Whistleblowing has been accepted worldwide as one of effective internal controls to prevent corruption. Nurturing whistleblowing in the workplace is expected to accelerate integrity specifically among public officials. Intrigued by its attributes and emulating Planned Behavioural Theory, the objective of this study was to examine attitude, subjective norms and perceived behavioural control as predictors of whistleblowing intentions. Whistleblowing intentions were assessed in two contexts namely internal and external whistleblowing intentions. A total of 300 questionnaires were randomly e-mailed to public officials of a public institution in the Cirebon province, West Java, Indonesia. From this, 152 officials responded which accounted for a 50.7 percent rate of response. Partial Least Square (PLS) version 3 of Structural equation modelling (SEM) was used to analyse the data. Results indicated that attitude and subjective norms were significant predictors of both internal and external whistleblowing intentions. However, none of the whistleblowing intentions were related to perceived behavioural control. The discoveries contribute beneficial insights for policy makers, government, academic fraternities and the like in the area in which positive attitude and support from referent groups will trigger them into openness and transparency; and thus, more likely to influence their whistleblowing intentions. Hence, implementing whistleblowing practices in public institutions will enhance the public’s perceptions on the integrity of the Indonesian public sector and promote the country towards a corrupt free nation. Keywords: attitude, external, intention, internal, perceived behavioural control, subjective norms, whistleblowing
This research aims to analyses whistleblowing intention influenced by ethical climate. The method used is an exploratory method followed by descriptive quantitative. Results showed ethical climateprinciple affect both internal and external whistleblowing intentions. However, ethical climateegoism and ethical climatebenevolence have not affect whistleblowing intentions of both internal and external. It concludes that a person will be whistleblowing based on principles such as rules, code of conduct, and laws. In this study may be the village apparatus will not be a whistlebloers because it does not feel the benefit of what is done both for himself and others. The scope of research is limited to only internal factors so that further research can analyze the factors that are external to a person who may be able to influence whistleblowing intentions
Tindak pidana korupsi telah menjadi pekerjaan rumah di hampir seluruh negara di dunia dan menjadi perhatian publik secara luas. Terkadang, fraud yang terjadi berkembang secara sistemik sehingga sulit untuk diberantas. Sehingga, diperlukan mekanisme yang tepat dalam pemberantasan kasus korupsi. Menjadi seorang whistleblower tidaklah mudah. Dibutuhkan keberanian dan keyakinan untuk melakukannya. Tindakan yang dilakukan oleh whistleblower disebut dengan whistleblowing. Auditor merupakan profesi yang dianggap dapat menjadi whistleblower dalam institusi tempatnya bekerja. Namun ketika akan melakukan whistleblowing, terkadang auditor dihadapkan pada komitmen profesional dan sensitivitas etis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komitmen profesional dan sensitivitas etika terhadap intensi whistleblowing. Penelitian ini menggunakan smartPLS sebagai teknik analisis data. Variabel penelitian diukur dengan kuesioner. Respondennya adalah seluruh Auditor Internal Pemerintah pada Inspektorat Daerah Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kuningan dan Majalengka dengan metode sampling jenuh. Artinya seluruh jawaban yang lengkap dari responden akan dianalisis. Dari 100 kuesioner yang didistribusikan, hanya 56 saja yang dapat kembali dan diolah lebih lanjut. Setelah melalui evaluasi pengukuran model dan pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa komitmen profesional dan sensitivitas etis berpengaruh terhadap intensi untuk melakukan whistleblowing.Kata Kunci: Komitmen profesional, sensitivitas etis, intensi whistleblowing.
Gaya hidup modern yang mengakomodir makanan serba instan dalam tampilan menarik, sehingga pelaku umkm berlomba-lomba untuk melakukan inovasi produknya, termasuk salah satunya adalah olahan dari ikan bandeng, yaitu bandeng isi yang dilakukan oleh umkm Bandeng Lelaki, sebagai mitra dalam melakukan pengabdian masyarakat khususnya pendampingan yang berada di Kota Cirebon. Permasalahan yang dihadapi oleh umkm Bandeng Lelaki adalah kemasan masih dibuat secara sederhana, pelaku umkm belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana promosi produknya, pengelolaan keuangan belum tertib. Metode dalam kegiatan pengabdian ini menggunakan observasi secara langsung pada lokasi UMKM Bandeng Lelaki. Selanjutnya kegiatan melakukan pertemuan dalam bentuk sosialisasi dan pendampingan. Hasil dari kegiatan pendampingan yang telah dilakukan kepada pelaku UMKM Bandeng Lelaki adalah sebagai berikut: pelaku usaha mampu mengidentifikasi bahan baku untuk kemasan sesuai kebutuhan, pelaku umkm mampu meciptakan ide desain kemasan dengan warna yang menarik, mampu membuat laporan keuangan secara mandiri, mampu membuat promosi digital melalui instagram untuk produknya menjadi lebih menarik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.