Perilaku kekerasan massa terhadap pelaku kejahatan tidak dapat ditinjau hanya dari satu segi, banyak sebab yang harus ditelaah. Kendatipun demikian, kekerasan ini harus segera dihentikan, sebelum melahirkan kekerasan- kekerasan lainnya yang dikendalikan. Menyadari fenomena di atas, maka permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah untuk bentuk dan modus operandi perilaku kekerasan massa; faktor-faktor yang menyebabkan maraknya tindak kekerasan massa; serta sikap dan perilaku aparat kepolisian dalam menghadapi perilaku kekerasan massa terhadap para pelaku tindak kejahatan. Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas, didasarkan pada dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris; sedangkan teknik analisis datanya adalah teknik deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku kekerasan massa yang sering dilakukan terhadap pelaku kejahatan di Kecamatan Semaka adalah langsung menghakimi pada saat pelaku tindak kejahatan tertangkap basah sedang melakukan tindak kejahatan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan maraknya perilaku kekerasan massa adalah makin banyaknya tindak kejahatan yang tidak mampu ditanggulangi aparat keamanan, ketidakpercayaan masyarakat terhadap proses penegakan hukum, dan adanya provokasi dari pihak- pihak tertentu; sedangkan sikap dan perilaku aparat kepolisian dalam menghadapi perilaku kekerasan massa di lokasi penelitian ini secara umum bersifat ambigu (ragu-ragu).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik perilaku nilai kearifan lokal Sakai-Sambayan, dan berbagai faktor penghambat dalam pelaksanaan dan pelestariannya dalam kehidupan masyarakat adat sehari-hari di Desa Maja, Kecamatan Kalianda Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dianggap sebagai cara yang relevan untuk memperoleh informasi yang valid, khususnya tentang realitas praktik perilaku kearifan lokal Sakai-Sambayan dalam kehidupan masyarakat adat sehari-hari pada umumnya. Berdasarkan hasil penelitan ini diketahui bahwa pelaksanaan tradisi Sakai-Sambayan dalam kehidupan masyarakat adat di lingkungan Desa Maja masih berjalan dalam batas waktu dan tempat yang tidak mengikat peluang warga untuk kepentingan memenuhi kebutuhan internal keluarga. Secara umum diketahui ada 3 (tiga) faktor penghambat pelaksanaan dan pelestarian kegiatan Sakai-Sambayan yaitu faktor pertambahan penduduk, perubahan pola pikir warga dan kurangnya frekuensi sosialisasi terhadap keluarga dan warga pada umumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi sikap perilaku kearifan lokal nemui-nyimah dalam kehidupan masyarakat multikultural di wilayah Lampung Selatan; mengetahui realitas sikap perilaku kearifan lokal nemui- nyimah diterapkan dalam kehidupan masyarakat multikultural di wilayah Lampung Selatan; mengetahui faktor-faktor apa yang menghambat penerapan prinsip nilai nemui-nyimah dalam kehidupan masyarakat multikultural di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini cukup relevan untuk diterapkan dalam memperoleh gambaran mengenai realitas sikap perilaku kearifan lokal nemui-nyimah diterapkan dalam kehidupan masyarakat multikultural di wilayah Lampung Selatan; mengetahui faktor-faktor apa yang menghambat penerapan prinsip nilai nemui-nyimah dalam kehidupan masyarakat multikultural di wilayah Lampung Selatan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa: a). Fungsi nemui-nyimah dalam kehidupan masyarakat yaitu: memelihara keterbukaan pelayanan kepada masyarakat, memelihara rasa tanggung jawab, memelihara perilaku disiplin, menumbuhkan rasa toleransi, mempermudah pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan rasa solidaritas sosial; b). Faktor-faktor yang menghambat penerapan nemui-nyimah yaitu: pengaruh budaya asing, perubahan pola piker masyarakat, miskomunikasi nilai-nilai nemui-nyimah; dan c). Strategi penerapan prinsip nilai nemui-nyimah meliputi: membentuk sanggar budaya, membentuk Lembaga penyimbang adat, pemberdayaan masyarakat
This study aims to determine: (1) the level of understanding of farmers about government regulations related to KUR funds in the Agriculture sector, (2) communication patterns and behavior as well as the use of farmer media types associated with KUR management in the agricultural sector (3) the relationship between communication patterns and behavior and the use of sector is aimed at educating farmers’ independence in managing their farming so that the food security program continuously improving. This research was designed as a descriptive correlational approach using the survey method. The research targets are farmer groups participating in the KUR program in the Agriculture sector covering five sub Districts, namely: Gading Rejo, Kotaa Agung, Gisting, Talang Padang, and Semaka, in Tanggamus District. Based on the results of the research, it is known that the understanding of farmers about the procedure for applying for KUR in the agricultural sector, rights and obligations and sanctions for violations, and management of KUR funds in the agricultural sector that they get on average are in the quite good category. Besides, there are significant differences in communication patterns and behavior as well as the use of types of media, causing farmers to understand different KUR programs in the Agriculture sector. Especially in the factor of communication patterns, communication behavior, and the use of the type of media that farmers choose. The relationship between communication patterns, individual farmer characteristics, behavior, communication, and the use of media types is quite varied.Keywords: Agriculture sector, communication patterns, farmer, regulation ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman petani tentang peraturan pemerintah terkait dana KUR di sektor Pertanian, (2) pola dan perilaku komunikasi serta penggunaan jenis media petani yang terkait dengan pengelolaan KUR di bidang pertanian. sektor (3) keterkaitan antara pola komunikasi dan perilaku dengan pemanfaatan sektor bertujuan untuk mendidik kemandirian petani dalam mengelola usahataninya sehingga program ketahanan pangan terus meningkat. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan deskriptif korelasional dengan menggunakan metode survei. Sasaran penelitian adalah kelompok tani peserta program KUR bidang Pertanian yang meliputi lima kecamatan, yaitu: Gading Rejo, Kota Agung, Gisting, Talang Padang, dan Semaka, di Kabupaten Tanggamus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemahaman petani tentang tata cara pengajuan KUR di sektor pertanian, hak dan kewajiban serta sanksi atas pelanggaran, dan pengelolaan dana KUR di sektor pertanian yang mereka dapatkan rata-rata. termasuk dalam kategori cukup baik. Selain itu terdapat perbedaan pola komunikasi dan perilaku serta penggunaan jenis media yang sangat berbeda sehingga menyebabkan petani memahami berbagai program KUR di sektor Pertanian. Terutama pada faktor pola komunikasi, perilaku komunikasi, dan penggunaan jenis media yang dipilih petani. Hubungan antara pola komunikasi, karakteristik individu petani, perilaku, komunikasi, dan penggunaan jenis media cukup bervariasi.Kata Kunci: Sektor pertanian, pola komunikasi, petani, regulasi
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.