ABSTRAKIndonesia merupakan negara maritim dengan ribuan gugusan kepulauan yang terbentang dari Pulau Sabang di ujung barat hingga Pulau Merauke di ujung timur. Wilayah pesisir menjadi kawasan strategis untuk menunjang pembangunan nasional ditinjau dari segi lokasinya maupun keunikan karakteristik di setiap pesisirnya. Ibu kota negara Jakarta dan beberapa kota metropolitan Indonesia juga terletak strategis di wilayah pesisir seperti Surabaya, Semarang, Bali, dan Makassar. Namun, limpahan potensi materiil dan non materiil tersebut menghadapi tantangan besar akibat letak Indonesia yang berada di jalur subduksi.Bencana seperti gempabumi, tsunami, dan banjir rob dapat datang sewaktu-waktu. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik bentuklahan pesisir di Indonesia, potensi sumberdaya dan ancaman bencana di setiap tipologi, dan yang terakhir mewujudkan manajemen kepesisiran berbasis sustainable coastal area berdasarkan tiga tujuan di atas. Data karakteristik pesisir diperoleh dengan survey lapangan, studi literature, dan interpretasi citra satelit GeoEye.Karakteristik bentuklahan mencakup morfologi, material, dan proses yang khas di setiap unitnya sehingga potensi sumberdaya dan ancaman bencananya pun juga tidak dapat disamakan tiap unitnya. Penelitian dilakukan di karakteristik pesisir yang dominan di Indonesia yaitu marine deposition coast, subaerial deposition coast, dan karst coast. Perbedaan karakteristik tersebut menjadikan perwujudan pengelolaan pesisir secara sustainable coastal dapat menjadi sebuah solusi, selain mengetahui karakteristik, potensi sumberdaya, dan ancaman bencananya hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan zonasi berdasarkan karakteristik bentuklahan dan peruntukan yang tepat untuk mewujudkan kawasan pesisir yang lestari.
Alun-alun merupakan sebuah path yang khas di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Sejarahperkembangan alun-alun tidak dapat dipisahkan dari sejarah kerajaan atau kasultanan di suatu daerah. Hampir di setiap kota besar Pulau Jawa memiliki alunalun sebagai identitas peninggalan sejarah di masa lalu. Kondisi alun-alun saat ini setidaknya telah melewati perjalanan waktu pada tiga masa yang berbeda yaitu masakerajaan, masa kolonial, dan masa modern. Alun-alun di masa banyak mengalami pergeseran fungsi dari masa-masa sebelumnya bahkan cenderung tersingkir oleh lokasi-lokasi gaul gaya pemuda masa kini. Alun-alun di beberapa kota besar mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Alun-alun di Kota Semarang mengalami degradasi fungsi seperti banyak didirikan bangunan liar dan terancam lenyap oleh perilaku investor. Sementara itu, alun-alun di Kota Bandung mengalami rekonstruksi sebagai ruang terbuka yang kini digandrungi berbagai kalangan. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung di lapangan dengan mengisi checklist yang terdiri dari parameter karakteristik fisik, sosial-budaya, dan konsep alun-alun berbasis sustainable development. Selain itu, juga dilakukan indepth interview terhadap stakeholder, pedagang, dan masyarakat. Hasil akhir dari penelitian ini berupa sebuah konsep alun-alun terpadu yang dapat dimanfaatkan secara maksimal tanpa mengurangi nilai sosial-budaya, ekonomi, dan lingkungan di dalamnya. Berdasarkan karakteristik fisik dan sosial budaya pada setiap alun-alun kemudian dirujuk dua buah konsep alunalun berbasis sustainable development yaitu konsep alun-alun berkonsep ekowisata dan ecopark. Konsep tersebut kemudian dituangkan kedalam empat alun-alun yang ada.Alun-alun Kidul Yogyakarta digolongkan menjadi konsep ekowisata karena memiliki keunikan budaya dan pengelolaannya yang masih dipengaruhi keraton dan masyarakat lokal. Alun-alun Semarang, Alun-alun Kota Bandung, dan Alun-alun Kota Malang digolongkan menjadi ecopark karena memiliki fasilitas modern, futuristic, dan wewenang pengelolaan yang ada dikelola oleh pemerintah.
IntisariAir merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Sayangnya, seringkali air tidak tersedia dengan jumlah dan kualitas yang cukup di suatu wilayah. Mataair dan sungai bawah tanah di kawasan karst memiliki peranan yang sangat strategis dalam penyediaan air bersih khususnya air minum. Penelitian ini berusaha untuk melakukan analisis kuantitas dan kualitas air di Sungai Bawah Tanah Ngancar di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul untuk keperluan air minum. Parameter yang dianalisis meliputi bau, rasa, derajat keasaman (pH), kesadahan, padatan terlarut total, kandungan nitrit, nitrat, klorida dan sulfat. PendahuluanKabupaten Gunungkidul sudah lama dikenal sebagai kawasan yang sering mengalami bencana kekeringan. Hal ini karena sebagian besar wilayahnya berbatuan gamping, sehingga pemenuhan kebutuhan domestik tidak dapat dilakukan dengan membuat sumur gali seperti pada wilayah lain yang memiliki material akuifer yang baik. Bentanglahan karst memiliki sistem hidrologi yang khas dan unik hasil kombinasi antara proses pelarutan (conduit) dan pergerakan air melalui rongga antar butir (diffuse) yang berkembang pada batuan yang mudah larut (Cahyadi, 2010; Cahyadi, 2014). Sedikit terdapatnya aliran sungai permukaan di wilayah karst disebabkan air hujan yang turun dan kemudian menjadi runoff masuk ke dalam system aliran sungai bawah tanah yang sangat kompleks (Cahyadi dkk, 2012).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.