><span>menjadi perdebatan akademis</span><span><span lang="id-ID"> mengenai sterotip</span></span><span> bagi laki-laki dan perempuan</span><span><span lang="id-ID"> yang berimbas pada peran sosialnya</span></span><span>.</span></p><p class="western" align="justify"><span>Pendapat penulis dalam penelitian ini </span><span><span lang="id-ID">memiliki kesamaan dengan: Ibn ‘Âdil al-</span></span><span><span lang="id-ID"><span style="text-decoration: underline;">H</span></span></span><span><span lang="id-ID">anbalî (W. 880 H), al-Marâghî (L. 1881 M), Sachiko Murata (1992), Amina Wadud (1999), Zaitunah Subhan (1999), Nasaruddin Umar (2001), Simode de Beauvoir (2003), Musdah Mulia (2004) Muhammad Quraish Shihab (2005), dan Slamet Firdaus (2011), yang menyatakan perbedaan potensi intelektual dan emosional manusia tidak ditentukan berdasarkan perbedaan biologis. Sebaliknya, penulis berbeda pendapat dengan: al-Asfahânî (W. 406 H), Fakhr al-Râzî (L. 544 H), al-Zamakhsharî (467-538 H), al-Qurthubî (W. 671), al-Biqâ‘î (809-885 H), al-Shabûnî (w. 1928 M), Hamka (1908-1981 M), Thabâthabâ’î (1321-1404 H), serta Mu</span></span><span><span lang="id-ID"><span style="text-decoration: underline;">h</span></span></span><span><span lang="id-ID">ammad ‘Abduh (1849-1905 M) dan Mu</span></span><span><span lang="id-ID"><span style="text-decoration: underline;">h</span></span></span><span><span lang="id-ID">ammad Rashîd Ridhâ (1865-1935 M), yang mengatakan bahwa potensi intelektual lebih dominan bagi laki-laki, dan potensi emosional lebih dominan bagi perempuan. Sebaliknya,</span></span><span><span lang="id-ID">temuan Disertasi ini juga berbeda dengan pendapat para tokoh feminis seperti: Carolyn Merchant (1992), Robyn Eckersley (2001) dan Nawal Amar (2009), yang menyatakan kerusakan lingkungan memiliki korelasi dengan sikap dominatif laki-laki terhadap perempuan.</span></span></p><p class="western" align="justify"><span><span lang="id-ID">Sedangkan dalam ekologi alam, ditemukan tiga isyarat identitas gender, yaitu: 1) keberpasangan secara biologis, 2) keberpasangan dari segi karakter/kualitas feminin dan maskulin, dan 3) kata ganti/</span></span><span><span lang="id-ID"><em>dhamîr</em></span></span><span><span lang="id-ID"> yang menunjuk kepada jenis kelamin laki-laki (</span></span><span><span lang="id-ID"><em>mudhakkar majâzî</em></span></span><span><span lang="id-ID">) dan jenis kelamin perempuan (</span></span><span><span lang="id-ID"><em>mu’annath majâzî</em></span></span><span><span lang="id-ID">).</span></span></p><p class="western" align="justify"><span>Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode tafsir </span><span><em>maudhû’î </em></span><span>dan</span><span>metode </span><span>historis-kritis-kontekstual.</span><span><span lang="id-ID">Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.</span></span></p>
Gunung Palung National Park in Indonesian Borneo, home to 2,500 Bornean orangutans (Pongo pygmaeus ssp. wurmbii), suffers from severe deforestation that is caused by illegal logging. This article aims to analyze the success of an innovative entrepreneurship program in reducing illegal logging in Gunung Palung National Park. This program combines voluntary chainsaw buybacks with capital investment for former loggers to launch a business of their choice. To analyze the success of this entrepreneurship program, we measured two parameters: (1) transitions of former loggers to sustainable alternative livelihoods and (2) reductions in the number of loggers who log actively inside the park. The average monthly income for participating business partners was 2,923,333 rupiah or $209 USD for new partners who had participated for less than one year and 3,357,778 rupiah or $240 for established partners who had participated for more than one year. This income is about the minimum wage for the local area. The failure rate of the program—defined as the partners that returned to logging—was only 6%, or 3 out of 50 partners. Successful forest conservation, however, requires addressing additional factors beyond reducing the access to logging equipment.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.