The main idea of this study is to determine the impact of relative inflation on poverty incidents and to investigate whether inflation inequality has occurred in Indonesia. Interesting results were found at regional level. Firstly, Jakarta had different poverty response with respect to price increases. Processed food and transportation inflation were more imperative for the poor in Jakarta. Secondly, the poor in province with low poverty figures were more prone to inflation. In general, the results show that food inflation has the major adverse impact on the poor. Moreover, we found that inflation in Indonesia has not been pro-poor.AbstrakTujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan dampak dari perubahan harga terhadap kemiskinan, serta juga untuk mengetahui apakah terjadi ketimpangan inflasi di Indonesia. Hasil yang menarik diperoleh dari analisa pada tingkat provinsi. Pertama, kemiskinan pada provinsi Jakarta memiliki karakteristik yang berbeda. Inflasi pada makanan jadi dan transportasi justru memiliki dampak yang lebih merugikan masyarakat miskin. Kedua, masyarakat miskin yang berada di provinsi dengan tingkat kemiskinan relatif rendah justru lebih sensitif terhadap inflasi. Secara umum, inflasi bahan makanan merupakan faktor terbesar dalam peningkatan kemiskinan. Selain itu, masyarakat miskin telah mengalami total inflasi yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat tidak miskin.Kata kunci: Kemiskinan; Inflasi; Elastisitas Harga terhadap Kemiskinan; Pro-Poor Price Index; Price Index for the PoorJEL classifications: E3; I3; O1; R2
Controlling food inflation in Indonesia is essential mainly caused by its persistent and relatively significant impact on the poor's purchasing power compare to other commodities. Thus, the main purpose of this study is to determine the effectiveness of monetary policy on food inflation stabilization in Indonesia. By utilizing Structural Vector Autoregression, the empirical results provided here show that monetary policy does effectively prevent the spillover effect of food to non-food inflation. In addition to that, the exchange rate may play some role in the longer period to affect the volatility of food inflation. Keywords: Monetary Policy; Food Inflation; Structural Vector Autoregression AbstrakPengendalian inflasi makanan penting untuk dilakukan di Indonesia terutama karena dua hal, yaitu sifat inflasi makanan yang persisten dan dampaknya terhadap penurunan daya beli keluarga miskin yang relatif tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari kebijakan moneter terhadap pengendalian inflasi makanan di Indonesia. Dengan menggunakan metode Structural Vector Autoregression, hasil empiris menunjukkan bahwa kebijakan moneter secara efektif dapat mencegah dampak spillover inflasi makanan ke inflasi non-makanan. Selain itu, stabilitas nilai tukar dapat memiliki peran untuk mengurangi volatilitas inflasi makanan terutama pada jangka panjang. Kata kunci: Kebijakan Moneter; Inflasi Makanan; Structural Vector Autoregression Kode Klasifikasi JEL: E3; E5; I3 PendahuluanSetidaknya terdapat dua alasan mengapa inflasi makanan di Indonesia penting untuk diperhatikan. Pertama, derajat persistensi inflasi di Indonesia relatif masih tinggi dibandingkan dengan di kawasan Asia (Alamsyah, 2008;Harmanta, 2009) dan Affandi (2011) menyatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah dari persistennya inflasi makanan. Karenanya, upaya pengendalian inflasi makanan merupakan faktor penting untuk menurunkan total inflasi. Kedua, relatif tingginya inflasi ¦ Alamat Korespondensi: Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung 14041. E-mail: ruly.pratikto@unpar.ac.id. ¦¦ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. KampusBaru UI Depok 16424, Jawa Barat. E-mail: ican711@yahoo.com. makanan menyebabkan upaya untuk memproteksi pendapatan rumah tangga miskin semakin sulit. Hal ini dikarenakan komoditas pangan merupakan penyumbang terbesar konsumsi masyarakat miskin dan juga pada bundel komoditas pembentuk garis kemiskinan. Peningkatan harga pangan akan meningkatkan garis kemiskinan yang relatif cukup tinggi, yang kemudian berdampak kepada meningkatnya angka kemiskinan.Fenomena ini sejalan dengan temuan dari Son dan Kakwani (2009) di Brasil dan Son (2008) di Filipina yang menyatakan bahwa inflasi pada kelompok barang makanan memiliki dampak yang lebih merugikan masyarakat miskin. Hasil empiris yang dilakukan oleh Pratikto et al. (2015) pun menunjukkan kesimpulan yang serupa. Pada kasus
The main purpose of this study is to determine whether remittance-receiving households in Indonesia have truly experienced a measurable increase in their welfare. It focuses on how social capital may enhance the efforts of Indonesia’s female migrant workers to improve their and their family’s welfare at home. Our findings confirm that social capital enhances the impact of remittances by increasing the welfare of the migrant workers and their immediate family members. Remittance-receiving households with strong and wide-ranging social capital tend to use the extra income from remittances more for investment. In turn, this generates future income, which boosts the impacts of their remittances on their overall welfare.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.