Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe) merupakan salah satu varietas jahe yang beredar luas di masyarakat. Sifat khas jahe merah adalah beraroma harum dan berasa pedas. Komponen utama pembentuk rasa pedas pada jahe merah ialah gingerol dan shogaol. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui kualitas ekstrak jahe merah berdasarkan SNI-06-1313-1998, golongan metabolit sekunder serta kandungan gingerol dan shogaol jahe merah. Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak jahe merah adalah dengan cara simplisia jahe dimaserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol. Penelitian diawali dengan uji kualitas ekstrak jahe merah dan fitokima. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan metabolit sekunder yang dimiliki jahe merah. Senyawa gingerol dan shogaol termasuk senyawa fenolik sehingga pada uji fitokimia ditandai dengan adanya reaksi positif pada golongan flavonoid, saponin dan tanin. Kadar gingerol dan shogaol pada masing-masing fraksi diuji dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak jahe merah tertinggi sebesar 12,91% pada pelarut etanol. Hasil bilangan ester dari ekstrak heksana 11,56, ekstrak etil asetat 14,36 dan ekstrak etanol 13,20 sehingga kualitas minyak memenuhi syarat SNI 06-1312-1998 yaitu maks 15 mg KOH/g sedangkan untuk minyak lemak hasilnya negative. Pengujian fitokimia ekstrak jahe merah mengandung alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin. Kandungan tertinggi 6-gingerol terdapat pada pelarut etil asetat sebesar 19,02 %, kandungan 8-gingerol tertinggi pada pelarut heksana sebesar 4,49 %, kandungan 10-gingerol tertinggi pada pelarut heksana sebesar 4,17 % dan kandungan 6-shogaol tertinggi pada pelarut heksana sebesar 4,71 %. Kata Kunci: Ekstrak jahe merah; heksana; etil asetat; etanol; KCKT; gingerol; Shogaol.
Antibacterial Extract of Mangosteen (Garcinia mangostana L.)Fruit Shell The skin of the mangosteen fruit is extracted with n-hexane and ethyl acetate to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) against Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27 853. Results showed that n-hexane extract gave inhibition zone larger than the ethyl acetate extract on all concentrations . Extract n-hexane has a value of MIC against S. aureus ATCC bacterial test 25923 62.5 mg / ml while the ethyl acetate extract of 125 mg / ml . N- hexane extracts had MIC values of the test bacteria P.aeuroginosa ATCC 27 853 was 125 mg / ml , and while the ethyl acetate extract had a MIC value of 500 mg / ml . Treatment of solvent, concentration and interaction between the solvent and concentration significantly affected the test bacteria ATCC 25923 S. aureus at the level of 5 %, the highest interaction N-Hexane solvent with a concentration of 15,625 mg / ml and was not significantly different interactions with the concentration of 31.25 mg/ml and 125 mg/ml. Treatment solvent and concentration significantly while the interaction between the solvent and the concentration has no effect on the test bacteria P.aeuroginosa ATCC 27 853 at 5% level .Keywords: Garcinia mangostana L., Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa ABSTRAK Kulit buah manggis diekstrak dengan n-heksan dan etil asetat untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHTM) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memberikan zona hambatan lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etil asetat pada semua konsentrasi. Ekstrak n-heksana memiliki nilai kadar hambat minimal (KHM) terhadap bakteri uji S. aureus ATCC 25923 62,5 mg/ml sedangkan ekstrak etil asetat 125 mg/ml. Ekstrak n-heksana memiliki nilai KHM terhadap bakteri uji P.aeuroginosa ATCC 27853 adalah 125 mg/ml dan sedangkan ekstrak etil asetat memiliki nilai KHM 500 mg/ml. Perlakuan pelarut, konsentrasi dan interaksi antara pelarut dan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap bakteri uji S. aureus ATCC 25923 pada taraf 5%, interaksi tertinggi yaitu pelarut N-Heksan dengan konsentrasi 15,625mg/ml dan interaksi ini tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 31,25 mg/ml dan 125 mg/ml. Perlakuan pelarut dan konsentrasi berpengaruh nyata sedangkan interaksi antara pelarut dan konsentrasi tidak berpengaruh terhadap bakteri uji P.aeuroginosa ATCC 27853 pada taraf 5%. Kata kunci: Garcinia mangostana L., Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
Chloride Acid Hydrolysis of Cassava (Manihot esculenta Crantz) Strach Flour in Producing a Liquid Sugar Cassava (Manihot esculenta Crantz), known as cassava or manioc is a tuber or root of a tree that long with a diameter average of 5-10 cm and a length of 50-80 cm, depending on the type of cassava. Cassava is agricultural products that having high potency source of carbohydrates for food and industrial materials. Cassava starch can be made for liquid sugar by the method of acid hydrolysis using hydrochloric acid. The research results showed that rendemen at a HCl concentration of 0.75 N and hydrolysis time of 90 minutes was 80.51%. The higest rendemen of liquid sugar at a concentration of 0.5 N HCl and the hydrolysis time of 90 minutes was 84.22%. Results of the analysis indicate liquid sugar content of 16.22% moisture, ash content of 1.46%, 2.16% protein content, fat content of 0.53%, carbohydrates of 63.90%, and a negative starch content.Key words: Cassava, Flour Cassava Starch, Acid Hydrolysis, Liquid Sugar ABSTRAK Singkong (Manihot esculenta Crantz) yang dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang rata-rata berdiameter 5-10 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong. Singkong merupakan hasil produk pertanian yang potensinya tinggi sebagai sumber karbohidrat untuk bahan pangan dan industri. Pati singkong dapat dibuat gula cair dengan metode hidrolisis asam menggunakan asam klorida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rendemen tertinggi pada konsentrasi HCl 0,75 N dan waktu hidrolisis 90 menit yaitu sebesar 80,51%. Rendemen tertinggi kadar gula pereduksi dari pembuatan gula cair dengan konsentrasi HCl 0,5 N dan waktu hidrolisis 90 menit sebesar 84,22%. Hasil analisa gula cair menunjukkan kandungan kadar air 16,22%, kadar abu 1,46%, kadar protein 2,16%, kadar lemak 0,53% , karbohidrat 63,90%, dan kandungan pati negatif.Kata kunci: Singkong, Tepung Pati Singkong, Hidrolisis Asam, Gula Cair
Levels of Arabica (Coffea Arabica L.) Coffee Materials in Producing Caffein Coffee is a plantation crop that has long been cultivated in Indonesia. One type of coffee grown in Indonesia, namely arabica coffee. Arabica coffee is coffee that has superior quality compared to other types of coffee. Testing of caffeine content in Sukamakmur village arabica coffee is differentiated into three types of coffee berries based on the maturity level of the coffee fruit. The level of maturity of coffee fruit is marked by the color of coffee fruit skin. The collection of young coffee fruit is characterized by green fruit rind, half-aged coffee, orange rind and old coffee, dark red rind. Arabica coffee fruit is processed from drying, drying, and roasting and grinding into arabica ground coffee. Powder coffee samples are used for water content testing, phytochemical identification, and caffeine level testing. Caffeine content testing using UV-Vis spectrophotometry. The results of water content testing showed that the highest water content was found in coffee with a maturity level of half old, the lowest moisture content found in old coffee. Phytochemical identification testing performed showed powdered coffee samples containing active compounds of saponins, flavonoids, and alkaloids, as well as tannins. The highest caffeine content is found in ground coffee with the maturity level of coffee half old at 1.56% and the lowest caffeine level in ground coffee with a young coffee level of 0.93%.Keywords : Coffea arabica L., Level of maturity, Level of caffeine. ABSTRAKKopi adalah tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Salah satu jenis kopi yang ditanam di Indonesia, yaitu kopi arabika. Kopi arabika merupakan kopi yang memiliki kualitas superior dibanding jenis kopi lainnya. Pengujian kadar kafein pada kopi arabika desa Sukamakmur dibedakan menjadi tiga jenis pengambilan buah kopi berdasarkan tingkat kematangan buah kopi. Tingkat kematangan buah kopi ditandai dengan warna kulit buah kopi. Pengambilan buah kopi muda ditandai dengan kulit buah berwarna hijau, kopi setengah tua, kulit buah berwarna jingga dan kopi tua, kulit buah berwarna merah tua. Buah kopi arabika diolah dari penjemuran, pengeringan, dan penyangraian serta penggilingan menjadi kopi bubuk arabika. Sampel kopi bubuk digunakan untuk bahan pengujian kadar air, identifikasi fitokimia dan pengujian kadar kafein. Pengujian kadar kafein menggunakan metode spektrofometri UV-Vis. Hasil pegujian kadar air menunjukkan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada kopi dengan tingkat kematangan setengah tua, kadar air terendah terdapat pada kopi tua. Pengujian identifikasi fitokimia yang dilakukan menunjukan sampel kopi bubuk mengandung senyawa aktif saponin, flavonoid, dan alkaloid, serta tanin. Kadar kafein tertinggi terdapat pada kopi bubuk dengan tingkat kematangan kopi setengah tua sebesar 1,56% dan kadar kafein terendah pada kopi bubuk dengan tingkat kopi muda sebesar 0,93%.Kata kunci: Coffea arabica L., Tingkat kematangan, Kadar kafein.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.