Sungai Musi merupakan sungai besar mengaliri wilayah Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu , dan bervariasi dalam pemanfaatannya, khususnya di bagian hilir, didominasi oleh kegiatan industri yang membuang limbahnya ke Sungai Musi. Kajian pengaruh industri terhadap Sungai Musi telah dilakukan, namun sebatas analisis fisik dan kimia lingkungan dan belum mengarah kepada pengaruhnya terhadap organisme air. Organisme air adalah indikator penting perubahan lingkungan karena organisme khususnya organisme dasar (benthos) menyimpan sejarah proses-proses terjadi di perairan. Riset yang bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan Sungai Musi bagian hilir ditinjau dari karakteristik fisik dan kimia dan struktur makrozoobenthos telah dilakukan di Sungai Musi, Sumatera Selatan pada bulan Mei dan September 2006. Riset dilakukan bersifat survei lapangan. Delapan stasiun ditentukan di Sungai Musi bagian hilir berdasarkan pada perbedaan mikrohabitat. Stasiun riset masing masing antara lain Sejagung, Pulokerto, Jembatan Ampera, Sebokor, Pulau Burung, Upang, Pulau Payung, dan Sungsang. Pada masing masing stasiun, dilakukan pengambilan contoh air untuk parameter fisika, kimia, dan makrobenthos. Contoh air diambil dari atas perahu motor pada kedalaman 1,0 m dari permukaan air dengan menggunakan kemmerer water sampler. Sebagian contoh dianalisis di lapangan (suhu, pH, dan oksigen terlarut) dan sebagian lagi yaitu jumlah padatan tersesuspensi (total suspended solids), jumlah padatan terlarut (total dissolved solids), jumlah karbon organik (total organic carbon), organik karbon terlarut (dissolved organic carbon), konsumsi oksigen biologi (biochemical oxygen demand), nitrat, dan fosfat dianalisis di laboratorium kimia. Contoh makrozoobenthos diambil pada 10 titik di masing-masing stasiun, dengan menggunakan ekman dredge dengan bukaan mulut 400 cm2. Contoh makrobenthos pada masingmasing titik tersebut disortir dengan menggunakan saringan dan kemudian digabungkan (dikomposit) dan diawetkan dengan formalin 10%. Data kualitas air dianalisis dengan principle component analysis dan kelimpahan makrozoobenthos dianalisis dengan analisis cluster. Kualitas perairan di Sungai Musi bagian hilir dikelompokkan atas 2 yang mengalami tekanan berat yaitu dari Sejagung sampai dengan Pulau Burung dan tekanan ringan yaitu dari Upang sampai dengan Muara Sungai Musi. Kelompok pertama dicirikan oleh nilai konsentrasi total dissolved solids, total organic carbon, dan dissolved organic carbon yang tinggi diiringi dengan kelimpahan makrozoobenhthos yang rendah serta didominasi oleh Tubifex sp. Kelompok ke-2 dari Upang sampai dengan Muara Sungai Musi dicirikan oleh nilai konsentrasi total suspended solids yang tinggi, dengan kelimpahan makrozoobenthos yang tinggi dan didominasi oleh Gammarus. Musi River is a large river , crossing three provinces, South Sumatra, Lampung and Bengkulu, and differeing in types and levels of its resources ultization, particularly at the down stream of Musi River, mostly dominated by industries activities producing a waste which flows to the river. Several studies on the effect of industries on the Musi River have been conducted , however , limmieted on physical dan chemical aspects of the water, not yet to evaluate its effect on aquatic organism. Aquatic organism such macrozoobenthos is important indicator of environmental changes since this organism records the history of processes occurred in the water. Study to assess water quality of the down stream Musi River based on physical, chemical water characteristics and macrozoobenthos community structure was conducted at may and september 2006 in Musi River located in South Sumatera Province of Indonesia. The study used inventory field survey. Eight sampling sites; Sejagung, Pulokerto, Jembatan Ampera, Sebokor, Pulau Burung, Upang, Pulau Payung, and Sungsang were selected based on the microhabitat difference. water sampling for physical and chemical parameters and sediment, and macrozoobenthos were carried in each sampling site. Water sample was collected at a depth of 1.0 m from the water surface by using kemmerer water sampler. Some water quality parameters such as temperature, pH, and dissolved oxygen) were directly analyzed in the field, while the others such as total suspended solids, total dissolved solids, total organic carbon, dissolved organic carbon, biochemical oxygen demand, nitrate, and phosphate were analyzed in laboratory. Macrozoobenthos was collected at ten sampling points in each sampling sites using Ekman Dredge of 400 cm2 mouth opening. Macrozoobenthos from ten sampling points was composited, sorted and preserved with formalin 10%. Water quality parameters were analyzed with principle component analysis while macrozoobenthos abundance was analyzed with cluster. Results revealed that water quality at the down stream Musi River was classified into two groups. The first group was the heavy degraded sites from Sejagung to Pulau Burung, characterized by having high concentration of total dissolved solids, total organic carbon, and dissolved organic carbon, low abundance of macrozoobenthos with Tubifex sp. as the dominant species. The second group was light degraded sites from Upang to the mouth of Musi River, characterized by high concentration of total suspended solids and high macrozoobenthos abundance with Gammarus sp. as the dominant species.
ABSTRAKPerairan Rawa Pening merupakan tipe perairan yang tergenang dan mempunyai arti penting bagi perikanan. Masalah utama yang ada di Rawa Pening yaitu pendangkalan karena sedimentasi dan eutrofikasi yang disebabkan pencemaran air berasal dari limbah rumah tangga, pertanian dan budidaya perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan dan kualitas air di Rawa Pening. Penelitian dilakukan pada bulan Mei, Juni, Agustus dan Oktober 2013. Frekuensi pengambilan contoh dilakukan empat kali yaitu pada bulan Mei, Juni, Agustus dan Oktober. Stasiun pengamatan meliputi: A. Tengah (Puteran); B. Muara sungai (Torong); C. Area KJA; D. Pemotongan eceng Gondok (tengah 1); E. Sungai keluar (Tuntang); F. Muara sungai (Muncul); G. Tidak ada pemotongan eceng gondok (tengah 2). Data tingkat kesuburan perairan dianalisis dengan metode Carlon's. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rawa Pening termasuk katagori perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, nilai Thropic State Index (TSI) pada semua stasiun pengamatan berkisar antara 57,22 -68,06. Kondisi kualitas air yang kurang baik tersebut akan merugikan perikanan, seperti kejadian kematian ikan masal, lambatnya pertumbuhan ikan dan penurunan daya dukung perairan. Kata Kunci: Kualitas air; tingkat kesuburan; Rawa Pening ABSTRCT The Rawa Pening waters is a lentic water and has significance for fishery. The main problems in Rawa
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di Sungai Musi bagian hilir telah dilakukan pada bulan Mei, September, dan Januari 2007. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei pada 9 lokasi. Pemilihan lokasi pengambilan contoh dengan menggunakan purposive sampling didasarkan pada mikrohabitat. Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan ember 10 l dan total volume yang disaring dengan plankton net 150 l. Parameter yang diukur meliputi kelimpahan, komposisi jenis, keragaman, keseragaman, dan indeks dominasi zooplankton. Hasil analisis jumlah spesies zooplankton yang tertinggi dijumpai pada bulan September dan terendah pada bulan Mei. Indeks keragaman dan kelimpahan zooplankton pada Mei 2006 dan Januari 2007 berkisar antara 0 sampai dengan 2,2 dan 0,8 sampai dengan 21x103 ind.m-3. Indeks keseragaman bervariasi. Nilai yang tertinggi diperoleh pada bulan Januari (0,8 sampai dengan 1), sedangkan bulan Mei dan September 2006. Pada September dan Mei lebih bervariasi dengan kisaran nilai masing-masing 0,6 sampai dengan 1 dan 0,6 sampai dengan 0,9. Selanjutnya untuk dominasi jenis, terdapat 2 stasiun yaitu Sebokor (bulan Mei) dan Selat Cemara (bulan September), yang didominasi 1 jenis zooplankton. Research with aiming to know the community structure of zooplankton at the down stream of Musi Rivers was conducted in May and September 2006, and January 2007. The work was done with field survey method at nine sampling sites, that were set up by using purposive sampling method based on the difference an microhabitat. Samples for zooplankton were collected by using 10 l bucket to sample a total of 150 l of water, and the total volume of wals filtered by using plankton net. Parameters measured include the abundance, spesies composition, diversity, similarity, and dominance index of zooplankton. Results show that the highest number of zooplankton species was found in September while the lowest one was recorded in May. The diversity index and abundance zooplankton in May 2006 and January 2007 were between 0 until 2.2, and 0.8 until 21x103 ind.m-3, respectively. The similarity index varied. The highest value was recorded in january (0.8 until 1) while in may and september 2006 were 0.6 until 1 and 0.6 until 0.9, respectively. Zooplankton was dominanted sebokor and cemara sampling sites.
Movement is an essential mechanism by which mobile animals acquire the resources necessary for the successful completion of their life-cycles.
Penelitian biolirunologi pada kolong-kolong bekas tarnbang timah di Pulau Bangka clan Puiau Belitung telah dilakukan pada tahun 1995
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.