Indonesia ialah negara yang memiliki kekayakan yang berlimpah. Sebagai negara berkembang, Indonesia juga menjadi negara penyumbang limbah sampah terbesar di dunia sehingga sering terjadinya bencana alam di Indonesia[2] [1]. Salah satunya ialah limbah sampah plastik merupakan masalah besar yang perlu di atasi untuk mengurangi bencana atau kerugian yang di akibatkan oleh sampah plastik yang sulit untuk diurai[3]. Akhir akhir ini kenaikan bahan bakar di Indonesia menjadi masalah bagi masyarakat. Dengan itu pemerintah mangajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi secara bersama – sama. Bahan bakar minyak merupakan suatu hal yang penting untuk kehidupan masyarakat senhingga pemerintah wajib menjamin kelancaran pendistribusiaan minyak untuk masyarakat Indonesia[4]. Dikarenakan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang dapat habis atau tidak dapat diperbaharui, sehingga semkain lama makan akan habis, maka perlu yang namanya energi alternatif. Banyak yang bisa kita lakukan untuk mencipakan energi baru untuk mengganti bahan bakar contohnya ialah dengan pemanfaatan limbah plastik[5] Plastik merupakan senyawa polimer yang memiliki karbon dan elemen lain yang mudah di bentuk[5-6]. Plastik merupakan komponen yang banyak di temukan di kehidupan sehari hari karena memiliki banyak kelebihan. Pirolisis merupakan proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas[7-8]. Dengan metodi ini limbah plastik dapat tereduksi dengan cepat. Pada pirolisis plastik, hal yang perlu diwajibkan pada proses ini adalah suhu pada reaktor[9-10]. Menurut ramadhan et al (2012), suhu optimal untuk pirolisis plastik HDPE (High-density polyethylene) adalah 420°C[11]. Alat pirolisis plastik memiliki potensi yang sangat baik sebagai alat konversi energi, terutama pada limbah plastik yang sangat sulit ditangani[12-13]. Banyak penelitian mengenai pirolisis plastik ini memiliki sumber panas yang berbeda beda. Gabe (2015) meneliti mengenai pirolisis plastik PE dimana sumber panas menggunakan listrik[14-15]. Santoso (2010) meneliti mengenai pirolisis plastik PP (Polypropylene) dan LDPE (Low-density Polyethylene) dimana sumber panas menggunakan gas LPG (Liquefied Petroleum Gas)[16-19]. Tetapi penggunaan listrik sebagai sumber panas tergolong mahal, dan gas LPG merupakan bahan bakar yang tidak terbarukan[20-21]. Karena itu banyak penelitian yang tertarik untuk menggunakan kompor listrik sebagai sumber panas pada proses prolisi karena kompor listrik mempunyai efisiensi atau lebih baik dari LPG dan lebih terjangkau[22-25].
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.