Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan tersebut dapat terjadi pada orang tua karena kecemasan orang tua bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya oleh factor kehidupan anaknya. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38°C. Data yang diperoleh pada tahun 2013, anak yang mengalami kejang demam di RSUD dr. Soekardjo sebanyak 236 kasus dalam satu tahun. Maka dari itu orang tua perlu diukur tingkat kecemasanya dengan menggunakan skala HARS. Tujuan penelitiaan ini untuk mengetahui tingkat kecemasan orang tua terhadap hospitalisasi anak dengan kejang demam di Ruang Anak Bawah RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Dalam penelitian ini selain meneliti tingkat kecemasan orang tua juga meneliti tentang karakteristik orang tua, seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dilakukan dari bulan April-Mei 2014, dengan populasi orang tua pasien yang anaknya dirawat karena penyakit kejang demam di Ruang Anak. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling, jumlah responden sebanyak 21 orang. Hasilnya menunjukan bahwa 19% responden mengalami kecemasan ringan, 32,4% mengalami kecemasan sedang, 19% mengalami kecemasan berat dan 9,5% mengalami panik. Saran penulis terhadap hasil penelitian ini diharapkan rumah sakit dapat memperhatikan orang tua pasien khususnya yang rentan mengalami kecemasan dengan cara mengadakan penyuluhan dan konsultasi kesehatan tentang kecemasan.
Videbeck (2008) mengatakan bahwa tanda negatif pada skizofrenia akan menetap lebih lama pada klien. Gejala negatif seringkali tidak disadari oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu. Salah satu tanda gejala negatif yang sering ditemukan adalah HDR. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat klien HDR di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dengan desain quasi eksperimen pendekatan pre post tes dengan grup kontrol. Responden penelitian adalah keluarga dengan koping keluaga tidak efektif dalam merawat klien HDR, 50 keluarga dibagi 2 kelompok yaitu 25 kelompok intervensi dan 25 kelompok kontrol. Kemampuan keluarga merawat klien HDR yang mendapatkan pendidikan kesehatan keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan keluarga. Disarankan pendidikan kesehatan keluarga digunakan sebagai terapi keluarga dalam meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien dengan HDR.
Penelitian ini membahas tentang pengalaman pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan studi fenomenologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan narasumber dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik purposive untuk pasien dan incidental untuk perawat. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Hasil penelitian adalah mengungkapkan pengalaman pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif yang terdiri dari 5 sub variable yaitu metoda, isi, waktu, dan tempat pemberian informed concent tindakan pembedahan serta harapan pasien dan perawat tentang pemberian informed concent tindakan pembedahan. Hasil dari penelitian ini memberikan implikasi terhadap pelayanan keperawatan perioperatif dalam melaksanakan pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam berkomunikasi, tersedianya media bantu komunikasi dan adanya sebuah aturan yang jelas tentang batasan wewenang medis dan perawat terhadap pemberian informasi kepada pasien akan sangat membantu meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan perioperatif khususnya tentang pemberian informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif.
Tanda negatif pada skizofrenia akan menetap lebih lama pada klien. Gejala negatif seringkali tidak disadari oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu. Salah satu tanda gejala negatif yang sering ditemukan adalah HDR. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan karakteristik keluarga dengan kemampuan keluarga merawat klien HDR di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dengan desain korelasi. Responden penelitian adalah keluarga dengan koping keluaga tidak efektif dalam merawat klien HDR sebanyak 25 keluarga. Karakteristik keluarga yang berhubungan dengan kemampuan keluarga merawat klien HDR hanya asfek hubungan dengan klien itupun hanya pada kemampuan psikomotor saja, sedangkan pada kemampuan kognitif tidak ada yang berhubungan.Disarankan dilakukan intervensi lain untuk meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien dengan HDR.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.