Food and beverage industry is one of the five priority industrial sectors in the implementation of Industry 4.0 program. According to data from the ministry of industry throughout 2018, the food and beverage industry is able to grow by 7.91 percent or exceed national economic growth at 5.17 percent. PT. Petra Sejahtera Abadi is a company engaged in producing processed foods made from chicken and beef with freezing processes such as; sausage, smoke beef, spicy chick, spicy wings, nugget, rollade, and cornade beef. Data on the number of defects per year of nugget products from PT. Petra Sejahtera Abadi for the period of 2015 were 23, 453 disabled, in 2016 as many as 21, 876 disabled, in 2017 as many as 20, 987 disabled. Based on the description above, the goal to be achieved in this study is to determine the Statistical Quality Control (SQC) method with control chart techniques and cause and effect diagrams applied by the company in controlling quality to minimize failed products. The results of the SQC implementation contained data that was out of control. For those out of the upper control limit, the 4th period in August 2018 and the 6th period in October 2018 are Out of the Upper Control Line (UCL). The most influential factor in the occurrence of product defects is the machine and material factors that must be immediately corrected.
ABSTRAK PT KMK Global Sports 2, sebagai perusahaan yang menghasilkan produk sepatu bermerek converse yang memprioritaskan kualitas nomor satu. Oleh karena itu PT. KMK Global Sports 2 dituntut untuk menghasilkan sepatu sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh pihak Converse sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan konsumen sepatu Converse. Tanpa menjaga mutu produk sepatunya, PT. KMK Global Sports 2 akan dihadapkan pada risiko yaitu terputusnya kontrak kerja sama yang selama ini telah terjalin dengan baik. Oleh sebab itu kualitas merupakan salah satu faktor penting yang harus dijaga. Pada penelitian ini penulis menganalisa cacat pada bagian sepatu yaitu outsole AS 475 warna brown dengan metode statistical processing control (SPC) dan metode failure mode and effect analysis (FMEA) untuk meminimalkan produk cacat. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan produksi dan cacat pada tahun 2015. Hasil dari pengolahan data menunjukan bahwa setelah adanya usulan perbaikan dengan hasil sebelumnya rata-rata persentase cacat pada tahun 2015 sebesar 1,57% dan setelah perbaikan rata-rata persentase delapan bulan selanjutnya mengalami penurunan dengan hasil sebesar 0,80%. Kata kunci : AS 475 Brown Outsole, Cacat, SPC dan FMEA
PT. Berkah Mirza Insani yang bergerak dibidang pengolahan gas alam menjadi Compressed Natural Gas (CNG) dalam setiap pekerjaan nya selalu mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) . Penelitian ini mengaplikasikan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) didapat RPN tertinggi atau di divisi produksi yang mencakup 8 pekerjaan adalah pada Proses dan langkah pensupplyan CNG ke costumer (operasional PRS) dengan nilai severity 5, occurence 3, detection 4 dan RPN 60. Sedangkan Fault Tree Analysis (FTA) didapat faktor penyebab tingkat risiko tertinggi yaitu Proses dan langkah pensupplyan CNG ke costumer (operasional PRS) saat unloading dan operasional CNG dengan potensi bahaya ledakan Pressure Regulator System (PRS).
Telah dilakukan penelitian analisis postur kerja di PT. Truva Pasifik dengan inti masalah kelelahan musculoskeletal disorders dengan metode OWAS dan metode QEC sebagai alat deteksi kelelahan tersebut. Hasil analisis OWAS menunjukkan 4 postur kerja yang memerlukan perbaikan yaitu kategori skor 4 (perbaikan perlu dilakukan sekarang juga) pada 1 elemen kegiatan postur kerja. Selanjutnya kategori skor 3 (perbaikan perlu dilakukan segera mungkin) pada 3 elemen kegiatan postur kerja. Sedangkan hasil metode QEC menunjukkan nilai action level 70,5% terdapat pada 1 elemen kegiatan postur kerja dengan tingkat risiko 4 (investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan secepatnya), nilai action level 65,9%, 63,6%, dan 63,1% terdapat pada 3 elemen kegiatan postur kerja dengan tingkat risiko 3 (investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan dalam waktu dekat). Usulan perbaikan pada postur kerja adalah dengan merubah gerakan postur kerja dan menambahkan alat bantu seperti trolley dan pijakan kaki untuk mengurangi tingkat risiko cidera musculoskeletal bagi pekerja.
PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi produk berbahan baku plastik. Mesin yang digunakan dalam proses produksi adalah mesin injeksi. Permaslahan yang sering muncul adalah mesin injeksi sering mengalami breakdown dan tidak tercapainya target produksi pada beberapa mesin. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan penelitian menggunakan pendekatan analisis Overall Equipment Effectiveness, Six Big Losses dan Failure Mode and Effect Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mesin injeksi berdasarkan tingkat efektivitasnya, mengetahui faktor penyebab terjadinya kerusakan dan menentukan prioritas perbaikan. Hasil analisis empat mesin injeksi diperoleh bahwa mesin injeksi E4 memiliki tingkat efektivitas paling rendah dengan nilai OEE sebesar 10,10%. Analisis Six Big Losses untuk mesin injeksi E4 menunjukan bahwa kerugian paling besar terdapat pada Reduced Speed Losses dengan nilai sebesar 84,22%. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa komponen yang mengalami kerusakan. Kerusakan komponen mesin injeksi E4 terjadi karena faktor usia pemakaian dan minimnya perawatan mesin. Oleh karena itu, perlu dilakukan prioritas perbaikan untuk meningkatkan kecepatan proses produksi mesin injeksi E4 yaitu dengan melakukan penggantian komponen PCB dan solid state relay secara berkala serta menerapkan Predictive Maintenance dan Corrective Maintenance
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.