Angka kejadian nyeri pasca Apendektomi masih tinggi. Pasien yang mengalami nyeri yang cukup parah berdampak buruk terhadap lama perawatan dan produktivitasnya. Nyeri pasca Apendektomi sebaiknya ditekan hingga penderita bebas nyeri, karena nyeri tidak hanya mengakibatkan penderitaan pasca apendektomi saja, tetapi bila tidak tertangani dengan baik maka dapat berdampak dikemudian hari dan berisiko menimbulkan nyeri kronis, nyeri persisten dan depresi pasca operasi. Semakin parah nyeri yang dirasakan pasien di rumah sakit berarti terjadi penurunan efektivitas penanganan nyeri dan pelayanan kesehatan sehingga semakain buruk penilaian terhadap rumah sakit tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penanganan nyeri post operasi Appendisitis di RSUD Undata Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan time series. Subjek sebanyak 14 pasien yang telah menjalani operasi Appendisitis diambil secara consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan pemeriksaan nyeri pada 6, 12, dan 24 jam post Operasi Appendisitis. Analisis data menggunakan perangkat lunak SPSS 25 dan Microsoft Office Excel 2016. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini ialah distribusi penderita post operasi Appendisitis berdasarkan kategori skor NRS pada 6 jamdan 12 jam post operasi apendisitis adalah sama yaitu terbanyak ditemukan pada penderita dengan NRS ≥4 sebanyak 14 orang (100.0%). Sedangkan pada 24 jam terbanyak ditemukan pada penderita dengan NRS ≤3 sebanyak 8 orang (57.1%) dan terendah pada penderita dengan NRS ≥4 sebanyak 6 orang (42.9%). Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat nyeri post operasi Appendisitis masih tinggi, yaitu sebanyak 100.0%. Penderita memiliki skor NRS ≥4 (tidak efektif) pada 6 dan 12 jam, dan 42.9% pada 24 jam post operasi Appendisitis.
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya. Diabetes melitus dengan komplikasi neuropati dapat mengganggu aktifitas kehidupan manusia yaitu dapat mengakibatkan ulkus pada kaki, amputasi, luka pada kulit yang sukar sembuh dan disfungsi seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan gambaran karaktersitik sebelum dan setelah 6 bulan pada penderita diabetes melitus dengan komplikasi neuropati yang datang dan berobat jalan di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu. Metode penelitian adalah desktriptif analitik dengan desain cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner kepada semua pasien penderita diabetes melitus dengan komplikasi neuropati yang datang dan berobat jalan di RSU Anutapura Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik pasien diabetes melitus dengan komplikasi neuropati yang datang dan berobat jalan di RSU Anutapura Palu yaitu jenis kelamin (p=0,203) dan obesitas (p=0,192); p>0,05 tidak ditemukan perbedaan sebelum dan setelah 6 bulan kemudian pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi neuropati yang datang berobat jalan di RSU Anutapura Palu. Karakteristik usia (p=0,00) dan lama menderita diabetes melitus (p=0,00); p<0,05 ditemukan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah 6 bulan kemudian pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi neuropati yang datang dan berobat jalan di RSU Anutapura Palu.
Stroke hemoragik merupakan penyebab utama kecatatan dan gangguan fungsional yang dapatberdampak pada sosial ekonomi bahkan bisa menyebabkan kematian. Untuk mengurangi angka morbiditasdan mortalitas Stroke hemoragik perlu diketahui Kadar elektrolit pada penderita stroke hemoragik dengankesadaran menurun. Sehingga dapat mengontrol kadar elektrolit darah agar angka kematian bisa diturunkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar elektrolit darah pada pasien stroke hemoragikdengan kesadaran menurun yang di rawat di Bagian Neurologi RSU Anutapura Palu tahun 2017. Penelitianini memakai metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian yaitu (1) kadar elektrolitnatrium pada penderita stroke dengan kesadaran menurun sebagian besar memiliki kadar natrium dalam batasnormal 37 orang (56,9%) dan sebagian di dapatkan kadar natrium menurun 28 orang (43,1%). (2) kadarelektrolit kalium pada penderita stroke hemoragik dengan kesadaran menurun sebagian besar memiliki kadarkalium menurun 35 orang (53,8%), sebagian di dapatkan kadar kalium dalam batas normal 26 orang (40,0%)dan kadar kalium yang meningkat 4 orang (6,2%). (3) kadar elektrolit clorida pada penderita strokehemoragik dengan kesadaran menurun sebagian besar memiliki kadar clorida menurun 34 orang (52,3%),sebagian di dapatkan kadar kalium dalam batas normal 31 orang (47,7%). Simpulan penelitian yakni kadarelektrolit pada penderita stroke hemoragik dengan kesadaran menurun yang di rawat di bagian neurologiRSU Anutapura palu, bahwa sebagian besar memiliki kadar natrium dalam batas normal (Normonatremi),kadar kalium lebih banyak di dapatkan Hipokalemia, dan sebagian besar kadar clorida di dapatkanhipokloridemia.
Dispepsia adalah sindrom yang ditandai dengan gangguan anatomi atau fungsional dari saluran pencernaan,dan didefinisikan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman yang terutama dirasakan di daerah perut bagian atas.Faktor resiko dispepsia beragam mulai dari makanan dan lingkungan, sekresi cairan lambung, persepsiviseral lambung, NSAIDs (Non-Stereoidal Antiinflamatory Drugs), dan infeksi Helicobacter pylori. Selainitu, faktor gaya hidup dan konsumsi alkohol juga ikut mempengaruhi timbulnya gejala dispepsia. Tujuanpenelitian adalah untuk mengetahui distribusi gambaran klinis penderita dispepsia yang berobat di BagianPenyakit Dalam RSU Anutapura Palu tahun 2018. Metoda yang digunakan adalah metode penelitiandeskriptif pada 95 responden penderita Dispepsia yang berobat di Bagian Penyakit Dalam RSU AnutapuraPalu tahun 2018, untuk mengetahui distribusi gambaran klinis penderita. Pengumpulan data melaluiobservasi berupa mual, muntah, cepat kenyang, sering bersendawa, dan perut kembung dengan carawawancara. Pengolahan data menggunakan SPSS 21 untuk menghitung distribusi frekuensi masing-masingvariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi gambaran klinis penderita dispepsia di RSUAnutapura tahun 2018 adalah sebagai berikut (1) Paling sering muncul kombinasi 3 gejala yaitu 35responden (36,84%); (2) kombinasi 4 gejala yaitu 25 responden (26,31%); (3) kombinasi 5 gejala yaitu 17responden (17,89%); (4) kombinasi 2 gejala yaitu 13 responden (13,70%); (5) dan yang paling sedikitkombinasi 1 gejala yaitu 5 responden (5,26%). Disimpulkan bahwa penderita Dispepsia yang berobat diBagian Penyakit Dalam RSU Anutapura Palu ditemukan gejala berupa mual, muntah, cepat kenyang,sedawa, kembung. Yang paling banyak didapatkan yaitu cepat kenyang dan kembung. Pasien paling seringdatang dengan 3 kombinasi gejala.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.