The problems of adolescents in Banten Province are very concerning, including free sex, teenage pregnancy, teenage marriage, teenage childbirth, sexual diseases and deviant sexual behavior. These problems increased from 59% in 2012 to 74% in 2017. Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) is the government's effort in overcoming adolescent problems by using a peer approach. The purpose of this activity is to improve the skills of peer counselors in providing peer counseling on adolescent reproductive health in Lebak Regency, identify the knowledge of peer counselors in providing counseling on adolescent reproductive health and identify the number of peer counseling services in providing counseling before and after the intervention. Service activities in the form of training on peer counseling are divided into four stages of activity. The results of this community service activity are that there is an increase in the knowledge of peer counselors about peer counseling, an increase in the number of peer counseling services as much as 71% carried out by counselors, the addition of online counseling services has increased to 63%, and the production of peer counseling videos which are used as learning materials for members. PIK-R in providing peer counseling. ABSTRAK Permasalahan remaja di Provinsi Banten sangat memprihatinkan, diantaranya seks bebas, kehamilan remaja, pernikahan remaja, persalinan remaja, penyakit seksual dan perilaku seks menyimpang. Permasalahan ini meningkat dari 59% pada tahun 2012 menjadi 74% pada tahun 2017. Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) merupakan upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan remaja dengan menggunakan pendekatan teman sebaya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan konselor sebaya dalam memberikan konseling sebaya tentang kesehatan reproduksi remaja di Kabupaten Lebak, mengidentifikasi pengetahuan konselor sebaya dalam memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja dan mengidentifikasi jumlah layanan konseling sebaya dalam memberikan konseling sebelum dan sesudah intervensi. Kegiatan pengabdian dalam bentuk pelatihan tentang konseling sebaya yang dibagi menjadi empat tahap kegiatan. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah terdapat peningkatan pengetahuan pada konselor sebaya tentang konseling sebaya. Terjadi peningkatan jumlah layanan konseling sebaya sebanyak 71% yang dilakukan oleh konselor, penambahan layanan konseling secara daring meningkat menjadi 63%, serta dihasilkannya video konseling sebaya yang menjadi bahan belajar anggota PIK-R dalam memberikan konseling sebaya.
Pintu masuk layanan HIV/AIDS adalah melalui deteksi dini terhadap faktor risiko HIV/AIDS. Satu-satunya cara untuk mengetahui status HIV seseorang adalah dengan melakukan tes HIV.Dengan demikianakan meningkatkan cakupan penemuan kasus-kasus HIV/AIDS sehingga dapat segera dilakukan upaya-upaya pencegahan penyebaran virus, pengobatan dan dukungan. RSUD Adjidarmo adalah rumahsakit rujukan di wilayah Kabupaten Lebak.Rumahsakit ini telah melakukan upaya-upaya pendeteksian kasus HIV melalui klinik VCT yang diresmikan pada bulan Oktober 2010. Tujuan: melakukan analisis terhadap pelaksanaan layanan HIV/AIDS di klinik VCT RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2014. Desain: analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Subjek penelitian adalah pelaksana program HIV/AIDS RSUD Adjidarmo. Metodologi: desain penelitian adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indept interview). Subyek penelitian adalah petugas (penanggungjawab kegiatan dan konselor) di klinik VCT RSUD Adjidarmo.Topik kajian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan layanan di klinik VCT meliputi gambaran kasus, hambatan, dan peluang dalam pelaksanaan layanan kasus HIV/AIDS di RSUD Adjidarmo. Hasil: layanan VCT bersifat pasif hanya menunggu rujukan dari klien yang dirawat di RSUD Adjidarmo yang mempunyai faktor risiko dan gejala AIDS. Layanan yang pasif ini terus berlangsung sampai dengan tahun 2014.Hal tersebut dikarenakan sarana, prasarana, dan petugas di klinik yang belum tersedia secara memadai.Klien yang terdeteksi HIV+ pada umumnya sudah memasuki tahap AIDS dan mendapatkan infeksi oportunistik.Pada awal diresmikan klinik VCT yaitu sejak Oktober 2010, pendanaan kegiatan-kegiatan HIV/AIDS didanai oleh Global Fund.Akan tetapi seiring berjalannya waktu, sejak awal tahun 2013bantuan tersebut tidak ada lagi. Sebagian besar klien adalah rujukan karena infeksi Tuberkulosis.Berdasarkan pernyataan dari dokter RS jumlah klien dengan koinfeksi TB-HIV sebesar 60% dari total HIV+ yang terdeteksi.Besarnya kasus koinfeksi TB-HIV ini meningkatan risiko kematian yang lebih besar pada klien. Hambatan: belum tersedianya sarana, prasarana, dan petugas yang memadai; Klinik VCT terbatas hanya melayani konseling dan tes HIV, sedangkan layanan CST untuk beberapa obat khusus contoh kasus pada pasien yang mengalami alergi obat masih belum tersedia; dana yg semula bergantung pada bantuan luar (Global Fund) sekarang tidak ada lagi; program HIV/AIDS belum menjadi prioritas di pemerintah daerah setempat. Peluang peningkatan layanan: mengintegrasikan layanan TB-HIV sebagai masalah terbesar pada penemuan kasus HIV/AIDS di RSUD Adjidarmo, petugas dilatih deteksi faktor risiko HIV pada klien TB dan melakukan PICT. Harapannya kajian ini menjadi dasar untuk advokasi pada pihak-pihak yang mempunyai peran penting di pemerintahan, pihak swasta, maupun organisasi masyarakat agar memberikan dukungan dalam peningkatan layanan HIV/AIDS.
Teknik penjahitan merupakan kompetensi yang harus dimiliki seorang bidan.Keterbatasan model yang digunakan berakibat terhadap kurangnya kompetensi mahasiswa dalam melakukan praktik penjahitan perineum.Perlu dilakukan penelitian terkait material dan model yang ideal untuk pembelajaran teknik penjahitan luka perineum. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan model berbahan kain flannel untuk praktik penjahitan luka perineum pada mahasiswa Jurusan Kebidanan Rangkasbitung, Banten. Penelitian dirancang menggunakan desain eksperimental dengan metode postest design only.Besar sampel ditentukan berdasarkan jumlah minimal sampel eksperimen sejumlah 11 orang kelompok perlakuan dan 14 orang kelompok kontrol.Data dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan rerata kompetensi penjahitan perineum pada kelompok model lebih tinggi (83) dari pada kelompok non model (74). Dari hasil uji statistic didapatkan p=0.002 artinya ada perbedaan bermakna antara kompetensi penjahitan perineum pada kelompok model dengan kelompok non model. Pada tingkat kepercayaan diri responden dalam melakukan penjahitan perineum baik pada kelompok model maupun kelompok non model mempunyai rerata yang sama (4) dengan nilai p=0.651. Selanjutnya pada variabel lama waktu penjahitan diketahui rerata kelompok model sedikit lebih cepat (20 menit) daripada rerata pada kelompok non model (22 menit) dengan nilai p=0.978. Tidak ada perbedaan bermakna pada kedua variable tersebut. Hasil penelitian sesuai dengan Hammound (2008) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang memiliki tingkat kenyataan yang tinggi (high fidelity) membuat mahasiswa mempunyai ketertarikan yang lebih dalam proses pembelajaran. Disarankan perlu penelitian lebih lanjut tentang media penjahitan yang efisien sehingga lama waktu dan kepercayaan diri dapat lebih baik.
Women are more vulnerable to reproductive health risks, including sexually transmitted infections, verbal abuse, and physical violence. Good knowledge and attitude regarding gender equality before starting a marriage is vital so that the two brides and grooms are mutually responsible for ensuring the safety and security of the bride and groom. Online social media is designed to facilitate interactive social interactions based on internet technology. Whatsapp is the most popular chat application for Indonesians. This is an opportunity when used for learning activities because WhatsApp can convey messages in text, images, sounds, and videos to deliver news about sexual and reproductive health that can be more relevant. The subject of this research is the bride and groom at KUA Cibadak Kab. Lebak, Banten Province. The design of this research is pre-post with control group design. The control group was given lectures on sexual and reproductive health, and the treatment group was assigned health education through social media WhatsApp with 15 people in each group. Based on the results of statistical tests, it was found that there was an effect of WhatsApp social media health education on the knowledge and attitudes of the bride and groom about sexual and reproductive health with a p-value of 0.001. WhatsApp social media can be used as a medium for reproductive and sexual health education for brides and grooms.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.