Analysis of the effect of welding position and electrode movement pattern on hardness,it can be concluded that the electrode movement pattern has an influence on the hardness result. The purpose of this study was to determine the effect of the electrode angle on the mechanical and physical properties of low carbon steel from the SMAW welding process. The research method used is hardness testing and microstructure analysis. The results obtained are that specimens with different electrode angles, namely 300, 450, and 600 produce an average in each welding area such as the weld area, haz area, and different areas where the greater the angle the higher Also the average for each weld area and also on the analysis of microstructure shows that the weld metal area with electrode angles of 300, 450, and 600 shows the same microstructure or does not show any effect. the larger the area of the weld metal with electrode anglesof 300, 450, and 600, the larger the ferrite area, the larger the area of the weld metal with angles of 300, 450, and 600 pearlite grains.Keywords: electrode angle, low carbon steel, microstructure, welding
La Hasanudin 1,Yuspian Gunawan 2, Ridway Balaka 3, Agustinus Lolok 4, Budiman Sudia 5, Aminur 6, Al Ichlas Imran 7, Salimin 8, Samhuddin 9, Prinob Aksar 10 Teknik Mesin Universitas Halu OleoTeknik Elektro Universitas Halu OleoTeknik Mesin Sekolah Tinggi Mekongga Kolaka Email : La.hasanudin@uho.ac.id Email : Agustinus.gio@yahoo.co.id ABSTRAK Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) dalam pembangkit listrik tenaga uap sangat penting untuk diketahui karena terkait dengan perbandingan total konsumsi bahan bakar, di mana Pembangkit Listrik Tenaga Uap Nii Tanasa menggunakan bahan bakar batubara terhadap tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator listrik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efisien pembangkit listrik di industri pembangkit listrik di pembangkit listrik tenaga uap di Nii Tanasa dan juga untuk kemungkinan nilai kalor bahan bakar yang akan digunakan untuk pembakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Konsumsi Bahan Bakar Spesifik yang dibutuhkan dalam pembangkit listrik tenaga uap. Metode yang digunakan adalah metode langsung, input yang diperlukan adalah Gross kWh, Net kWh, penggunaan bahan bakar batubara. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah lignit rendah kalori. Hasil Konsumsi Bruto pada bulan Januari terlihat 1,08 kg / kWh sedangkan Konsumsi Bahan Bakar Bersih adalah 1,25 kg / kWh. Pada bulan Desember nilai Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Bruto adalah 1,04kg / kWh sedangkan jumlah Konsumsi Bahan Bakar Spesifik adalah 1,17kg / kWh. Nilainya relatif tinggi pada kapasitas ≤ 100 MW.Kata Kunci: Specific fuel consumption, Tenaga Uap, batu bara, Listrik, Pembakaran
Desa Puasana adalah salah satu desa di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di daerah pesisir pantai. Sebagian besar masyarakat desa membudidayakan tanaman nilam untuk diolah menjadi minyak atsiri yang cukup mahal di pasaran. Permasalahan yang dihadapi oleh petani nilam saat ini yaitu adanya ketergantungan pada pemilik alat penyulingan yang jaraknya hampir 10 km dari lokasi desa, sehingga petani membutuhkan biaya tambahan untuk membawa hasil panen nilam agar di suling menjadi minyak atsiri. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan membuat teknologi penyulingan nilam sederhana serta menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan tentang alat penyulingan sederhana tersebut, sehingga para petani memiliki pengetahuan cara membuat dan mengoperasikan alat penyulingan nilam sederhana secara mandiri. Tujuan program pengabdian ini adalah memberdayakan masyarakat petani nilam desan Puasana dalam memanfaatkan teknologi tepat guna untuk mengurangi ketergantungan pada alat penyulingan dilapangan serta menekan biaya transportasi pada proses penyulingan nilam menjadi minyak atsiri. Metode pemberdayaan petani nilam menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang menekankan pada keterlibatan masyarakat petani nilam dalam keseluruhan kegiatan dari proses pembuatan alat penyulingan sederhana sampai dengan penggunaannya. Dari program yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa 90% petani nilam desa Puasana telah mengetahui cara membuat dan memproduksi minyak atsiri dari alat penyulingan nilam sederhana. Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa minyak atsiri dapat diproduksi dari alat penyulingan nilam sederhana meskipun pemisahan minyak dan air masih dilakukan secara manual. Petani mengharapkan adanya keberlanjutai program pengadian untuk penyempurnaan alat dan pemeliharaannya.
In rural areas, water supply is needed for agricultural, livestock, and fishery activities. In this problem a pump with the right technology, efficiency, and economy is needed so that its management does not depend on fuel and electricity. As a solution to this problem is the use of a hydraulic ram pump. Hydram pumps are an alternative in distributing water from low places to high places. This study aims to design a hydraulic ram pump at Cemping Ground. In this study, the main system is a hydraulic ram pump (hdyram pump) which can drain water from a low place to a high place without using electricity. The flow capacity produced by this pump at a height of 5 meters is 0,000057 (m3/s) or 0,057 (liter/s), the flow rate produced by this tool is 0,00072 (m/s), the efficiency of the hydraulic ram pump produced is 75,83 %, it takes 58,26 minutes per day to meet the 200 L water requirement, for the stress that occurs in the pipe is 0,0554 N/mm2 and for the strain that occurs in the pipe is 0,0000185.Keywords: Alternative, Tool, Design, Pump, Hydraulic
The purpose of the study is to find out the influence of the type of welding on deformation produced by using the element method up to through ansys software. The material used in this study is AlSl 4130 steel material the process of connecting metal or distributing temperature into the connection material is carried out using ansys software with camphor used campuh U and V. The temperature given to the material is 1500°C. The results of the largest deformation research in the U camp are 0.00074711 m while in camphor V the total deformation formed from the welding temperature given is 0.00034381 m. The total difference in deformation formed in each camp is caused by the concentration of temperature that occurs in the material caused by the amount of temperature filling in the camp.keywords: Deformation, welding camp, temperature distribution
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.