Tin-mined land has sandy characteristics (more than 95%), is very porous, low KTK, acidic pH and nutrient poor. Revegetation programs have been carried out to improve soil fertility using local and exotic species (Acacia mangium). Rapid growth, tolerance to various environmental conditions and high economic value are the reasons for choosing A. mangium as a revegetation plant. This study aims to analyze the growth and chlorophyll content of A. mangium leaves which grow in two locations of tin-mined land (Tanjung Ratu Village and Rebo Village). The results showed that A. mangium which was grown on a younger tin mined land (in Tanjung Ratu Village) showed an increase in root dry weight, root length, number of root nodules, and decreased leaf chlorophyll levels. On older tin mined land (in Rebo Village), root dry weight, root length, and number of root nodules were lower, but chlorophyll content increased. The characters affected can be used to determine the ability of tolerance and adaptation of A. mangium in tin mined land.
Deteksi awal penyakit kuning yang disebabkan oleh nematoda parasit Radopholus similis dan Meloidogyne incognita serta cendawan patogen Fusarium oxysporum dan Fusarium solani relatif sulit, tanaman dapat diduga terinfeksi setelah menampakkan gejala menguning pada bagian daun. Perubahan struktur anatomi daun lada yang terinfeksi penyakit kuning sejauh ini belum ada laporan tertulis. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan struktur anatomi daun lada yang tidak terinfeksi dan terinfeksi penyakit kuning. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu whole mount untuk membuat sayatan paradermal dan free-hand technique untuk membuat sayatan transversal. Pengukuran kadar klorofil menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerapatan stomata dan panjang sel epidermis berbeda nyata antara tanaman lada yang terinfeksi penyakit dengan yang sehat dan tidak berbeda nyata pada karakter indeks stomata, tebal kutikula atas dan bawah, tebal epidermis atas dan bawah, tebal bunga karang, tebal palisade, panjang dan lebar sel stomata, panjang dan lebar sel penjaga, lebar sel epidermis, tebal hipodermis atas dan bawah, tebal daun, luas daun, dan kadar klorofil. Daun tanaman lada terinfeksi memiliki stomata lebih rapat dan panjang sel epidermis lebih pendek dibandingkan dengan daun pada tanaman tidak terinfeksi.
Jumlah pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 132.7 juta orang dari 256.2 juta orang populasi Indonesia. Kenyataan menunjukkan, banyaknya jumlah pengguna Internet di Indonesia, serta tingginya frekuensi mengakses konten informasi dan media sosial, tidak serta-merta menjamin ‘kedewasaan’ netizen Indonesia dalam menggunakan Internet. Selain kesenjangan yang terjadi, berbagai kasus penyalahgunaan Internet juga marak, mulai dari internet fraud, adiksi atau kecanduan, pelanggaran privasi, bias realitas, hingga yang paling mutakhir adalah meluasnya hoax. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian yaitu dengan memfasilitasi peningkatan pemahaman mahasiwa terhadap literasi digital dan informasi Hoax adalah dengan mengadakan pelatihan melalui (a) Metode ceramah (b) Metode praktek (c) Metode pendampingan. Kegiatan pengabdian ini melibatkan mahasiswa dilangsungkan di Gedung Babel IV Universitas Bangka Belitung. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian hoax, latar belakang seseorang memproduksi dan menyebarkan hoax, siklus penyebaran informasi dan hoax, media penyebaran hoax, lingkaran penyebaran hoax, dan cara mengantisipasi hoax.. Adapun cara caranya yaitu berupa (a) Hati-hati dengan Judul Provokatif, (b) Mencermati Alamat situs (URL), (c) Memeriksa Fakta dan Memverifikasi kebenaran, (d) Terlibat dalam berbagai group anti hoax dan (e) Memeriksa keaslian foto. Kegiatan pengabdian yang dilakukan memberikan luaran berupa terbentuk pemahaman dalam literasi digital khususnya dalam menghindari dari berita hoax sebagai bentuk berita yang tidak benar sehingga menjadi masyarakat yang cerdas dalam berliterasi. Kegiatan sosialisasi Literasi digital menuju mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB) milenial anti hoax diikuti oleh mahasiswa dengan narasumber dari Perpustakaan Universitas Bangka Belitung dan hasil kerjasama dengan UPT Perpustakaan Universitas Bangka Belitung
AbstrakHabitat alami Hoya coronaria di Pulau Bangka adalah di hutan kerangas yang miskin hara, kondisi mikroklimat yang ekstrem dan rawan gangguan kebakaran hutan. Evaluasi adaptasi morfologi dan fisiologis enam varietas H. coronaria di luar habitat alaminya perlu dilakukan untuk mendukung upaya konservasi Hoya. Percobaan dirancang dan dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama: intensitas cahaya terdiri dari tiga taraf, yakni 15 klux (naungan 75%), 23 klux (naungan 50%), dan 59 klux (tanpa naungan). Faktor kedua yakni varietas H. coronaria berdasarkan variasi warna bunga yang terdiri dari enam taraf (V1, V2, V3, V4, V5, dan V6). Intensitas cahaya tidak berpengaruh nyata terhadap variabel panjang ruas, jumlah ruas, jumlah buku, dan kandungan klorofil pada enam varietas H. coronaria yang diamati. Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap variabel panjang batang, diameter batang, dan jumlah daun enam varietas Hoya. Semua varietas H. coronaria menunjukkan mampu tumbuh pada kisaran intensitas cahaya 15–59 klux. Namun, respon pertumbuhan yang ditunjukkan oleh keenam varietas berbeda-beda. Lima varietas menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil pada berbagai perlakuan intensitas cahaya, sedangkan satu varietas yaitu V2, menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan pada intensitas cahaya rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, keenam varietas Hoya lebih tepat dibudidayakan pada lokasi yang lebih banyak terkena cahaya.Abstract Hoya coronaria's natural habitat on Bangka Island is in nutrient-poor heath forests, extreme microclimate conditions and prone to forest fires. Evaluation of the morphological and physiological adaptations of six H. coronaria varieties their natural habitat outside needs to be done to support Hoya's conservation efforts. The experiment was designed and carried out using a factorial complete randomized design with treatment consisting of 2 factors. The first factor is the light intensity consists of three levels namely: 15 klux (75% shade), 23 klux (50% shade), and 59 klux (without shade). The second factor is H. coronaria variety based on flower color different which consists of six levels (V1, V2, V3, V4, V5, and V6). The intensity of the light did not significantly affect the variable length, segment number, number of node and chlorophyll content in the six varieties of H. coronaria observed. Light intensity significantly affected the variable length of the stem, stem diameter and number of leaves of six Hoya varieties. All H. coronaria varieties were shown to be able to grow in the range of light intensities of 15–59 klux. However, the growth response shown by the six different varieties. Five varieties showed relatively stable growth in various light intensity treatments, while one variety, V2, showed a slowing down of growth at low light intensity. The results of this study suggest that, the six Hoya varieties are more precisely cultivated in locations where more light is exposed.
Bacterial community is an important element of an ecosystem both on land and in water. In aquatic ecosystems, bacteria that have the ability to produce biofilms have the advantage of being able to easily attach on a substrate. The main function of biofilm is assisting nutrition absorption from water and facilitating bacteria surviveness from unfavorable environmental conditions. This research was conducted to isolate and identify and test the potential of bacteria to form biofilms in vitro. The methodological steps included measuring the physical-chemical parameters of the waters; isolation by pour plating method; characterization and identification based on morphological, biochemical and Gram staining; as well as testing the activity of biofilm formation by reading technique using microplate reader. The highest bacterial abundance was found at Station 3 (muddy substrate) which was 3.3x106 cfu/ml. Bacterial isolates that had the highest ability to form biofilms in vitro were Bb3, Bb4 and Bb1 isolates with values of 0.3315, 0.2370) and 0.2131, respectively. Bacteria that have the potential to form biofilms from various substrates in the waters of Nangka Island belong to Alcaligenes and Meniscus genera. From the results of the study, it can be concluded that bacteria from rocky substrates have the ability to produce biofilms better than isolates from other substrates.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.