<p><em>This study discusses poverty, which until now is still a major problem for the Indonesian state. The effort to eradicate poverty becomes a big commitment through the projected Sustainable Development Goal's (SDG's) which are determined to reduce the number of poor people to 50% in the next 2030. Instead of alleviating poverty, SDG's which insinuate welfare are more and more pressed by poverty itself. Global warming which drives climate change is uncertain, causes an ecological crisis on one side, and creates a consumptive culture of society on the other side. This research uses a qualitative method, in which coastal communities and inland farmers become in Sumenep, Madura is the object of this study. due to climate change that is getting worse, fishermen and farmers, must rearrange their survival strategies to meet the needs of family income. The government, in this case, must be encouraged to be a catalyst for change, in order to realize the social welfare of the community through the development of community-based communities that are independent and sustainable. </em></p><p><strong><em> </em></strong></p><p>Penelitian ini membahas tentang kemiskinan, yang sampai saat ini masih menjadi persoalan utama negara Indonesia. Upaya untuk mengentaskan kemiskinan menjadi komitmen besar melalui proyeksi Sustainable Development Goal’s (SDG’s) yang bertekad untuk menekan jumlah penduduk miskin hingga 50% pada 2030 mendatang. Alih-alih mengentaskan kemiskinan, SDG’s yang meng-insinuasikan kesejahteraan justru samakan terdesak oleh kemiskinan itu sendiri. Global warming yang mendorong perubahan iklim tidak menentu, menyebabkan krisis ekologi pada satu sisi, dan menciptakan budaya konsumtif masyarakat pada sisi yang lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana masyarakat pesisir dan petani pedalaman menjadi di Sumenep, Madura menjadi objek kajian ini. akibat perubahan iklim yang semakin buruk, nelayan dan petani, harus mengatur kembali strategi survival mereka untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga. Pemerintah dalam hal ini, mesti didorong untuk menjadi katalisator perubahan, demi mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang bersifat mandiri dan berkelanjutan.</p>
Penelitian ini mengkaji tentang krisis ekologi di Sumenep, Madura. Fenomena krisis ekologi, yang terjadi di Sumenep dalam 10 tahun terakhir, tidak dapat dilepaskan dari gerakan lingkungan yang diinisiasi oleh kiai dan pesantren.Dalam konteks ini, kiai dan pesantren, menjadi orkestrator wacana krisis ekologi yang terjadi Kabupaten paling timur pulau Madura itu. Kemudian, kajian ini diletakkan dalam dinamika lanskap politik lokal Sumenep, dan wacana ekologi dalam konteks global seperti diskursus tentang antroposen dan SDG’s (Sustainable Devilopment Goal’s). Oleh karena itu, gerakan lingkungan kiai dan pesantren di Sumenep, selain sebagai gerakan moral yang mengelola pikiran masyarakat melalui terminologi agama, juga tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik lokal yang berkembang. Pada posisi ini kemudian, gerakan lingkungan kiai dan pesantren, berada di antara dua jalur: pertama,menumbuhkan kesadaran masyarakat secara lebih luas terhadap lingkungan lestari, menumbuhkan wacana ekologi dalam konteks yang lebih luas; ke dua, terjebak ke dalam kepentingan kontestasi politik lokal dengan menggunakan isu-isu krisis ekologi, tanpa menghasilkan diskursus baru tentang ekologi. Penelitian ini merupakan studi kualitatif, dengan mengkaji data yang digali dari beberapa informan, observasi offline dan online dalam diskusi tentang lingkungan di Sumenep. Penelitian ini, menunjukkan bahwa: 1) Kiai dan pesantren, tidak mampu meletakkan wacana krisis ekologi yang terjadi di Sumenep ke dalam konteks global; 2) menjadi sebuah gerakan yang mendorong kesadaran lingkungan secara lebih luas, akan tetapi juga tidak bisa dilepaskan dari kepentingan politik sektoral di tingkat lokal Sumenep; 3) tidak mampu merekonstruksi stand of crisis masyarakat terhadap lingkungan, karena krisis literasi yang tidak mampu diatasi oleh kiai dan pesantren sejauh ini.
Developmentalisme merupakan wacana ekonomi dan politik yang tidak ada habisnya menjadi sebuah perdebatan di dalam lanskap pemikiran pembangunan di Indonesia. Sejak Orde Baru Soeharto hingga Pasca Reformasi, diskursus pembangunanisme menjadi suatu landasan utama yang dikendarai untuk membawa bangsa Indonesia lebih maju di dalam ranah ekononomi, politik dan kesejahteraan sosial masyarakat oleh para penyelenggara negara. ‘Big five’ merupakan indikator kesejahteraan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi kesehatan, pendidikan, perumahan, jaminan sosial, dan pekerjaan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh konsep pembangunanisme yang diperas dari pemikiran Barat, meskipun telah banyak dikritik dan mulai ditinggalkan oleh Negara Utara, akan tetapitetap menjadi sebuah kredo magis bagi Negara-Negara Selatan, khususnya Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis terhadap literature-literatur yang dibutuhkan. Langkah-langkah penyusunan penelitian ini dilakuakn secara diskriptif- argumentatif agar dapat menunjukkan titik penting konsep developmentalisme. Hasil dari peneltian ini menunjukkan bahwa, developmentalisme dari waktu ke waktu di bawah perjalanan rezim kuasa di Indonesia selalu menjadi frame utama yang membingkai bentuk kebijakan sosial (social policy). Nahasnya, dari berbagai bentuk pembangunanisme, mulai dari sistem pembangunanisme Orde Baru sampai konsep pembangunanisme Pos- Soeharto, tidak banyak mengubah kesejahteraan masyarakat setingkat lebih baik. Kemiskinan, konflik sosial, persoalan lingkungan, HAM dan masalah sosio-spiritual, justru banyak bersemai akibat dari sistem pembangunan yang terlalu mengistimewakan pasar di bawah ideologi paling populer, neoliberalisme. Pada akhirnya, pembangunan hanya dinikmati oleh segelintir kelompok atau orang saja, sedangkan masyarakat kecil hanya menanggung dampak negatif dari sebuah pembangunan.
The multidimensional crisis caused by the Covid-19 pandemic has pushed for the strengthening of Islamic conservatism, which is one way that makes it easier for terrorism to enter and develop in society. In the midst of a conservative society towards religion, terrorist groups circulate the narrative of Covid-19 as an 'end of time' condition that must be faced with militant jihad, and has proven to be effective in the recruitment process, propaganda, to be effective in mobilizing emotions to carry out acts of terror. The method used is qualitative with a literature study approach through collecting data on reports and literature from previous research results, as well as online news. This study has identified that terrorist groups have successfully adapted to the conditions of the Covid-19 pandemic, and made the pandemic a new issue and inspiration in recruiting, propaganda, and terrorizing acts. Therefore, governmentagencies related to terrorism prevention must be able to develop strategies that are adaptive to this new situation, where so far the approach to counter terrorism has so far been ad hoc. Therefore, the deradicalization policy is not only realized in the form of reorientation and resocialization, but is also encouraged to build counter narratives with terrorism groups in implanting radical ideologies, through new steps, collaborating with mainstream mass organizations such as NU and Muhammadiyah in building a narrative of Islamic moderation, both culturally and through new internet channels.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.