Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi fungsional dan struktural pada perkerasan lentur di Jalan Lintas Timur Sumatera Ruas Medan-Lubuk Pakam, serta memberi rekomendasi penanganan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Evaluasi fungsional perkerasan dilakukan berdasarkan metode Bina Marga yaitu mengkombinasikan nilai IRI (International Roughness Index) dan SDI (Surface Distress Index), sedangkan evaluasi struktural perkerasan dilakukan dengan menganalisa nilai lendutan dari pengukuran FWD (Falling Weight Deflectometer) yang dianalisa menggunakan metode AASHTO 1993 dengan outputnya adalah nilai SN (Structural Number), dimana perbandingan SN effective /SN future menghasilkan nilai SCI (Structural Condition Index) yang menentukan apakah suatu perkerasan memerlukan overlay atau tidak. Berdasarkan hasil analisis fungsional dengan mengkombinasikan nilai IRI dan SDI menggunakan metode Bina Marga menghasilkan kondisi jalan masingmasing segmen antara lain sedang dan rusak ringan. Analisis struktural menunjukan hasil diseluruh segmen menghasilkan nilai SCI<1 yang berarti seluruh segmen telah membutuhkan lapis tambah (overlay).
Kondisi keselamatan lalu lintas jalan di Indonesia masih belum baik, kecelakaan lalu lintas masih sering terjadi dan memakan banyak korban jiwa. Salah satu upaya mendasar yang diperlukan untuk meningkatkan kondisi keselamatan lalu lintas jalan adalah dengan cara mengembangkan model prediksi kecelakaan. Model ini menghubungkan frekuensi kecelakaan yang terjadi pada suatu entitas jalan dengan arus lalu lintas dan berbagai faktor lingkungan jalan yang berkontribusi pada terjadinya kecelakaan. Kegunaan model ini adalah untuk mengestimasi dan memprediksi keselamatan suatu entitas jalan, mengidentifikasi lokasi-lokasi jalan berbahaya, dan juga untuk mengevaluasi keefektifan penerapan program penanganan lokasi berbahaya. Makalah ini menyajikan model prediksi kecelakaan pada ruas jalan tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi) yang dibangun dengan membandingkan kinerja statistik dari model regresi Poisson, Negatif Binomial (NB), Zero-Inflated Poisson (ZIP), dan Zero-Inflated Negative Binomial (ZINB). Hasil pemodelan mengindikasikan model regresi NB adalah model yang terbaik. Berdasarkan model yang dibangun, frekuensi kecelakaan berkorelasi positif dengan lintas harian rata-rata tahunan, derajat kelengkungan, dan keberadaan median yang tingginya kurang dari 1,75 m dan lebarnya kurang dari 2,5 m. Model yang dibangun kemudian diaplikasikan untuk melakukan identifikasi dan pemeringkatan segmen jalan berbahaya. Hasilnya menunjukkan bahwa KM 92-93 (arah Cileunyi) merupakan segmen yang paling berbahaya pada jalan tol Purbaleunyi. Kata-kata Kunci: Kecelakaan lalu lintas, model prediksi kecelakaan, identifikasi dan pemeringkatan segmeni jalan berbahaya.
Tol Trans-Jawa merupakan jaringan jalan yang dibangun untuk menghubungkan kota-kota di Pulau Jawa. Ada beberapa isu permasalahan yang terjadi pada jalan tol ini, diantaranya dugaan tarif tol yang mahal serta kinerja pelayanan yang masih belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Untuk mengatasi polemik yang terjadi, maka perlu dilakukan evaluasi kinerja tol selama ini dengan mempertimbangkan persepsi pengguna jalan, secara khusus dari para supir truk angkutan logistik. Penetapan responden dari segmen angkutan logistik dilakukan karena penurunan penggunaan Tol Trans-Jawa yang signifikan terjadi pada jenis kendaraan logistik. Data dikumpulkan dari 90 orang supir truk di beberapa ruas jalan tol Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Wawancara dilakukan untuk memperoleh tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan dari sejumlah atribut pelayanan. Pengelompokkan atribut didasarkan pada dimensi Model Toll Road Service Quality (TRSQ). Tingkat kepuasan dianalisis menggunakan Metode Customer Satisfaction Index (CSI) dan analisis tingkat prioritas penanganan atribut pelayanan dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh atribut pelayanan memiliki kinerja di bawah ekspektasi para supir truk atau masih berada pada kondisi yang memprihatinkan. Tujuh atribut kinerja pelayanan yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki atau ditingkatkan, yaitu: kualitas penerangan jalan, kemulusan permukaan jalan, pemeliharaan dan perbaikan kerusakan jalan, tarif tol, permasalahan kecelakaan lalu lintas, layanan ambulans dan kendaraan penyelamat, serta penanganan dan layanan derek resmi kendaraan mogok. Atribut-atribut yang menjadi prioritas utama ini menjawab dugaan permasalahan yang selama ini menjadi isu pembangunan Tol Trans-Jawa. Diharapkan pengelola Tol Trans-Jawa dapat meningkatkan kinerja pelayanan tol yang baik guna memenuhi kepuasan para penggunanya.
Toll roads have an important role on the economic development, therefore it is necessary to make road improvements to increase the road serviceability or minimum service standards (standar pelayanan minimal / SPM), as described in the Indonesian Government Regulation No. 34 of 2006 on roads. The CIPALI toll road has operated since 2015 and it connects Cikampek and Palimanan. Therefore, it is important to carry out a structural maintenance, in this case is by adding an overlay so that the pavement structure remains stable in supporting the repetition load which always increases over time. This study aims to analyze the overlay thickness using the AUSTROAD 2010 mechanistic procedure with the help of the CIRCLY and KENPAVE program, with a study area on the CIPALI toll road between kilometer 110 + 000 to kilometer 115 + 000. Referring to the results of the analysis, the overlay thickness calculated using the CIRCLY program requires a minimum thickness of 170 mm for the 2-layer model and 3-layer model in the direction towards Subang, and 160 mm for the 2-layer model and 150 mm for the 3-layer model in the direction toward Palimanan. The overlay thickness needed with an analysis using the linear-elastic KENLAYER program in the direction towards Palimanan is 140 mm for the 2-layer model and 100 mm for the 3-layer model, while the thickness of the overlay in the direction towards Subang is 160 mm for the 2-layer model and 130 mm for the 3-layer model. The overlay thickness needed with an analysis using the nonlinear KENLAYER program in the direction towards is 120 mm for the 2-layer model and 80 mm for the 3-layer model, and for the direction toward Subang is 140 mm for the 2-layer model and 100 mm for the 3-layer model.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.