Tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan akhir-akhir ini karena berniai ekonomi yang dapat dijadikan berbagai macam produk olahan, mulai dari makananan, kosmetik dan bahan baku industry lainnya. Tanaman umbian ini dapat tumbuh di semua kondisi agroklimat termasuk di kawasan hutan maupun lahan kebun dibawah tegakan pohon. Ada dua strategi pendekatan dalam mengatasi persoalan pengembangan porang yakni sosialisasi inovasi teknik budidaya tanaman porang (terdiri atas: perkembangbiakan menggunakan katak; perbanyakan menggunakan buah/biji; perbanyakan menggunakan umbi) dan yang kedua adalah pengolahan paska panen. Metode pelaksanaan pengabdian pada masyarakat telah dilakukan melalui penyuluhan teknik budidaya tanaman porang, peragaan budidaya tanaman porang di lahan garapan Kelompok Tani dan bimbingan teknik pengolahan pasca panen sederhana. Tanaman porang layak dikembangkan dalam pelestarian sumberdaya hutan, sebagai sarana pengalihan orientasi dan mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan dari hasil hutan kayu ke hasil hutan non kayu dalam peningkatan kesejahteraan upaya melestarikan Kawasan penyangga. kandungan nutrisi dalam tanaman porang terbilang kompleks terutama pati, glukomannan, kristal kalsium oksalat, serat kasar dan gula reduksi. Penanganan porang pasca panen menghasilkan beragam bentuk baik berupa keripik (chip), tepung porang dan tepung glucomannan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar tepung, mie instan dan produk makanan dan minuman lainnya. Persoalan yang dihadapi petani porang secara umum di lokasi yakni: 1) Permodalan; 2) Keamanan (sering terjadi pencurian tanaman porang di lahan); 3) Kebakaran hutan. Inovasi pembiakan porang berupa: 1) Pebiakan melalui katak atau bubil; 2) Pembiakan dari buah atau biji; 3) Pembiakan dari umbi.
Agricultural land in North Lombok is dominated by a typology of sub-optimal land, physically, chemically and biologically. These properties make it vulnerable to degradation. In such land, agroforestry system is highly recommended, where the porang plant can be included as a component. Nowdays, porang is gaining popularity as a commodity with economic value, and is suitable as an intercropping plant. It is easy to grow on almost all types of soil, and is resistant to shade, making it adaptive to agroforestry systems as non-timber under standing plants in community forest systems. It is believed that this will provide multiple benefits economicly and environmentaly, if it accompanied by the principles of soil and water conservation. The role of porang as a conservative agent has been investigated through a scientific approach as the basis for the domistication of porang in agroforestry systems. The results showed that agroforestry with porang could help improve the stability of the soil aggregates as indicated by the soil aggregate stability index 59 which means rather stable. Soil moisture of wilting point in agroforestry system with porang increased from 3.0% (without porang) to 5.4%. In addition, the soil organic matter content increased to 3.94% (quite high) on the system with porang because the stems and leaves of porang plant are quickly weathered. The ground cover is relatively tight, so it can prevent soil erosion. Porang also play a role in increasing water infiltration due to the presence of porang’s roots and tubers. Thus the domistication of porang fulfills the requirements as an agent of soil conservation, as non-timber plant in the agroforestry system, if it is cultivated according to the principles of soil and water conservation on the typology of sub-optimal land in North Lombok.
Bertani di lahan tegalan adalah suatu ikhtiar menantang alam. Pernyataan ini dapat diterima sebagai sebuah fakta, karena kendala yang dihadapai sangatlah kompleks. Ada tiga kendala utama pertanian lahan tegalan, yaitu: faktor biofisik lahan, iklim kering dan sumberdaya manusia. Biofisik lahan dicirikan oleh tipologi lahan sub-optimal secara fisika, kimia dan biologi. Iklim pada umumnya tergolong semi ringkai tropis (semi-arid tropic) dengan sifat hujan tidak menentu (erratic rainfall), dan sumberdaya manusia tergolong dalam klaster di bawah garis kemiskinan. Kegiatan pengabdian terhadap petani lahan tegalan telah dilakukan terhadap salah satu kelompok tanai tegalan di dusun Rambitan-3, desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Kegiatan dilaksanakan secara berkala dan telah memasuki tahun ke-3 pada tahun 2019.Kelompok sasaran ditetapkan secara purposive sampling dan kegiatan dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion, FGD). Eksekusi kegiatan masih pada level demonstrasi terbatas, melalui metode kaji tindak (action research), seperti: bertanam di pekarangan (home gardening), bertenak unggas disertai penetasan dan bertanam kelapa genjah sebagai penguat teras pekarangan. Hasil kegiatan menujukkan beberapa hal spesifik sebagai berikut: (1) secara kultural kesetaraan gender dalam kelompok sasaran belum terwujud, sehingga anggota FGD harus dipisahkan berdasar jenis kelamin, (2) aktivitas pertanian masih bersifat subsisten (untuk mencukupi kebutuhan dasar pangan semata), dan (3) beraktivitas di lahan sendiri di tegalan adalah prioritas kedua, sedang aktivitas utama adalah sebagai buruh tani di lahan sawah. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah: (1) inovasi bidang pertanian bagi petani tegalan harus murah dan secara instan (waktu singkat) menjawab kebutuhan dasar, (2) harus ada dukungan para pihak, dan Pemeritah Daerah untuk menginisiasi aktivitas dan (3) harus ada perubahan paradigma petani dalam usahatani lahan tegalan.
One of the tourist destinations in Lombok, West Nusa Tenggara is the Special Economic Zone Mandalika (KEK Mandalika), a coastal tourism area with various supporting infrastructures on an international scale covering an area of 1,035.67 hectares. The pace of development brings environmental impacts, especially the morphology of the land in the form of mountains and hills is exposed by the conversion of land functions from proteced forest to agricultural areas without the application of land conservation methods. Bypass BIL-KEK Mandalika as the main connecting road for this tourism area is 17.2 km long flanked by hills with a slope of >30o and almost all hilly areas have been converted into agricultural areas. In this area there is minimal standing vegetation accompanied by unstable physical conditions, making all hilly areas on the BIL-KEK Madalika bypass classified as a Very High Erosion Hazard Level which reaches > 560 tons/ha/year which triggers more potential hazards. big like landslides and floods. Various steps have been taken, such as: 1) Integration of porang (Amorphopallus) and standing vegetation (canopy) applied in hilly areas in the Bypass BIL-KEK Mandalika area; 2) Emphasizing and preventing the conversion of buffer zones; 3) Rehabilitation of the Bypass BIL-KEK Mandalika Hills Area.
Bedeng permanen adalah bedeng yang dipergunakan dalam jangka lama dan bertujuan meningkatkan produksi pertanian melalui penerapan pertanian lestari, dan berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai media tanam serta meningkatkan kesejahteraan petani. Ada tiga prinsip dasar pertanian konservasi yakni: i) menerapkan pengolah tanah minimal atau tanpa olah tanah ii) menerapkan tanaman penutup tanah (cover crops) secara terus-menerus sepanjang tahun, dan iii) menerapakan diversifikasi tanaman, baik secara tumpang sari, rotasi tanaman, dan tanam beruntun (relay cropping), terutama antara tanaman non legume dan legume. Tujuan kegiatan ini adalah mendemonstrasikan penerapan pertanian teknik bedeng permanen untuk mengurangi biaya produksi usahatani. Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat: 1) sebagai contoh penerapan pertanian yang berbasis bedeng permanen dapat menjaga tanah agar tidak mengalami erosi dengan menanam tanaman penutup tanah (cover crops) dan mulsa, 2) sebagai contoh teknik bedeng permanen untuk memelihara stabilitas tanah dan irit biaya, 3) sebagai contoh cara alamiah dalam pemulihan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah tegalan, dan 4) sebagai contoh cara peningkatan produktivitas tanah lahan sawah kering. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka beberapa metode konservasi di sawah diperkenalkan, serta diperkenalkan beberapa jenis tanaman sayuran dan teknis olah tanah minimal. Target luaran yang akan dicapai berupa: (1) Buku panduan pertanian berbasis bedeng permanen, dan (2) materi publikasi ilmiah bidang pengabdian masyarakat yang diterbitkan dalam format jurnal pengabdian pada masyarakat skala lokal di Lingkungan Universitas Mataram.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.