Event-event olahraga seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua XX 2020 menjadi salah satu event yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia. Maskot selalu menjadi hal penting dalam acara olahraga, karena tidak jarang netizen mengkritik maskot. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis maskot PON XX Papua 2020 menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce. Ditemukan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam maskot Kangpho mencakup nilai-nilai budaya dan nasional pada saat yang bersamaan. Secara kultural, budaya lokal suku Asmat dan beberapa etnis lainnya dihadirkan melalui pakaian dan ikat pinggang berukir khas sebagai nilai budaya dan estetika. Secara nasional, pemilihan maskot kanguru pohon yang bersifat antropomorfik dan pencantuman representasi gunung yang eksotis menjadi simbol nasionalisme melalui kekayaan yang ada di dalamnya, sedangkan maskot Drawa mengenakan topi dan rok rumbai khas Papua, menunjukkan budaya di mana event olahraga tersebut diselenggarakan. Sedangkan dari representasi nasionalisme, pemilihan maskot Cendrawasih dan kalung berwarna bendera Indonesia menunjukkan nilai nasionalisme terhadap eksistensi olahraga yang diselenggarakan di Papua.

Mental skills adalah seperangkat keterampilan psikologis unggul yang sangat penting untuk prestasi atlet, namun belum ada panduan khusus mengenai bagaimana merancang sebuah pelatihan mental skills sesuai kebutuhan atlet pencak silat pelajar di lingkungan Kabupaten Malang. Kegiatan pengabdian ini bermitra dengan kelas keberbakatan olahraga SMU Negeri 1 Turen dan pelatih pencak silat IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) cabang Kabupaten Malang, serta melibatkan 14 atlet pelajar. Artikel ini mendeskripsikan proses pendesainan pelatihan mental skills melalui 3 (tiga) tahap: prosedur assesmen, pendesainan pelatihan, dan pelaksanaan. Hasil asesmen menyimpulkan tiga hal yang menjadi kekhawatiran atlet, yaitu: (1) kepercayaan diri; (2) penanggulangan kecemasan dan energisasi; serta (3) Perencanaan karier masa depan. Hasil tersebut kemudian dijadikan dasar untuk meracang materi pelatihan. Dari kegiatan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pendesainan pelatihan mental skills dapat lebih tepat guna dan efektif bila didahului asesmen kebutuhan awal.