ABSTRAKPenyakit bulai yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dapat menurunkan hasil dan kualitas jagung secara nyata. Sifat ketahanan terhadap penyakit bulai pada tanaman jagung diperlukan untuk penetapan strategi pengendalian penyakit. Penanda molekuler biasanya digunakan untuk melihat variasi ketahanan tanaman terhadap penyakit. Penelitian ini menguji 5 primer inter simple sequence repeat (ISSR) sebagai penanda molekuler untuk menentukan ketahanan tanaman jagung terhadap penyakit bulai. Rata-rata polimorfik 5 primer ISSR yang digunakan ialah 72.84%. Primer ISSR 808 (AG) 8C mampu membedakan jagung kultivar Talenta yang tahan bulai dari kultivar Pulut yang rentan.Kata kunci: kultivar tahan, Peronosclerospora maydis, polimorfik, primer ABSTRACT Downy mildew disease of maize, caused by the fungus Peronosclerospora maydis, can cause serious yield loss. Molecular markers-based method is usually performed to look for the variation of resistance in plants. In this study, 5 primers of inter simple sequence repeat (ISSR) was evaluated for molecular marker to determine maize resistance to downy mildew. The average polymorphic of 5 ISSR primers was 72.84%. Primer ISSR 808 (AG) 8C was able to differentiate resistant cultivar (cv Talenta) from susceptible cultivar (cv Pulut).
Informasi mengenai karakter fenotip tanaman sangat penting dalam program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi fenotip dan kekerabatan varietas jagung lokal Kabupaten Timor Tengah Utara. Varietas jagung lokal Kabupaten Timor Tengah Utara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ‘pena molo’, ‘pena fatu’, ‘pena kikis’, dan ‘pena boto’. Sebanyak 14 karakter fenotip diamati untuk menilai variasi genetik berdasarkan karakter fenotip. Pengukuran karakter fenotip didasarkan pada sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif. Data fenotip selanjutnya diolah dengan program Multi Variate Statistical Package (MVSP) dengan metode UPGMA (Unweighted Pair-Group Method with Arithmetic Average) dan Gower General Macthing Coefficient untuk mengkonstruksi dendogram. Hasil penelitian menunjukkan koefisien kemiripan berdasarkan karakter fenotip adalah 0,43% – 1%.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk bokashi padat berbahan dasar feses babi dengan level berbeda terhadap pertumbuhan tanaman sengon laut. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 sehingga terdapat 60 polibag. R0 = Tanpa pemberian Bokashi (kontrol), R1 = Aplikasi Bokashi 500 g/polibag, R2 = Aplikasi Bokashi 750 g/polibag, R3 = Aplikasi Bokashi 1000 g/polibag. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, tangkai daun. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian bokashi padat pada level 1000 g/polibag secara signifikan mempengaruhi tinggi tanaman yaitu sebesar 12,43 cm, jumlah tangkai daun 9,93 tangkai, diameter batang 0,74 mm. Disimpulkan penelitian ini adalah Pemberian pupuk Bokashi padat berbahan dasar feses babi sangat efektif dalam meningkatkan nilai kesuburan tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sengon laut dengan bertambahnya tinggi tanaman, jumlah tangkai daun dan diameter batang dan Pemberian pupuk Bokashi padat berbahan dasar feses babi pada level 1000 g (R3) memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman sebesar 12,43 cm/tanaman; Jumlah tangkai daun 9,93 tangkai/tanaman dan diameter batang sebesar 0,74 cm/tanaman . Hasil ini lebih baik dibandingkan perlakuan level Bokashi 500 g (R1), 750 g (R2) maupun Kontrol (R0).
Penelitian ini dilaksanakan pada kebun percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara selama satu periode penanaman (45) hari Terhitung Bulan November 2018 Sampai Bulan Januari 2019. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas teh kompos berbahan dasar berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi rumput Benggala (Panicum maximum). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 4 ulangan. Adapun perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut : R0 : Tanpa Teh Kompos. R1 : Teh Kompos Berbahan Dasar Guano. R2 : Teh Kompos Berbahan Dasar Feses Sapi. R3 : Teh Kompos Berbahan Dasar Ekskreta Ayam. Variabel yang diamati berupa: tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat segar tanaman, berat kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teh kompos berbahan dasar berbeda menghasilkan tinggi tanaman terbaik pada perlakuan penggunaan teh kompos berbahan dasar ekskreta ayam yaitu pada perlakuan R3 sebesar 108, 12 cm, jumlah anakan terbanyak pada perlakuan R3 dengan bahan dasar ekskreta ayam sebanyak 3,85 anakan, jumlah daun terbanyak pada perlakuan R3 dengan teh kompos berbahan dasar ekskreta ayam sebanyak 7,21 helai daun, berat kering terendah pada perlakuan R3 dengan teh kompos berbahan dasar exkreta ayam sebanyak 190, 499 %, berat segar tertinggi pada perlakuan R3 dengan teh kompos bahan dasar ekskreta ayam sebanyak 950,00 g. Namun secara statistik menunjukan bahwa pemberian perlakuan teh kompos berbahan dasar berbeda pada level yang sama menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang sama atau berbeda tidak nyata untuk semua variabel pengamatan. Disimpulkan bahwa pemberian teh kompos berbahan dasar pupuk guano, feses sapi dan ekskreta ayam menghasilkan nilai pertumbuhan dan produksi yang sama hal ini karena unsur hara yang tersedia dalam teh kompos yang diberikan relatif sama.
Cholchisine is achemical mutagen that has been used to enhanced the quality of local garlic eban plant (Allium sativum L.). The method used in this research is an experimental method, namely colchicine treatment of garlic cloves. The colchicine treatments were used 5%, 10%, and 20%. The phenotypic characters observed were the percentage of shoot, shoot height, root length, number of growing cloves, plant height, number of leaves, stem diameter, tuber wet weight, tuber dry weight tuber diameter and number of cloves. The results showed that there were phenotypic changes in the parameters (control, cholchisine 5 %,cholchisine 10 %, cholchisine 20 % respectively) namely plant height39.92 cm, 46.76 cm, 43.81 cm, 36.02 cm, number of leafs 6.8 leafs, 7.16 leafs,6.16 leafs, 6.4leafs, stem diameter 0.1 cm, 0.13 cm,0.1 cm, 0.1 cm, tuber wet weight1.97g,3.22 g, 2.19 g, 1.32 g, tuber dry weight1.74 g,2.63 g, 2.03 g, 1.09 g, tuber diameter1cm,1.4 cm, 1.2 cm, 0.94 cm, number of cloves2.4 cloves, 5.16 cloves, 3 cloves, 1 cloves/single, and root length at harvest4.04 cm,7.65 cm, 5.16 cm, 5.1 cm. The appropriate concentration of colchicine for phenotypic changes and increased yield of garlic was 5%. The conclusion of this study is the growth and yield of local Eban garlic showed good phenotype and yield at low concentrations of colchicine.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.