Makrame adalah seni menyatukan simpul yang terdiri atas beberapa utas tali atau benang untuk membuat sebuah karya. Dalam menjalin tali temali tersebut dibutuhkan keterampilan dan kemahiran tangan pengkaryanya. Teknik makrame tergolong pada keterampilan yang cukup sederhana, tetapi memiliki potensi besar dalam melahirkan karya dan produk seni dengan kandungan fungsional praktis, bahkan dapat memiliki nilai ekonomis apabila ditekuni dan dikembangkan. Beragam bentuk dan fungsi karya dapat dihasilkan melalui teknik makrame, baik karya dengan fungsi praktisnya bahkan sebagai karya ekspresi personal. Kesederhanaan teknik pembuatan dan potensi pengaplikasiannya, memunculkan animo dan keinginan dari kelompok-kelompok masyarakat untuk mempelajari dan mengembangkannya, salah satunya kelompok PKK RT VI Kelurahan Silaing Bawah Kota Padangpanjang. Pelatihan ini merupakan kerjasama yang diinisiasi ibu-ibu dan didukung penuh pengurus warga. Kegiatan ini merupakan wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, di samping tanggungjawab sosial secara personal terhadap masyarakat terutama masyarakat di sekitarnya. Metode yang dilakukan dalam pelatihan dilakukan dalam dua bentuk yaitu pengenalan secara teoritis dan praktek pembuatan produk dengan teknik makrame. Luaran produk yang dihasilkan melalui kegiatan ini berupa benda-benda untuk gantungan pot dan vas bunga.
This paper discusses the aesthetic transformations in craft art. The discussion focuses on craft art as a form of socio and cultural bonding in the past that developed into a part of individual culture and a means of self-expression in the present. Studies are conducted on aesthetic components, such as the form, purpose, and expressive content found in crafts. To achieve the goals, studies in the form of qualitative research using cultural and artistic methods are employed. According to the research, craft art is ingrained in human life and has existed from prehistoric times to the present. The philosophy that guided the development of ancient crafts is founded on a metaphysical perspective, a charge of spiritual, religious, and magical principles that form works of high quality crafts and reflect the soul of their era. The philosophy that guided the development of ancient crafts is founded on a metaphysical perspective, a charge of spiritual, religious, and magical principles that form works of high quality crafts and reflect the soul of their era. Modern or contemporary craft art, which displays aesthetic inclinations as a result of the interaction and effect of freedom of expression, is currently referred to as art craft. The thought and philosophy of art also influenced the creation of crafts, by adapting of understanding Western’s fine art to the archipelago's cultural norms. These adaptations and acculturations make craft art a manifestation that is affected and reflects societal changes that occur in Indonesia or along with the soul of the times. Keywords: aesthetic transformation, art craft. AbstrakTulisan ini membahas transformasi estetik dalam seni kriya. Pembahasan difokuskan pada seni kriya sebagai ikatan sosio-kultural pada masa lampau yang berkembang ke dalam aspek individu-kultural sebagai media ekspresi personal pada saat ini. Kajian dilakukan terhadap unsur-unsur estetik yang meliputi bentuk, fungsi, dan muatan ekspresi yang terkandung dalam kriya. Untuk mencapai tujuan digunakan kajian berupa penelitian kualitatif melalui pendekatan kebudayaan dan pendekatan estetik. Temuan yang diperoleh adalah bahwa seni kriya melekat dan berjalan seiring dengan kehidupan manusia sejak masa prasejarah sampai sekarang. Penciptaan kriya masa lampau dilandasi oleh filosofi yang berorientasi pada pola pikir metafisis, muatan nilai-nilai spiritual, religius, dan magis yang menghasilkan karya-karya kriya adiluhung dan mencerminkan jiwa zamannya. Sementara seni kriya modern atau kontemporer menunjukkan kecenderungan estetik sebagai interaksi dan pengaruh kebebasan berekspresi, kriya ini dikenal dengan kriya seni. Pemikiran dan filsafat seni juga memberi pengaruh pada penciptaan kriya, dengan mengadopsi aliran-aliran seni rupa Barat yang disesuaikan dengan kebudayaan nusantara. Penyesuaian dan akulturasi tersebut menjadikan seni kriya sebagai manifestasi kesenian yang dipengaruhi serta mencerminkan perubahan-perubahan sosial yang terjadi di Indonesia atau seiring dengan jiwa zaman.Kata Kunci:transformasi estetik, seni kriya. Authors:Riswel Zam : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharsono : Institut Seni Indonesia SurakartaTimbul Raharjo : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References:Adryamarthanio, V. (2022). Batik Pesisir: Sejarah, Ciri-ciri, dan Motif. https://kompas.com/stori/read/2022/04/27/090000579/batik-pesisir--sejarah-ciri-ciri--dan-motif (diakses tanggal 1 November 2022).Ahmad, A. S. E. (2021). Kritik Sejarah Batik Sidoarjo. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(1), 137. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24626.Burhan, M. A. (1999). Nilai Estetik dalam Seni Lukis di Indonesia. Jurnal Seni, ISI Yogyakarta., VI(3).Dharsono, D. (2016). Kreasi Artistik, Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Yogyakarta: Citra Sains.Dillistone, F. (2002). The Power of Symbols. Jakarta: Penerbit Kanisius.Feldman, E. B. (1967). Art As Image and Idea. USA: Prentice Hall.Gie, T. L. (2004). Filsafat Seni: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Guntur, G. (2021). Kriya Retro, Biutifikasi dan Legatimasi Artistik. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Gustami, S. (2007). Butir-butir Mutiara Estetika Timur, Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Joedawinata, A. (2001). Seni Kriya dan Desain di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal SR&D Fakultas Seni Rupa Dan Disain ITB, Bandung, 1.Junaedi, D. (2016). Estetika Subjek, Objek, dan Nilai. Yogyakarta: ArtCiv.Kamal, M. N. (2020). Kerajinan Perak Tinjauan Pada Proses Dan Makna Simbolis Ornamen Di Home Industry Di Koto Gadang. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 9(2), 409. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.21229.Kartika, D. S. dan N. G. P. (2004). Pengantar Estetika. Yogyakarta: Rekayasa Sains.Marianto, M. D. (2011). Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.Najoan,Stephanie Jill., J. C. M. (2011). Transformasi Sebagai Strategi Desain. Media Matrasain, 8(2), 117–130. https://doi.org/https://doi.org/10.35792/matrasain.v8i2.330Nugraha, A. (1999). Kriya Indonesia, Sebuah Wilayah Sumber Inspirasi Yang Tak Terbatas. Yogyakarta: Prasista.Ponimin, & Guntur. (2021). The COVID-19 War in Ceramic Arts: Navigating Aesthetic and Symbolic Expressions. Aisthesis. Pratiche, Linguaggi e Saperi Dell’estetico, 14(1), 81–99. https://doi.org/10.36253/aisthesis-12056.Raharjo, T. (2011). Seni Kriya dan Kerajinan. Yogyakartaa: Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Sakti, Z. (2017). Pengertian Unsur Estetika dan Unsur Ergonomis Produk Kerajinan. https://www.aelilmu.com/2017/09/pengertian-unsur-estetika-dan-unsur-ergonomis-produk-kerajinan-html (diakses tanggal 1 November 2022).Soedarso. (2006). Trilogi Seni; Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni (Cetakan Pe). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.Strauss, A. dan J. C. (2007). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.Sullivan, L. (1896). Number BY. Lippincott´s, 403–409.Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi (Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Zam, R. (2006). Cerek dalam Ekspresi Kriya Logam. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Zam, R., & Ferawati, F. (2020). POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN COR KUNINGAN SUNGAI PUAR DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Artchive: Indonesia Journal of Visual Art and Design, 1(1), 46. https://doi.org/10.53666/artchive.v1i1.1561.Zuhdi, B. M. (2010). PERKEMBANGAN KONSEP KRIYA. Imaji, Fakultas Bahasa dan Seni, 1(1). https://doi.org/10.21831/imaji.v1i1.142.
Kain ikat celup atau jumputan merupakan karya seni sebagai hasil kreatifitas sederhana dalam membentuk corak dan motif hias pada bidang kain akibat perintang dalam proses pewarnaan. Motif-motif dibentuk dengan jahitan atau ikatan tali maupun benang pada kain dengan pola-pola yang diinginkan. Sebagai salah satu hasil kerajinan tradisi masyarakat Indonesia, ikat celup dibuat sebagai bahan untuk diolah menjadi benda-benda fungsi maupun benda hias dengan keindahan visual yang memiliki konsep artistik dengan kandungan makna kreatifitas penggarapnya. Pewarnaan ikat celup menggunakan teknik dan medium yang sama dengan pembuatan kerajinan batik, berupa bahan pewarna sintetis maupun pewarna yang berasal dari alam. Di tengah trend dan perkembangan teknik pembuatan dan pewarnaan pada kain seperti batik dan ecoprint membuat eksistensi kain ikat celup bisa hilang. Dalam upaya melestarikan dan mengenalkan aset budaya ini, ikat celup dikenalkan melalui peserta didik, salah satunya dimasukkan sebagai materi dalam mata pelajaran keterampilan serta dijadikan program dalam kegiatan pengembangan diri siswa. Guna mendukung program tersebut dilakukan edukasi dan pelatihan pembuatan kain ikat celup bagi siswa Sekolah Menengah Atas yaitu MAN 3 Padangpanjang melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Dalam semua tahapan siswa dapat melakukan dan merasakan proses yang menarik dalam menghasilkan produk, mulai dari desain sampai pada tahap pewarnaan. Melalui kegiatan ini diharapkan tujuan pemerintah dapat terealisasi dan materi kurikulum dapat tercapai.
Brass cast craft in Sungai Puar has existed since ancient times with its ebb and flow of existence caused by various internal and external factors. This paper discusses the potential and opportunities for development of this brass cast craft in the 4.0 Industrial Revolution Era, an era that focuses on the use of the latest technology which covering all aspects of its production and marketing activities. The lack of interest of younger generation as the successors of this activity is a concern for the existence of this brass cast craft. On the other hand, the long duration of time in the production system, the availability of raw materials, as well as the marketing of product are problems faced by craftsmen and business owners. The application of the concepts contained in this revolution and the support of stakeholders are expected to overcome these problems. Thus the brass cast craft of Sungai Puar is able to develop again with all its associated elements that become its supporters such as design, nature, and culture of Sungai Puar through various activities. ABSTRAK Kerajinan cor kuningan di Sungai Puar sudah ada sejak zaman dahulu dengan pasang surut keberadaannya yang disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Tulisan ini membahas potensi dan peluang pengembangan kerajinan cor kuningan ini dalam era Revolusi Industri 4.0, sebuah era yang berfokus pada penggunaan teknologi terkini mencakup seluruh aspek dalam kegiatan produksi maupun pemasarannya. Kurangnya minat generasi muda sebagai penerus kegiatan ini menjadi kecemasan terhadap keberadaan kerajinan cor kuningan ini. Di samping itu panjangnya durasi waktu dalam sistem produksi, ketersediaan bahan baku, serta pemasaran produk menjadi persoalan yang dihadapi perajin dan pemilik usaha. Penerapan konsep yang terkandung dalam revolusi industri ini, serta dukungan dari stakeholders diharapkan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dengan demikian kerajinan cor kuningan Sungai Puar kembali berkembang dengan segala unsur yang terkait dan menjadi pendukungnya seperti desain, serta alam dan budaya Sungai Puar melalui berbagai kegiatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.