Newcastle Disease merupakan penyakit viral menular pada unggas yang disebabkan oleh strain virulen Avian Paramyxovirus-1 (vAPMV-1), bisa menyebab kematian yang besar pada unggas tertular. Kegiatan surveilans telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Maros di provinsi Papua Barat dalam rangka deteksi dini serta mengetahui sirkulasi virus ND pada beberapa jenis unggas di beberapa kabupaten pada ternak unggas. Sebanyak 215 pool swab orofaring unggas dari ayam buras, ayam broiler, ayam layer, itik, entog dan puyuh. Sampel diambil dari 2 kabupaten/kota, 8 kecamatan, 10 desa. Pengujian terhadap sampel swab unggas tersebut di lakukan di Laboratoium Virologi dengan metode isolasi pada telur specific pathogen free (SPF). Hasilnya menunjukkan ditemukan 5 pool swab positif terhadap ND dari 15 pool swab pada ayam broiler di Kabupaten Manokwari. Bioskuriti dan vaksinasi ND perlu dilakukan di lokasi peternakan untuk mencegah serangan ND.
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang disebabkan oleh Brucella abortus, yang menga-kibatkan kerugian ekonomi akibat terjadinya keguguran pada sapi betina yang bunting pada triwulan ketiga kebuntingan. Surveilans brucellosis dalam mendukung pengembangan peternakan sapi di Propinsi Papua Barat telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Maros. Tujuan pelaksanaan surveilans ini adalah untuk mengetahui seroprevalensi brucellosis pada sapi potong di Papua Barat. Surveilans dilakukan di 4 kabupaten/kota, 14 kecamatan dan 33 desa. Sebanyak 684 sampel serum sapi telah diambil guna pengujian terhadap brucellosis. Sampling dilakukan pada lokasi kabupaten, kecamatan dan desa terpilih yang padat ternak. Metode pengujian dilakukan secara seri, dengan melakukan screening test menggunakan Rose Bengal Test, yang bila hasilnya positif diuji lebih lanjut dengan Complement Fixation Test. Hasil pengujian menunjukkan adanya reaktor brucellosis pada 5 ekor dari 684 ekor sapi yang diambil dan diuji serumnya. Seroprevalensi brucellosis pada sapi sebesar 0,73% di desa Remu Utara, kecamatan Sorong, kota Sorong sebanyak 1 ekor serta di desa KaliMerah, kecamatan Masni, kabupaten Manokwari. Untuk mencegah penularan dan penyebaran brucellosis pada sapi maka sapi reaktor brucellosis segera dipotong dengan pengawasan dari petugas.
Vaksinasi brucellosis telah dilakukan secara massal di Kabupaten Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan tahun 2013 dan 2014 menggunakan vaksin brucellosis RB51. Vaksinasi dimaksudkan untuk mengendalikan dan menekan angka prevalensi yang tinggi di Kabupaten Wajo yang mencapai angka 30%. Surveilans telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Maros untuk melihat dan mengevaluasi prevalensi brucellosis yang terjadi beberapa tahun kemudian untuk melihat penurunan prevalensi brucellosis pasca vaksinasi. Pada tahun 2016 telah dilakukan pengujian sampel serum yang berasal dari Kabupaten Wajo. Sebanyak 118 serum telah diuji dengan Rose Bengal Test (RBT) yang diteruskan dengan Complement Fixation Test (CFT). Hasilnya menunjukkan bahwa brucellosis masih ditemukan di Kabupaten Wajo dengan angka prevalensi sebesar 25,42%. Prevalensi terbesar ditemukan di Kecamatan Takalalla yang mencapai 73,68%, sedangkan di Kecamatan Majauleng sebesar 3.13%. Sampling lanjutan dilakukan pada tahun 2020 di kecamatan terpadat populasi sapinya yaitu Kecamatan Majauleng. Prevalensi brucellosis pada tahun 2020 di dua desa di Kecamatan Majauleng meningkat menjadi sebesar 6 %.
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang masih terjadi pada beberapa propinsi di wilayah layanan Balai Besar Veteriner Maros. Beberapa kabupaten menunjukkan kasus yang meningkat dalam setahun. Pengujian terhadap sampel otak anjing dan kucing telah dilakukan menggunakan metode fluorescent antibody technique (FAT). Sampel pengujian berasal dari kiriman dinas kabupaten/kota dan diambil di lapangan dari anjing dan kucing tersangka rabies saat pelayanan aktif. Sebanyak 559 sampel otak anjing dan kucing telah diuji dengan FAT tahun 2018, 45 sampel diantaranya berasal dari kucing. Kajian retrospektif ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi dan ratio hasil pengujian, distribusi dan frekuensi penyakit rabies. Sebanyak 285 sampel otak anjing dan kucing menunjukkan positif rabies dari 559 sampel yang diuji, atau proporsi uji rabiesnya sebesar 50,98%. Ratio uji FAT pada anjing dan kucing secara keseluruhan sebesar 51% positif rabies, 49% negatif rabies atau 1:1. Rabies pada tahun 2018 telah terjadi di 17 kabupaten/kota, dengan frekuensi tertinggi terjadi di Kabupaten Toraja Utara. Untuk rabies pada kucing di kabupaten Toraja Utara menunjukkan proporsi sebesar 28,89%, sedangkan pada anjing 55,33%. Rasio uji rabies pada kucing di kabupaten Toraja Utara, 29% positif FAT dan 71% negatif FAT atau 1:2,5, sedangkan pada anjing 55% positif FAT dan 45% negatif FAT atau 1,2:1. Berdasarkan data kasus bulanan rabies, rabies ditemukan tiap bulan dengan frekuensi tertinggi terjadi pada bulan Oktober.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.