AbstrakFahri Hamzah (FH) merupakan salah satu pimpinan di DPR yang sering mengkritisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui akun Twitter-nya. Salah satunya adalah masalah pengajuan hak angket KPK. Penelitian ini akan mengungkapkan persepsi FH melalui cuitan di Twitter pada tanggal 2-26 Juli 2017. Pengungkapan persepsi tersebut dianalisis menggunakan model Fairclough. Hasil penelitian berdasarkan analisis tekstual (analisis mikro) menunjukkan bahwa struktur teks pendek dan langsung menyampaikan isi tuturan. Adapun secara substansi teks mengungkapkan beragam persepsi FH, seperti masyarakat disuguhi drama tentang KPK, KPK selalu dianggap benar, dan media berlaku tidak objektif. Aspek ketransitifan menunjukkan FH menguatkan hal-hal negatif dan meniadakan hal positif. Terdapat penekanan tentang kebobrokan KPK. Fungsi modalitas berupa tuturan yang menguatkan perlunya Pansus Angket KPK. Penggunaan kosakata secara keseluruhan menggambarkan pandangan negatif dan pesimisme terkait kinerja KPK. Penggunaan gaya bahasa sinisme, sarkasme, dan satire mewarnai keseluruhan cuitan FH. Analisis berdasarkan dimensi praktik wacana (level menengah) menunjukkan bahwa pandangan FH berseberangan dengan opini publik. Pansus KPK dianggap sebagai upaya melindungi anggota DPR yang terlibat kasus e-KTP. Adapun analisis berdasarkan dimensi praktik sosial budaya (level makro) menunjukkan bahwa FH termasuk politisi yang sering mengkritik kinerja KPK, termasuk penanganan kasus e-KTP. Kata kunci: persepsi, analisis wacana kritis, hak angket KPK
This study aims to reveal the stereotypes about government formed by HTI in the propaganda bulletin articles published in Al-Islam. This study uses descriptive qualitative critical discourse analysis approach of Fairclough's models. Based on textual analysis (micro analysis), discourse practical analysis and socio-cultural practical dimension (macro) the buletin indicates that HTI provides a solution by building a positive stigma against the struggle doctrine of HTI, namely the application of Islamic law and the need for Godly Muslim leaders. To reinforce the positive stigma about the ideology and the concept, HTI formed a variety of negative stereotypes of the Government by pointing at the Government's inability, liberal economic system, capitalist government partisanship, transactional politics and the Government's partisanship to foreign advantages. The formation of the various stereotypes may result in public antipathy towards the Government Keywords: propaganda Bulletin Al Islam,critical discourse analysis, Analisis wacana kritis, negative stereotypes of government Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkapkan stereotip tentang pemerintah yang dibentuk HTI dalam artikel buletin dakwah Al Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan analisis wacana kritis model Fairclough. Sumber data dokumen bersumber dari artikel-artikel buletin dakwah Al Islam. Berdasarkan analisis tekstual, analisis praktik wacana, dan dimensi praktik sosial budaya menunjukkan HTI memberikan solusi dengan membangun stigma positif terhadap garis perjuangan HTI, yakni penerapan syariat Islam dan perlunya pemimpin muslim yang bertaqwa. Untuk menguatkan stigma positif tentang ideologi dan paham itu, HTI membentuk beragam stereotip negatif tentang pemerintah seperti ketidakmampuan pemerintah, sistem ekonomi liberal, keberpihakan pemerintah pada kapitalis, politik transaksional, dan keberpihakan pemerintah pada asing. Pembentukan beragam stereotip itu dapat membentuk antipati masyarakat terhadap pemerintah.Kata Kunci: propaganda, buletin dakwah Al Islam, analisis wacana kritis, stereotip negatif pemerintah Kebebasan masyarakat dalam berserikat dan berkumpul setelah masa reformasi mendapatkan kesempatan seluas-luasnya. Sebagai akibat kebebasan itu muncul organisasi-organisasi dengan beragam latar belakang. Organisasi-organisasi ini dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal, nasional, dan juga organisasi yang berafilisasi
AbstrakPenelitian ini menelaah struktur fonotaktik fonem di dalam deret vokal dan deret konsonan bahasa Tunjung (Tonyooi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan data yang diperoleh pada struktur fonotaktik fonem di dalam deret vokal bahasa Tunjung (Tonyooi) ditemukan 20 jenis deret vokal, yaitu /a.u/, /a.o/, /a.e/, /a.i/, /i.a/, /i.u/, /i.i/, /i.e/, /i.o/, /u.o/, /u.e/, /u.a/, /u.i/, /e.o/, /e.a/, /e.u/, /o,u/, /o.i/, /o.a/, dan /o.e/. Deret vokal dalam bahasa Tunjung (Tonyooi) dapat ditemukan pada posisi awal, tengah, dan akhir sebuah kata. Adapun deret konsonan dalam bahasa Tunjung (Tonyooi) ditemukan pada posisi awal, tengah, dan akhir. Bunyi-bunyi konsonan yang berderet, yaitu /h.t/, /k.b/, /k.k/, /kng.g/, /l.d/, /l.g/, /m.b/, /m.k/, /m.p/, /n.c/, /n.d/, /n.j/, /n.s/, /n.t/, /ng.k/, /r.b/, /r.c/, /r.d/, /r.j/, /r.k/, /r.m/, /r.ng/, /r.p/, /r.s/, /r.t/, /r.w/, /s.b/, /s.k/, /s.l/, /s.p/, /t.r/. Kata kunci: deret vokal, deret konsonan, dan bahasa Tunjung (Tonyooi) AbstractThis study examines the phonotactic structure of phonemes in the vowel and consonant series of Tunjung (Tonyooi) language. The method used in this study is a qualitative descriptive method. Based on the data obtained on the phonotactic structure of the phonemes in the Tunjung (Tonyooi) language vowel series, 20 types of vowel series were found, namely/au/, /ao/, /ae/, /ai/, /ia/, /iu/, /ii/, /ie/, /io/, /uo/, /ue/, /ua/, /ui /, /eo/, /ea/, /eu/, /o,u/, /oi/, /oa/, and /oe/. Vowel series in Tunjung language (Tonyooi) can be found at the beginning, middle, and end of a word. The consonant series in the Tunjung language (Tonyooi) are found in the initial, middle, and final positions. Consonant sounds that line up, namely /ht/, /kb/, /kk/, /kng.g/, /ld/, /lg/, /mb/, /mk/, /mp/, /nc/, /nd/, /nj/, /ns/, /nt/, /ng.k/, /rb/, /rc/, /rd/, /rj/, /rk/, /rm/, /r.ng /, /rp/, /rs/, /rt/, /rw/, /sb/, /sk/, /sl/, /sp/, /tr/. Keywords: vowel series, consonant series, and Tunjung language (Tonyooi)
This study aims to describe the types and process of adjective formation in Benuaq language using qualitative descriptive methods. Interview, notes, and literature study are instruments for collecting data. It uses descriptive analysis. Based on the results of the study, there are some adjectives in Benuaq language that have prefixes and infixes meaning 'like', 'as', 'same', 'mutual', and 'always'. It is ke-. Confix in Benuaq language is hardly found in the data of this study. The example of confix is se-yaq. That confix is only attached to reduplication of adjectives which means the most or superlative, similar to se-nya in Indonesian. The adjectives in Benuaq language show two main types, namely qualitative adjective denoting qualities and relative adjective expressing membership in a group. Qualitative adjectives express (1) characteristic, (2) size, (3) color, (4) time, (5) distance, (6) opinion, and (7) perception. Relative adjectives place reference bound to a particular group. Their presence cannot be qualified.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.