endahuluan: Faktor kekurangan gizi muncul akibat salah pola makan seperti kelebihan makan makanan yang kurang seimbang. Asupan gizi yang kurang, menyebabkan ketidakteraturan menstuasi pada kebanyakan remaja putri. Tujuan: untuk mengetahui hubungan pola makan dan status gizi dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN 13 Luwu. Metode: penelitian observasional dengan desain studi Cross-Sectional. Sampel adalah Siswi SMAN 13 Luwu yang berjumlah 138 orang yang dipilih secara simple random sampling. Pola makan diperoleh melalui wawancara menggunakan formulir food frequency questionnaire. Status gizi diperoleh melalui menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan berdasarkan Indek Massa Tubuh (IMT). Siklus Menstruasi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Hasil: pola makan yang baik sebanyak 39,9%, pola makan kurang sebanyak 60,1%. Status gizi yang kurang baik sebesar 31,2%, status gizi normal sebesar 52,2%, status gizi gemuk sebesar 7,2%. Siklus menstruasi yang normal sebesar 78,3%, siklus menstruasi yang tidak normal sebesar 21.7%. Hasil uji statistik antara variabel pola makan dan status gizi dengan siklus menstruasi menunjukkan tidak ada hubungan antara pola makan dengan siklus menstruasi dan tidak ada hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi. Kesimpulan: peneliti lain dapat menyelidiki lebih lanjut dan mengklasifikasikan pola makan dengan cara yang membedakannya dari pola makan yang kurang sehat. Ini akan memungkinkan penambahan variabel penelitian tambahan dan pengumpulan data yang lebih mendalam mengenai dampak makan sehat pada menstruasi. Agar peneliti dapat memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai dampak status gizi abnormal pada siklus menstruasi, peneliti tambahan akan memeriksa klasifikasi status gizi sebagai kurang baik dan gemuk dibandingkan dengan status gizi normal.
ABSTRAKThe government issued a Balanced Nutrition Guidelines (BNG) starting in 2014, with the aim of being used as a guideline in the administration of meals starting at the family and national level. The application of BNG to date has not been evenly distributed, especially for housewives who are not working, poor and have low education. In housewives like this usually children under five years old are obtained with nutritional problems both under nutrition and stunting. The use of posyandu cadres as a facilitator for local communities is expected to be able to transfer knowledge well because it is supported by factors of closeness and good emotional ties with housewives around their homes.This research is a study that measures the knowledge, attitudes and skills of posyandu cadres in implementing PGS. Materials in improving the indicators are used by the BNG module. Measurements are carried out 2 times. Research result provide an illustration that there is an increase in knowledge about the use of PGS twice as much and change in knowledge by 32%. Attitude changes increased 16% and skills change reached 48%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.