Keluarga sebagai sistem sosial terkecil memiliki peran penting dalam mewujudkan kesejahteraan penduduk yang merupakan cita-cita pembangunan. Keluarga menjadi lingkungan sosial pertama yang mengenalkan cinta, moralitas agama, sosial budaya dan sebagainya. Penelitian ini ingin mendeskripsikan pengaruh religiusitas, gaya hidup hedonis dan gaji terhadap ketahanan keluarga. Untuk mencapai tujuan ini, pendekatan kualitatif digunakan dengan beberapa informan yang dipandang layak menjawab pertanyaan tentang penelitian ini, selanjutnya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) atau artikel ini menyebut sebagai diskusi sejawat. Hasil penelitian ini menjawab beberapa pertanyaan penting bagaimana religiusitas, gaya hidup dan gaji mempunyai implikasi terhadap ketahanan keluarga. Pertama, kualitas religiusitas seseorang berdampak signifikan terhadap ketahanan keluarga, selain itu, pengaruh gaya hidup hedonis sangat berimplikasi gaya hidup. Sikap hedonis cenderung menyebabkan penggunaan sesuatu secara tidak tepat atau berlebihan, atau dalam bahasa agama disebut sebagai sikap tabzir, dan tabzir cenderung merusak tatanan yang ada. Bahwa stabilitas ekonomi juga mempengaruhi ketahanan keluarga. Kata kunci: religiusitas, hedonis, gaji, ketahanan keluarga
<p>Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui metode istinbath Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dār al-Iftā al-Miṣhiriyyah tentang fatwa xenotransplantasi organ babi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada bagaimana sebuah gejala muncul. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam Xenotransplantasi ini Dār al-Iftā al-Miṣhiriyyah menggunakan metode ta’lili untuk menggali dan menganalisa suatu hukum yang dalilnya tidak ditemukan secara tersurat baik qath’i maupun dzanni. Adapun MUI menggunakan metode istinbath istislahi yang berdasarkan kemaslahatan dan diperoleh dari dalil-dalil umum dengan menggunakan qiyas. Adapun Meski demikian, keduanya sepakat bahwa xenotransplantasi hukum asalnya haram kemudian menjadi mubah ketika syarat-syarat dan batasan kedaruratan terpenuhi dimana dalam fatwa yang dikeluarkan oleh kedua lembaga tersebut konteksnya adalah kemaslahatan berupa terselamatkannya seseorang yang mengalami penyakit gagal fungsi organ.</p>
This paper aims to compare the ijtihad methods used by the Indonesian Council of Ulema (MUI) and Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama concerning the fatwa on the AstraZeneca COVID-19 vaccine. The study method is qualitative, with a normative legal approach and descriptive-comparative analysis. According to the findings of this study, MUI employs the type of ijtihad jama'iy (collective ijtihad) and interdisciplinary by using ijtihad bayani, ta'lili, and istishlahi methods in its ijtihad on the AstraZeneca vaccine. MUI declared in its fatwa that the AstraZeneca vaccine's legal origin is haram since it comes into touch with a haram substance or unclean during the production, namely trypsin which is produced from pig pancreas. However, the use of the AstraZeneca vaccine is temporarily permitted due to several reasons. While Bahtsul Masail in their ijtihad employs the type of ijtihad jama'iy and interdisciplinary ijtihad using the qauly and ilhaqy ijtihad methods. In their conclusion, Bahtsul Masail declared that the AstraZeneca vaccine is permissible to use under normal circumstances, particularly in an emergency, not only because it is safe but also because it is holy. However, in issuing a fatwa on the Covid-19 vaccine for AstraZeneca products, both MUI and Bahtsul Masail are pursuing the same goal: saving human lives (hifz al-nafs), and both institutions' decisions are based on reasonable and empirical considerations in the context of the public good, expecting that herd immunity would be achieved shortly in Indonesia, permitting it to be free from the Covid-19 pandemic quickly.Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ijtihad Majelis Ulama Indonesia dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama tentang fatwa vaksin AstraZeneca. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan menggunakan pendekatan hukum normatif dan teknik analisis deskriptif-komparatif. Hasil dari penelitian ini yaitu MUI dalam ijtihadnya mengenai vaksin AstraZeneca menggunakan jenis ijtihad jama’iy (kelompok) dan interdisipliner dengan menggunakan metode ijtihad bayani, ta’lili dan istishlahi. Dalam fatwanya, MUI menyatakan bahwa hukum asal vaksin AstraZeneca adalah haram karena pada proses produksinya bersentuhan dengan barang najis yaitu tripsin yang berasal dari pankreas babi. Namun, penggunaan vaksin AstraZeneca pada saat ini dibolehkan (mubah) untuk sementara dengan beberapa alasan kebolehan. Sedangkan Bahtsul Masail dalam ijtihadnya menggunakan jenis ijtihad jama’iy dan interdisipliner dengan menggunakan metode ijtihad qauly dan ilhaqy. Bahtsul Masail dalam putusannya menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca hukumnya mubah digunakan dalam kondisi normal apalagi darurat bukan hanya karena tidak membahayakan namun juga karena suci. Meski demikian, baik MUI maupun Bahtsul Masail dalam menetapkan fatwa tentang vaksin Covid-19 produk AstraZeneca pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu demi menyelamatkan jiwa kemanusiaan (hifz al-nafs) di mana dalam keputusan yang dihasilkan oleh kedua lembaga sama-sama memiliki pertimbangan rasional dan empiris mengenai konteks kemaslahatan publik dengan harapan segera terwujud suatu kekebalan kelompok (herd immunity) di Indonesia sehingga dapat segera terbebas dari wabah Covid-19.
Amid the issue of Indonesian religious extremism, the role of women in strengthening literacy and religious moderation in the family is a serious concern. Preventing cases of radicalism can start from the closest point, namely the family. This is important to study because the role of women in the family is not only as mothers, but women can carry out their multi-role as individuals, wives, mothers, and community mobilizers in the implementation of religious moderation. Through parenting applied by mothers to children, they can integrate the values of justice and togetherness so children learn to respond to differences wisely. The role of mothers and women amid the Covid-19 pandemic is completing domestic work and indirectly acting as teachers for children. In this situation, mothers must be wise and need to supervise their children using technology, which is the main door for children to receive information. This study examines the role of women in the family as movers of religious moderation in Indonesia. The research method used is library research, which will focus on the literature, while the analysis used is descriptive-analytical. The result of this research is that women as mothers can instill values of religious moderation through child-rearing, women as wives can work together with their husbands in fostering a household ark that integrates the value of religious moderation in educating children as a mother, and the nuclear family. While women as a society have the potential to maintain and maintain inter-religious harmony, this potential is underutilized.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.