PENDAHULUANTransformasi dalam peradaban teknologi dimulai dengan ditemukannya baterai oleh Alexander Volta pada tahun 1800 M [1], sejak saat itu perkembangan kelistrikan terus mengalami kemajuan. Sampai saat ini, listrik merupakan bentuk energi yang sangat populer. Hal ini dikarenakan listrik memiliki beberapa kelebihan, antara lain merupakan energi yang dapat dengan mudah disalurkan pada pengguna,dalam penggunaannya listrik tidak menimbulkan pencemaran lingkungan serta mudah dikonversikan menjadi besaran energi lain.Disamping kelebihan yang dimiliki, listrik sebagai salah satu bentuk energi membutuhkan penyaluran untuk sampai ke tujuan. Dalam penyalurannya energi listrik, dibutuhkan peralatan-peralatan pengaman untuk mencegah hubung singkat, sambaran petir, dan arus bocor . Bahaya listrik yang sering terjadi dalam kehidupan manusia antara lain kebakaran akibat hubung singkat, kerusakan jaringan tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian akibat tersengat listrik. Peralatan-peralatan standar yang sering digunakan seperti mini circuit breaker (MCB), sekering dan kawat tanah ternyata tidak selalu dapat menghindarkan manusia dari bahaya-bahaya tersebut di atas.Arus bocor dapat terjadi karena mengalirnya arus dari kawat fasa ke tanah tanpa melalui kawat netral yang diakibatkan karena adanya kebocoran isolasi atau karena ada manusia/hewan yang tersengat listrik. Akibat utama dari gangguan arus yang melalui konduktor atau alat lain yang tidak diharapkan untuk menerima arus adalah peningkatan suhu yang tidak normal. Suhu yang terlalu tinggi ini dapat menyebabkan kerusakan pada kabel atau bahkan percikan api pada material, lalu terbakar.Aliran arus merusak dua fungsi tubuh yang vital yaitu pernafasan dan detak jantung. Manusia yang tersengat arus listrik memiliki tingkat ketahanan yang berbeda-beda terutama
Energi terbarukan merupakan salah satu alternatif di tengah krisis energi. Salah satu sumber energi terbarukan adalah Biomassa. Biomassa berasal dari organisme seperti tumbuhan dan hewan serta limbahnya. Salah satu contoh penerapan biomassa sebagai sumber energi adalah limbah pabrik kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keekonomisan dari pemanfaatan limbah padat dari pengolahan kelapa sawit yaitu serabut (fiber) dan cangkang (shell) kelapa sawit sebagai bahan bakar Boiler untuk membangkitkan listrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis produksi dan pemanfaatan serabut dan cangkang sawit untuk disesuaikan dengan kebutuhan listrik pabrik sehingga bisa diketahui biaya energi dari pemanfaatan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKS beroperasi selama 10 jam dengan kapasitas pengolahan 45 ton/jam. Setiap kelapa sawit yang diolah menghasilkan 6% cangkang dan 13% fiber, maka produksi cangkang sebesar 2.700 kg/ jam dan fiber sebesar 5.850 kg/jam. Bahan bakar yang masuk ke Boiler adalah 1.735,08 kg/jam untuk cangkang dan 5.189,34 kg/jam untuk fiber Rata-rata penggunaan listrik pabrik adalah 783 kWh maka bahan bakar yang dibutuhkan untuk membangkitkan listrik adalah sebesar 6,63 kg serat dan 2,22 kg cangkang per kWh. Biaya Energi dari pemanfaatan serabut dan cangkang kelapa sawit lebih mahal dibandingkan dengan solar yaitu sebesar Rp32.050.425/hari.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.