Pendahuluan: Keluarga dengan balita kurang gizi merupakan salah satu sasaran program Kementrian Kesehatan yaitu Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Masih banyaknya masalah gizi pada balita dan persentase KADARZI yang belum mencapai target nasional 80% menunjukkan bahwa asuhan gizi di tingkat keluarga belum memadai. Salah satu penghambat KADARZI adalah ibu tidak mendapatkan dukungan dari keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam melaksanakan program keluarga sadar gizi (KADARZI) pada kasus balita dengan kurang gizi.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita kurang gizi berusia 12-59 bulan di Surabaya. Sampel penelitian ini berjumlah 107 responden yang diperolah menggunakan teknik purposive sampling. Variabel independen adalah dukungan keluarga. Variabel dependen adalah perilaku ibu balita yang kurang gizi dalam melaksanakan KADARZI. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data penelitian dianalisis menggunakan SPSS dengan uji Spearman Rho dengan tingkat signifikansi p = 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan hubungan dukungan keluarga dengan perilaku KADARZI (p=0,000) dengan arah korelasi yang bernilai positif.Kesimpulan: Terdapat dukungan keluarga berhubungan dengan perilaku ibu balita dalam melaksanakan KADARZI. Semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula perilaku ibu dalam melaskanakan KADARZI. Perawat Komunitas dapat memberikan intervensi berupa penyuluhan tentang pentingnya KADARZI agar ibu balita dan keluarga termotivasi untuk melaksanakan kelima indikator KADARZI.
Dari tahun ke tahun konsumsi Sugar-Sweetened Beverages atau minuman dengan tambahan gula (SSB) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat memicu peningkatan berat badan dan berisiko terjadinya obesitas. Remaja usia sekolah mulai mengalami peningkatan selera makan namun tidak diikuti dengan aktivitas fisik yang cukup sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya obesitas. Status gizi pada remaja akan menyebabkan perubahan status gizi di masa dewasa. Obesitas menjadi salah satu faktor pemicu penyakit-penyakit berisiko. Kegiatan pendampingan berupa pendidikan kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Pada proses pendidikan kesehatan, para siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang risiko konsumsi tinggi SSB dan obesitas. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan adalah mencakup bidang gizi dan farmasi. Pendampingan remaja dengan pendidikan kesehatan ini dapat menjadi salah satu upaya dalam pencegahan obesitas pada remaja. Selain itu, pendidikan kesehatan yang berisi tentang pemilihan makanan dan minuman yang sesuai dengan gizi seimbang, aktivitas fisik untuk remaja, serta risiko konsumsi tinggi SSB dan obesitas dapat meningkatkan pengetahuan, menurunkan tingkat konsumsi SSB, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dalam upaya pencegahan terjadinya obesitas.
Failure to manage diabetes occurs due to patient non-compliance in implementing therapy, controlling risk factors, low knowledge and family involvement in caring for diabetes sufferers. Patient diabetics are risk for diabetic foot ulcers. Diabetic foot ulcer problems are a chronic complication and can lead to physical disabilities. This study was a quasi-experimental study with a non-equivalent control group design where the study used pre-post-test and cluster sampling. Data were collected through questionnaires and observation sheets. The results showed p value = 0.000 (p <0.05) means diabetes self management education with family centered care could prevent the occurrence of diabetic foot ulcers. Improving the quality of life of diabetics can be done with good self-management to avoid complications that can worsen the condition. There is no best educational program if it is not accompanied by compliance, commitment and family support in carrying out treatment.
ABSTRAKInfeksi Helicobacter pylori (H. pylori) menyebabkan timbulnya berbagai masalah pada saluran cerna, seperti gastritis kronik, peptic ulcer, gastric mucosa-associated lymphoid tissue (MALT) hingga menimbulkan kanker. Resisten terhadap antibiotik terus mengalami peningkatan menuntut segera ditemukannya pengobatan baru yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi senyawa Heksagamavunon-6 (HGV-6) dan analognya (D144, D154, dan D156) sebagai anti-H.pylori. Program AutoDock Vina digunakan pada proses penambatan molekul. Ligan uji, HGV-6 dan analognya, ditambatkan pada enzim shikimat kinase (PDB ID: 3N2E) dan urease (PDB ID: 1E9Y) sebagai target kerja dalam menghambat bakteri H.pylori. Parameter yang diamati berupa energi ikatan (kkal/mol) antara ligan uji dan protein dibandingkan dengan energi ikatan antara ligan asli dengan protein. Hasil penambatan pada enzim shikimat kinase menunjukkan bahwa energi ikatan senyawa HGV-6 (-9,2) dan D156 (-8,8) lebih rendah dibandingkan dengan energi ikatan ligan asli (-8,7), sedangkan D144 (-8,0 ) dan D154 (-8,4 ) memiliki energi ikatan yang lebih tinggi. Nilai energi ikatan antara enzim urease dengan HGV-6 (-7.7), D156 (-7,7), D154 (-6,7) dan D144 (-6,7) lebih rendah dibandingkan dengan energi ikatan enzim urease dengan ligan asli (-3,5). HGV-6 dan D156 memiliki potensi sebagai anti- H.pylori lebih tinggi dibandingkan analog lainnya. Penelitian lebih lanjut secara in vitro perlu dilakukan untuk mengevaluasi potensi HGV6 dan analognya sebagai anti- H.Pylori.Kata kunci : Shikimat kinase, Urease, HGV-6, H. pylori, docking molekul, AutoDock VinaHelicobacter pylori (H. pylori) infections cause various gastrointestinal problems, such as chronic gastritis, peptic ulcer, gastric mucosa-associated lymphoid tissue (MALT) and cancer. Antibiotic resistance continues to increase, demanding that new effective treatments found immediately. This study aim was to evaluate the potential of the hexagamavunon-6 (HGV-6) compound and its analogues (D144, D154, and D156) as anti-H. pylori. AutoDock Vina program was used for molecular docking. The ligand, HGV-6 and its analogues, was docked to the enzyme shikimate kinase (PDB ID: 3N2E) and urease (PDB ID: 1E9Y) as a target of action to inhibit H. pylori bacteria. The parameter observed was the binding energy (kcal/mol) between the ligand and protein compared with the binding energy between the native ligand with protein. The results of docking protocol to the shikimate kinase enzyme showed that the binding energy of HGV-6 (-9.2) and D156 (-8.8) are lower than native ligand binding energy (-8.7), whereas D144 (-8.0) ) and D154 (-8.4) have higher binding energy. The binding energy values between the urease enzyme and HGV-6 (-7.7), D156 (-7.7), D154 (-6.7) and D144 (-6.7) are lower than the binding energy of the urease enzyme with the native ligand ( -3.5). HGV-6 and D156 have higher anti-H.pylori potential than others. Further in vitro research needs to be carried out to evaluate the potential of HGV6 and its analogues as anti-H. pylori.Keywords: Shikimate kinase, Urease, HGV-6, H. pylori, molecular docking, AutoDock Vina
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.