Malnutrition has a role not only to increase morbidity and mortality, but also to psychosocial aspects and intellectual development. Three criteria for malnutrition are: underweight, stunting and wasting, reflecting both past and present growth failures. Growth failure in children under five that occur simultaneously is strongly influenced by the socio-economic conditions of the family. This analysis discusses how disparities in malnourished children in Indonesia are seen from the socioeconomic dimensions of the household. The analysis was done by using Riskesdas 2013 data that was processed by using the HEAT (Health Equity Assessment Toolkit) program issued by WHO 2016. From the analysis, the prevalence of underweight, stunting and wasting simultaneously CIAF (Composite Index of Anthropometric Failure) was 2.5%. The lower the economy the higher the prevalence of underfive children experiencing CIAF, under-fives with CIAF mostly live in rural areas compared to CIAF children under five living in urban areas. There are still 15 provinces that have a CIAF prevalence higher than the national figure. CIAF toddlers are more prevalent in mothers with lower level education compared to mothers who have a fairly good level of education. CIAF toddlers occur more common at age over 36 months from the age under 36 months. The provincial dimension gives the highest disparity compared to other dimensions. Abstrak Kurang gizi mempunyai peran tidak hanya terhadap bertambahnya angka kesakitan dan kematian, tetapi juga terganggunya aspek psikososial dan perkembangan intelektual. Tiga kriteria kurang gizi yaitu underweight (berat kurang), stunting (pendek), dan wasting (kurus), mencerminkan kegagalan pertumbuhan baik di masa lalu maupun dimasa kini. Kegagalan pertumbuhan pada balita yang terjadi bersamaan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Analisis ini membahas bagaimana disparitas pada anak kurang gizi di Indonesia dilihat dari dimensi sosial ekonomi rumah tangga. Analisis dilakukan dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diolah dengan menggunakan program Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) yang dikeluarkan oleh WHO 2016. Dari analisis yang dilakukan prevalensi balita yang mengalami underweight, stunting, dan wasting secara bersamaan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) (sebesar 2,5%. Semakin rendah status ekonomi rumah tangga semakin tinggi prevalensi balita mengalami CIAF. Balita dengan CIAF lebih banyak tinggal di perdesaan dibandingkan dengan balita CIAF yang tinggal di perkotaan. Masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi balita CIAF lebih tinggi dari angka nasional. Balita CIAF lebih banyak terjadi pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan cukup baik. Balita CIAF lebih banyak terjadi pada usia diatas 36 bulan dari pada usia dibawah 36 bulan. Dimensi provinsi memberikan perbedaan disparitas yang paling tinggi dibandingkan dengan dimensi lainnya.
ABSTRACT Background: Breastmilk is an important food needed by the children, containts nutrients that provide protection from infection and inflammation of various diseases. Economically breastfeeding also saves household expenses in consumption, but the fact shows that breastfeeding is decreasing with increasing age. The purpose of the study were to analyse the weaning time of children in Indonesia and factors contribute to early weaning. Methodology : The study used secondary data of Basic Health Research (RISKESDAS) conducted in 2013. Data analysis uses survival analysis. Results: By using survival analysis, the probability of weaning time for children in Indonesia is 7.4 months. Factors related to early weaning were maternal education level, the gestational agewhen the baby is born, complications during pregnancy, laborandpostpartum period, the intention to have children, economic status, place of living, baby's birthweight, number of babies born, antenatal care, childbirth helper, place of birth and duration of baby being treated in hospital. Fourteen factors related to the age of weaning in a multivariate manner, the the mothereducation level, place of living, birth weight and childbirth helper. Conclusion: Factors contribute to early weaning were mothers education level, the place of living, the baby's birthweight and childbirth assistance. Recommendations: strengthening counseling, baby handling procedure Keywords: Weaning, Breatsfeeding, Under Two Years ABSTRAK LatarBelakang: Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh anak, mengandung zat gizi yang memberikan perlindungan dari infeksi dan inflamasi yang melindungi anak dari serangan berbagai penyakit. Secara ekonomi pemberian ASI juga menghemat pengeluaran rumah tangga dalam konsumsi. Namun fakta menunjukan pemberian ASI semakin menurun dengan bertambahnya usia anak, untuk itu analisis ini menggali waktu penyapihan dari anak baduta di Indonesia dan faktor apa yang mempengaruhi. Metodologi : sumber data Riskesdas 2013. analisis data menggunakan analisis survival. Hasil: Dengan menggunakan analisis survival diperolah probabilitas waktu penyapihan anak baduta di Indonesia adalah 7,4 bulan, dan faktor-faktor yang terkait adalah, tingkat pendidikan ibu, usia kandungan ketika bayi dilahirkan, komplikasi pada saat kehamilan, persalinan, nifas, keinginan memiliki anak, status ekonomi, wilayah tinggal, berat badan bayi waktu dilahirkan, jumlah bayi yang dilahirkan, ANC, penolong persalinan, tempat persalinan dan lamanya dirawat. Dari 14 faktor terkait usia penyapihan secara multivariate yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan ibu, wilayah tempat tinggal, berat badan lahir dan penolong persalinan. Kesimpulan: Faktor yang menyebabkan usia penyapihan dini adalah tingkat pendidikan ibu, wilayah tinggal, berat badan bayi waktu dilahirkan dan penolong persalinan. Saran: penguatan penyuluhan, protap penanganan bayi Kata Kunci: penyapihan, ASI, anak baduta
The prevalence of anemia in children under five tends to increase from year to year. The impact onmortality and the quality of human resources in the future due to the incidence of anemia, encourages thegovernment to carry out more optimal handling. There are many factors that cause the high prevalence ofanemia in children under five, this article aims to find the determinants associated with anemia in childrenunder five in Indonesia. The preparation of this article uses data from the integration of Riskesdas 2018 andSusenas in March 2018. The samples in this analysis are children under five who are the samples ofSusenas and Riskesdas. Sampling was carried out using the PPS method using Two-Stage SystematicSampling. To find out the determinants related to the incidence of anemia in children under five, BinaryLogistics Regression was used, unadjusted and adjusted. Unadjusted sees the relationship of eachindependent variable to the dependent variable without being influenced by other variables, while adjustedsees the relationship of all independent variables to the dependent variable simultaneously. The results ofthe analysis showed that the prevalence of anemia in children under five was 40.4%, unadjusted, thedeterminants related to anemia were the children under five, the number of household members (ART) andthe economic status of the family, while from the adjusted analysis the influential determinants were thechild's age and economic status. family. Determinants in the age group of children and economic status,both unadjusted and adjusted, have the same pattern, age groups are easier to have a higher risk ofdeveloping anemia compared to the older group, as well as based on family economic status, familyeconomy has a protective relationship to the incidence of anemia in children. children under five, familieswith better economic conditions, can prevent anemia in children under five. Efforts that can be made toreduce the incidence of anemia in children under five in Indonesia include reducing the incidence of anemiain pregnant women in order to reduce the incidence of anemia in children under 24 months. To overcomethis problem, there is counseling about the importance of consuming high-protein foods for children underfive, either in posyandu or other health service facilities, either actively (through face-to-face counseling) orthrough indirect counseling (through posters or leaflets). Abstrak Prevalensi anemia anak balita cenderung menunjukan kenaikan dari tahun ke tahun. Dampak terhadap kematian dan kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang akibat kejadian anemia, mendorong pemerintah untuk melakukan penanganan yang lebih optimal. Ada banyak faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi anemia pada anak balita, artikel ini bertujuan mencari determinan yang behubungan dengan anemia pada balita di Indonesia. Penyusunan artikel ini menggunakan data integrasi Riskedas 2018 dan Susenas bulan maret 2018. Sampel dalam analisis ini adalah anak balita yang menjadi sampel susenas dan riskesdas. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode PPS menggunakan Two-Stage Systematic Sampling. Untuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan kejadian anemia pada anak balita digunakan Regresi Logistics Binary, secara unadjusted dan adjusted. Unadjusted melihat keterkaitan masing-masing variabel independen terhadap dependen variabel tanpa dipengaruhi variabel lain, sedangkan adjusted melihat keterkaitan seluruh variabel independen terhadap dependen variabel secara bersamaan. Hasil analisis di dapatkan prevalensi anak balita anemia 40,4%, secara unadjusted diperoleh determinan yang berhubungan dengan anemia adalah usia balita, jumlah anggota rumah tangga (ART) dan status ekonomi keluarga, sedangkan dari analisis adjusted determinan yang berpengaruh adalah usia anak dan status ekonomi keluarga. Determinan pada kelompok usia anak dan status ekonomi baik secara unadjusted maupun adjusted mempunyai pola yang sama kelompok usia lebih muda mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia dibandingkan dengan kelompok lebih tua, begitu pula berdasarkan status ekonomi keluarga, ekonomi keluarga mempunyai hubungan protektif terhadap kejadian anemia pada anak balita, keluarga dengan ekonomi lebih baik, dapat mencegah terjadinya anemia pada anak balita. Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian anemia pada anak balita di Indonesia diantaranya dengan menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil agar dapat menurunkan kejadian anemia anak dibawah 24 bulan. Untuk mengatasi permasalahan tesebut penyuluhan tentang pentingnya mengonsumsi makanan tinggi protein bagi anak balita baik di posyandu ataupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik secara aktif (melalui penyuluhan tatap muka) atau melalui penyuluhan tidak langsung (melalui poster ataupun leaflet).
Abstract Parenting is a factor that is directly related to child development. This study aims to explore the parenting style among children with developmental delay. This qualitative study nested in a Child Growth and Development Cohort Study that was conducted in Bogor in October 2019. Six children aged 2 to 6 years with developmental delay were recruited in this study. Mother of these children were purposely selected as informants and participated in individual interview about parenting Style of Baurimnd. The mothers as the main caregiver of their children applied control and warmth parenting. The mothers did not know if their children suffered from developmental delay and they had never been informed about this problem by health workers. Economic factors were the reason why mother did not check up their child development. Family had an important role to prevent developmental delay of their children. Parents did not realize that their children had developmental delay, thus there was no specific parenting style applied to cope with this problem. Early detection and early developmental stimulation for children are necessary. It is important to develop indirect counselling media, both electronic and printed media, for mothers of children with developmental delay; hence they can perform early detection and early developmental stimulation by themselves. Keywords: developmental delay, parenting style Abstrak Pola asuh merupakan faktor yang terkait langsung dengan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola asuh orang tua pada anak dengan hambatan perkembangan. Penelitian ini merupakan bagian dari Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak yang dilaksanakan di Bogor pada bulan oktober 2019. Jumlah sampel 6 anak yang mengalami hambatan perkembangan berusia 2 hingga 6 tahun, informan adalah ibu dari anak yang mengalami hambatan perkembangan tersebut, yang dipilih secara purposive untuk diwawancara terkait informasi dimensi pola asuh Baumrind. Pengasuhan anak lebih banyak dilakukan oleh ibu dengan menerapkan pola asuh kontrol dan kehangatan. Ibu tidak tahu jika anak mereka mempunyai hambatan dalam perkembangannya dan belum pernah mendapatkan informasi tersebut dari tenaga kesehatan. Faktor ekonomi merupakan alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan terhadap perkembangan anak. Keluarga berperan besar dalam mengatasi hambatan perkembangan anak. Orang tua tidak menyadari bahwa anaknya memiliki hambatan perkembangan sehingga tidak ada pola asuh spesifik yang diterapkan untuk menangani masalah tersebut. Kegiatan deteksi dini dan stimulasi perkembangan sejak dini perlu digiatkan, serta pentingnya mengembangkan media penyuluhan tidak langsung baik media elektronik maupun media cetak, bagi ibu yang memiliki anak dengan hambatan perkembangan agar bisa melakukan deteksi dini dan stimulasi terhadap gangguan tumbuh kembang anak secara mandiri. Kata kunci: Hambatan perkembangan, Pola asuh
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.