In the last few years, religious conflicts involving a minority Muslim group, Ahmadiyya, have risen dramatically in Indonesia; the most recent being the attack on the Ahmadiyya community in Cikeusik Banten, West Java, where three Ahmadis were killed and the sealing of Al Mishbah Mosque by local government of Bekasi West Java. Understanding the context of violent conflict and the ways individual Ahmadi women take agency to challenge such oppression is an important first step in creating a more equitable and peaceful Indonesia. To examine the experience of Ahmadi women exercising their agency in conflict transformation, this qualitative research was conducted in four areas of Indonesia: Bogor, Kuningan, Yogyakarta and Lombok, by gathering data from the narratives of Ahmadi women who actively participate in Lajnah Imaillah, an Ahmadiyya's women's organization. This research highlights three stages of conflict transformation that the women employed: 1) asking for government help; 2) taking physical action to defend their rights; and 3) defining themselves as Indonesian citizens who have the same rights as others. Through these actions, they show their ability to help others, transforming the conflict by forming better relationships and understanding with other Indonesian citizens.Dalam beberapa tahun terakhir, konflik keagamaan yang melibatkan sebuah kelompok minoritas muslim, Ahmadiyah, meningkat drastis di Indonesia; yang terbaru adalah penyerangan komunitas Ahmadiyah di Cikeusik Banten, Jawa Barat di mana tiga Ahmadi terbunuh dan penyegelan masjid Al Mishbah oleh pemda Bekasi. Memahami konteks konflik dengan kekerasan dan cara-cara perempuan Ahmadi menggunakan agensi mereka adalah sebuah langkah penting dalam mewujudkan Indonesia yang setara dan damai. Untuk membahas pengalaman perempuan Ahmadi dalam mempraktekkan agensi mereka dalam transformasi konflik, penelitian kualitatif ini dilaksanakan di empat area di Indonesia: Bogor, Kuningan, Yogyakarta dan Lombok, dengan pengumpulan data dari narasi perempuan Ahmadi yang aktif di Lajnah Imaillah, organisasi untuk perempuan Ahmadi. Penelitian ini menggarisbawahi tiga tahap transformasi konflik yang dilakukan perempuan Ahmadi; 1) meminta bantuan dari pemerintah 2) menggunakan kekuatan fisik untuk mempertahankan hak, dan 3) menempatkan diri sebagai warga Negara yang mempunyai hak sama dengan lainnya. Melalui aksi-aksi yang mereka lakukan, mereka Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Volume 15, No. 1, Juni 2015: 61-82 62 menunjukkan bahwa mereka bisa membantu lainnya dan mentransformasi konflik dengan menjalin hubungan dan pengertian yang lebih baik dengan warga negara Indonesia lainnya.