ABSTRAKLatar Belakang: Kelurga Berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Tujuan utama KB adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Penggunaan alat kontrasepsi dalam keluarga berencana dapat mengendalikan kelahiran dan pertambahan penduduk, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan kesehatan keluarga, dan mengatur jarak kelahiran anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dan pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi suntik Metode: Metode penelitian Survey analitik dengan pendekatan Crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang ada di RW 4 Wadunggetas Wonosari Klaten pada Bulan Desember 2020 sebanyak 105 responden. Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 105 orang. Alat pengumpulan data menggunakan master tabel. Metode pengumpulan data menggunakan data sekunder. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi, chi square dan regresi binomial. Hasil: Mayoritas usia ibu ≤35 tahun 71 responden (67,6%),mayoritas pendidikan menengah 62 responden (59%), mayoritas metode pemilihan kontrasepsi suntik 91 responden (86,73%), ada hubungan antara usia ibu dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik (0,033), ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik (0,000), ada hubungan antara usia dan pendidikan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik (0,000). Kesimpulan: Ada hubungan antara usia dan pendidikan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik.
Latar Belakang : Terjadinya masalah gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI banyak digantikan oleh susu formula dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. Menurut WHO, setiap tahunnya terdapat 1-1,5 juta bayi yang meninggal akibat tidak diberikannya ASI Ekslusif. Kematian balita dapat dicegah dengan diberikannya ASI Ekslusif. Bayi yang diberi ASI Ekslusif selama enam bulan dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 13%. Tujuan : Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita. Metode : Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah semua balita usia 12 – 59 bulan di Posyandu Mandiri Tawangsari Mojosongo Jebres Surakarta, teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling dengan jumlah responden sebanyak 47 balita. Alat pengumpulan data berupa angket yang berisi identitas anak, identitas orang tua, riwayat pemberian ASI dan BB balita. Analisa data menggunakan Chi-Square. Hasil : Mayoritas balita diberikan ASI eksklusif, mayoritas balita dengan status gizi normal, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita, dengan nilai X2 hitung lebih besar dari X2tabel (12,545 > 5,991) dan nilai p sebesar 0,000 Simpulan : terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita.
Background: Sexual education for children is a necessity. Knowledge about sex in children can prevent sexual deviations. Sex education must be instilled by parents early so that children know about sex.The aim : This study aims to determine the behavior of mothers in sex education in children aged 3-5 years. Method: This study is a descriptive study with a crossectional approach. The sample in this study is all populations, namely all mothers who have children aged [3][4][5] Pranan Village, Polokarto, Sukoharjo, 47 respondents. Data collection tool in the form of questionnaires. Data analysis is presented by frequency distribution. Results: The results of this study were the majority of mothers aged 26-35 years as many as 29 respondents (61.7%), secondary education as many as 23
Latar Belakang : Banyak wanita mengalami perdarahan yang disebabkan robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama. Faktor yang berkaitan terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin adalah pelahiran primipara, proses persalinan serta berat badan bayi yang dilahirkan. Di PKD” Sumber Waras” setiap bulan terdapat kurang lebih 4 - 5 ibu bersalin, dan kejadian rupture perineum sekitar 2 sampai 3 kejadian. Berat badan bayi baru lahir merupakan salah satu faktor terbesar yang menyebabkan ruptur perineum. Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan berat badan bayi baru lahir terhadap rupture perineum pada ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo, Musuk, Boyolali Tahun 2018 Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan waktu retrospektif. Populasi penelitian seluruh ibu bersalin di PKD” Sumber Waras “ Sukoreko bulan April – Juni 2018 sebanyak 35 orang. Penelitian ini tidak menggunakan sample, tetapi menggunakan subyek penelitian yaitu seluruh populasi diteliti. Alat pengumpulan data menggunakan master tabel Hasil : Berat badan bayi baru lahir mayoritas 2.500 – 3.400 gram 26 ( 74,28% ),rupture perineum mayoritas rupture 23 ( 65,70%). Berat badan bayi baru lahir 1.500 – 2.400 gram 3 ( 8,57%). Ibu tidak rupture perinium berat badan bayi baru lahir 3.500 – 4.400 gram 6 ( 17,15% ), mayoritas mengalami rupture perinium. Nilai Asymp. 2Sig = 0,012 ( 0,0012
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.