No abstract
Penyakit asma diderita sekitar 300 juta penduduk dunia, dan 4% warga Indonesia. Kambuh asma ialah episode sesak nafas penyempitan saluran bronkus, kesulitan ekspirasi, ukuran peak expiratory flow dapat merepresentasi kondisi asma. Olahraga dan aktifitas fisik bermanfaat menurunkan stres, meningkatkan daya tahan tubuh, rasa percaya diri, kapasitas pernafasan. Latihan otot pernapasan dan otot dada meningkatan kapasitas dan volume paru, termasuk kemampuan ekspirasi. Namun bagi penderita asma bisa memicu kambuh, sebagai Exercise Induce Bronchosconstriction (EIB). Senam asma adalah aktifitas fisik terukur terkendali untuk penderita asma, dirancang berbeda-beda dalam hal waktu, pengulangan dan durasi perlakuan. Observasi awal mendapatkan senam asma 58 menit 1 kali seminggu, selama 6-8 minggu, sebagian penderita tidak mampu mengikuti sepenuh waktu. Diperlukan masukan aktifitas fisik yang aman dan efektif bagi penderita asma, sekaligus menepis persepsi EIB. Rancangan senam yang utamanya melatih otot-otot pernafasan dan dada, terukur dan terkendali, bertujuan mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan peak expiratory flow rate dan penurunan frekuensi kambuh. Senam 30 menit 1 dan 2 kali seminggu selama 6 minggu, untuk dianalisis pengaruhnya terhadap peak expiratory flow rate dan frekuensi kambuh penderita asma. Pre test post test control group design pada accidental random sampling 2 kelompok masing-masing 10 responden Klub Asma RS Persahabatan Jakarta, tanggal 13 Juni sampai dengan 6 Oktober 2010. Kelompok 1 mendapatkan perlakuan senam 30 menit sekali seminggu selama 6 minggu, sedang kelompok 2 mendapat perlakuan senam yang sama 2 kali seminggu. Data peak expiratory flow rate dan frekuensi kambuh dianalisis dengan SPSS. Uji komparabilitas peak expiratory flow rate dan frekuensi kambuh sebelum dan sesudah senam dengan significant level (α=5%), baik kelompok 1 dan 2 didapatkan p<0,05 (p1=0,000; p2=0,023; p3=0,000; p4=0,004), menunjukkan peningkatan peak expiratory flow rate (5-10) % pada kelompok I dan (15-20) % kelompok 2. Frekuensi kambuh menurun dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 2 – 4 kali per bulan kelompok 1, pada kelompok 2 dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 1-2 kali per bulan. Uji beda kenaikan peak expiratory flow rate dan penurunan frekuensi kambuh antara kelompok 1 dan 2 dengan didapatkan seluruh p<0,05 (p1=-0,002; p2=-0,001), menunjukkan perbedaan.Senam asma 30 menit 1 kali seminggu selama 6 minggu berpengaruh meningkatkan peak expiratory flow rate sebesar 5-10% (p<0,05); dan menurunkan frekuensi kambuh 40% , dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 2 – 4 kali per bulan. Senam yang sama 2 kali seminggu meningkatkan peak expiratory flow rate sebesar 15-20% (p<0,05) ; menurunkan frekuensi kambuh 89% (p<0,05) dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 1-2 kali per bulan. Senam asma 2 kali seminggu tersebut meningkatkan peak expiratory flow rate 10% dan menurunkan frekuensi kambuh 59% lebih besar dari senam yang sama 1 kali seminggu (p<0,05). Perlu penelitian lanjut untuk mengetahui dosis senam asma yang optimal sesuai dengan tingkat status asma, yang bertujuan meningkatkan kebugaran dan kualitas hidup harian penderita asma bronkial.Kata kunci : senam asma, peak expiratory flow rate, frekuensi kambuh.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.