Anak autis seringkali mengalami kendala komunikasi sehingga harus mendapatkan pelatihan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian yakni anak autis yang berinisal AU, kondisi kemampuan komunikasi AU sebelum dan setelah implementasi metode Picture Exchange Communication System (PECS). Metode penelitian adalah desain eksperimen subjek tunggal A-B-A yang menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik AU mengalami ketidakmampuan berkomunikasi sejak usia dua tahun yang dilatarbelakangi oleh ketidakharmonisan keluarga. Kemampuan komunikasi AU sebelum implementasi PECS selain tidak bisa bicara secara verbal juga mengalami keterbatasan non-verbal. Kemampuan komunikasi AU secara non verbal diukur melalui kemampuan mengenal objek, mengenal gambar objek, menerima pesan verbal dan menyampaikan pesan melalui gambar. Dari enam belas objek yang dikenalkan yakni piring, sendok, garpu, gelas, handuk, sabun, sikat gigi, sapu, buku, ballpoin, pinsil warna, gunting, penghapus, pisau, selimut, dan bantal, AU baru merespon terhadap 8 jenis objek. Kemampuan AU setelah implementasi PECS adalah AU mengenal 16 jenis objek dan gambar objek serta mampu menerima semua pesan verbal melalui gambar gambar tersebut tersebut. Namun AU mengenal sebagian objek (5 objek) yang diinginkan dan menyerahkannya kepada peneliti yaitu buku, handuk, piring, gelas, dan sendok. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa implementasi PECS untuk kemampuan mengenal objek, mengenal gambar objek, menerima pesan verbal dan melalui gambar mampu mengubah kemampuan komunikasi AU dari sedang mendekati rendah ke kemampuan tinggi. Namun kemampuan AU menyampaikan pesan melalui gambar termasuk dalam kategori sedang mendekati rendah