ABSTRACT Improper complementary feeding practice practice is one of the problems that often occurs in developing countries. This problem can lead to inadequate nutrient intake, especially protein intake which is associated with physical growth problems in children under five years, including stunting. This study was an observational analytic study with a cross-sectional design which aims to determine the association between complementary feeding practice and stunting incidence among children aged 6-12 months in Central Lombok. A total of 206 children with a mean age of 9,3 months was selected for this study by cluster sampling. Most of them were female. In this study, we analyzed 4 parameters of complementary feeding practice, namely age of indroduction of complementary foods, texture of complementary foods given, frequency of complementary feeding, and amount of complementary foods given. This study found that there was a significant association between frequency of complementary feeding (p = 0.047, 95% CI) and amount of complementary foods given (p = 0.020, 95% CI) with stunting incidence. Meanwhile, other parameters namely age of indroduction of complementary food and texture of complementary foods given did not have a significant association with stunting incidence. Keywords: complementary feeding practice, short stature, stunting ABSTRAK Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di negara berkembang. Hal tersebut dapat menyebabkan asupan zat gizi yang tidak adekuat, terutama dari protein yang berhubungan dengan masalah gangguan pertumbuhan fisik pada anak balita, termasuk stunting. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan praktik pemberian MPASI terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-12 bulan di Lombok Tengah. Sebanyak 206 anak dengan rerata usia 9,3 bulan terpolih menjadi subjek penelitian ini menggunakan cluster sampling. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini, kami menganalisa 4 parameter praktik pemberian MPASI, yaitu usia pertama mendapatkan MPASI, bentuk MPASI yang diberikan, frekuensi MPASI, dan jumlah MPASI yang diberikan. Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi MPASI (p=0,047, 95% CI) dan jumlah MPASI yang diberikan (p=0,020, 95% CI) dengan kejadian stunting pada anak. Sedangkan parameter lainnya seperti usia memulai MPASI dan tekstur MPASI, tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Kata Kunci: perawakan pendek, praktik pemberian MPASI, stunting
Latar belakang: Dengue merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia. Infeksi ini sering dihubungkan dengan keterlibatan berbagai organ. Hati adalah organ yang paling sering terganggu. Manifestasi klinis dari dengue yang mengindikasikan keterlibatan dari organ hati yaitu hepatomegali serta peningkatan enzim hati (SGOT dan SGPT). Hingga saat ini data mengenai keterlibatan hati dalam infeksi dengue di NTB masih kurang. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi hepatitis dengue di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB dan Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram dan untuk mengetahui perbedaan rerata kadar SGOT dan SGPT pada pasien hepatitis dengue perempuan dan laki-laki. Metode: Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengambilan data secara retrospektif yaitu pada data rekam medis pasien dengue yang menjalani tes fungsi hati. Data kemudian dikelompokkan berdasarkan peningkatan enzim SGOT dan SGPT. Selanjutnya data dianalisis untuk mengetahui distribusi dari aspek-aspek yang diteliti. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 110 orang. Dari 110 orang tersebut, jumlah pasien yang menjalani tes fungsi hati adalah 50 orang. Hasil: Persentase hepatitis dengue pada penelitian ini adalah 82%. Tidak didapatkan adanya perbedaan rerata SGOT dan SGPT pada pasien hepatitis dengue perempuan dan laki-laki. Kesimpulan: Persentase hepatitis dengue di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB dan Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram tahun 2016 adalah 82%.
Background: Stunting is a child growth and development disorder that has been one of the nutritional problem in children living in developing countries until now. Maternal factor might be one of the risk factors of stunting. Method: This was an analytical observational study with cross sectional design that aimed to identify the correlation between the maternal factor and stunting, especially in children aged 6-12 months in 3 villages in Central Lombok. Result: There were 21,9% (33 of 151) of children suffering from stunting. Based on the maternal factor in stunting children, there were 6,1% of mothers who had low body mass index (BMI), 27,3% of mothers who had low arm circumference, 61% of mothers who had low weight gain during the pregnancy, and 39,4% of mothers who had height <150 cm. Maternal height was the only factor that significantly associated to the incidence of stunting (p = 0.044, OR = 2.3). Conclusion: Based on analysis of several maternal factors, there is a significant correlation between mother’s height and stunting (p<0,05 and OR=2,3). ABSTRAKLatar Belakang: Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak, yang sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah gizi anak terutama di negara berkembang. Faktor maternal adalah salah satu faktor risiko stunting. Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor maternal dan stunting pada anak usia 6-12 bulan di 3 desa di Lombok Tengah. Hasil: Terdapat 21,9% (33 dari 151) anak yang mengalami stunting. Berdasarkan faktor maternal pada anak dengan stunting, sebanyak 6,1% memiliki ibu dengan indeks masa tubuh (IMT) rendah, 27,3% memiliki ibu dengan lingkar lengan atas rendah, 61% memiliki ibu dengan peningkatan berat badan yang rendah selama kehamilan, dan 39,4% memiliki ibu dengan tinggi badan <150 cm. Faktor tinggi badan ibu merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (p=0,044, OR=2,3). Kesimpulan: Berdasarkan analisis beberapa faktor maternal, terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dan stunting (p<0,05 dan OR=2,3).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.