Sesquiterpenoids, an important class of natural products possessing three isoprene-derived units, are widely distributed across plants and have a variety of biological activities. All sesquiterpenoids are derived from farnesyl pyrophosphate (FPP), a biosynthesis precursor that can form various carbon skeletons. In order to provide a reference for further research and development of these compounds, this review focused on the increasing number of isolated and volatile sesquiterpenoids found to be produced by plants of the Meliaceae family between 1968 and 2023. The related articles were collected from SciFinder, Google Scholar, and PubMed. According to a literature review, several studies were started for more than 55 years on the plant’s stem barks, twigs, leaves, flowers, seeds, and pericarps, where approximately 413 sesquiterpenoid compounds from several groups such as eudesmane, aromadendrane, cadinane, guaiane, bisabolane, furanoeremophilane, humulene, germacrane, and oppositane-type were isolated and identified with some minor products. Additionally, the hypothetical route of sesquiterpenoids biosynthesis from this family was identified, and eudesmane-type was reported to be 27% of the total compounds. The antimicrobial, antidiabetic, antioxidant, antiplasmodial, antiviral, and cytotoxic activities of the isolated compounds and major volatile sesquiterpenoids constituent on essential oil were also evaluated. The result showed the fundamental of using the sesquiterpenoid compounds from the Meliaceae family in traditional medicine and the discovery of new drugs.
Molybdenum (Mo) is one of nutrients that contributes on process of fixing N2 and it’s contained in growth medium of N2-fixing bacteria. Bacillus is bacterium that widely used as biofertilizer because it can fix N2 in the atmosphere and produce phytohormones in form of Indole 3-Acetic Acid (IAA) which are benefical for plant growth. The purpose of this research was to determine the effect of Mo addition on Bacillus consortium in a growth medium of 2%molasses + 10grams peptone + 3grams beef extract against vegetative cell population, spore population and IAA hormone production after incubated for 3, 6 and 9 days. This research was conducted at Soil Biology Laboratory, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University. The method to calculate total population of vegetative cells is the serial dilution plate method with 80ºC heating for 30 minutes for total spore population, while the production of IAA hormone was measured using UV-Vis spectrophotometer with Salkowski reagent at a wavelength of 530 nm. All data subjected to Student-t test with p ≤ 0.05. The results of the study by using the Student-t test showed that Mo increased the vegetative cell population on day 3 but did not affect the vegetative cell population on day 6 and 9. The spore population of the Bacillus consortium was not determined by Mo. The production of IAA hormone in cultures with Mo was not different from that in cultures without Mo.
Salah satu bahan sandang yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah kain kapas, yang terkenal dengan kenyamanannya. Sayangnya, kain kapas sangat rentan terhadap kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan masalah pada kulit. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menambahkan zat antibakteri pada kain kapas. Pada penelitian ini, zat antibakteri yang diaplikasikan pada kain kapas adalah ekstrak jintan hitam. Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan konsentrasi optimum ekstrak jintan hitam dengan variasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% untuk diaplikasikan pada kain kapas menggunakan cara rendam peras-pemanasawetan (pad-dry-cure). Setelah diperoleh konsentrasi optimum, ekstrak diaplikasikan pada kain kapas dengan beberapa variasi metode, yaitu (1) tanpa plasma lucutan korona dan asam sitrat, (2) dengan plasma lucutan korona saja, (3) dengan asam sitrat saja, dan (4) dengan plasma lucutan korona dan asam sitrat. Pengujian kemampuan antibakteri ekstrak jintan hitam dilakukan menggunakan metode AATCC TM100-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam memiliki kemampuan sebagai zat antibakteri pada kain kapas. Kain kapas dengan ekstrak 30%, 40%, dan 50% menghasilkan persentase reduksi tertinggi, yakni berturut-turut 96,6%; 97,0%; dan 97,0% terhadap S. aureus dan 79,4%; 79,5%; dan 79,5% terhadap E. coli. Metode yang menghasilkan persentase reduksi tertinggi adalah penggabungan teknologi plasma lucutan korona dan asam sitrat, yang menghasilkan peningkatan persentase reduksi menjadi 99,9% terhadap S. aureus dan E. coli pada konsentrasi ekstrak 30%. Metode ini juga menghasilkan durabilitas (daya tahan) tertinggi terhadap pencucian rumah tangga. Setelah 9 kali pencucian rumah tangga, persentase reduksi hanya menurun dari 99,9±0,14% menjadi 77,7±0,3% terhadap S. aureus dan 99,9±0,12% turun menjadi 75,1±0,4% terhadap E. coli. Kata kunci: plasma lucutan korona, asam sitrat, kain kapas, ekstrak jintan hitam, antibakteri
Kurkuminoid berasal dari rimpang kunyit (Curcuma Longa L.) yang memiliki ketiga komponen utama penyusunnya diantaranya kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Secara struktur ketiganya hanya berbeda pada subtituen gugus metoksi, namun mampu memberikan efek biologis yang berbeda. Kurkumin dalam beberapa tahun kebelakang menjadi salah satu target pengembangan penelitian sebagai agen antikanker yang dilakukan terhadap beberapa sel kanker. Namun, kemampuan kurkumin sebagai antikanker menjadi sangat terbatas akibat rendahnya kelarutan kurkumin dalam air, yang mempengaruhi rendahnya penyerapan senyawa kurkumin oleh sel dalam tubuh. Maka dari itu menjadi sangat perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk melihat aktivitas antikanker dari senyawa kurkumin lainnya yaitu demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Rimpang kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimaserasi dengan etanol selama 3x24 jam kemudian maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak pekat etanol kunyit. Selanjutnya dilakukan partisi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan n-butanol. Fraksi etil asetat kemudian dipekatkan dan dilakukan berbagai jenis metode pemisahan sehingga didapatkan ketiga senyawa kurkuminoid. Selanjutnya, isolat yang sudah terkarakterisasi di lakukan uji sitotoksik terhadap sel B16-F10 dengan menggunakan Metode Reduksi Resazurin. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas penghambatan yang signifikan diantara ketiga isolat. Bisdemetoksikurkumin memiliki aktivitas penghambatan tertinggi dengan nilai IC50 16,20 µg/mL. Setelah itu, demetoksikurkumin dengan nilai IC50 22,59 µg/mL dan yang terakhir adalah kurkumin dengan nilai IC50 152,71 µg/mL.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.