Penyimpanan obat merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan sehingga harus dilakukan agar kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang terhindar dari pencuri dan mempermudah pengawasan stock. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penyimpanan obat di Puskesmas Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu berdasarkan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian. Penelitian dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi langsung, yaitu mengamati gudang obat Puskemas Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa profil penyimpanan obat di Puskesmas Sindang Dataran bernilai sangat baik dalam penyimpanan obat menurut permenkes No 74 tahun 2016, kriteria yang terpenuhi meliputi pengaturan gudang penyimpanan obat (90%), penyusunan penyimpanan obat (80%), dan pengamatan mutu obat (100%).
Staphylococcus aureus dan Propianibacterium acnes adalah bakteri yang menjadi salah satu penyebab masalah jerawat pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daya hambat dari ekstrak etanol 96% tali putri (Cassytha filiformis L.) terhadap S.aureus dan P. acnes. Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan pada peneltian ini menggunakan metode difusi cakram. Ekstrak etanol 96% tanaman tali putri diuji pada konsentrasi 0,75%, 1,5%, 3%, 6%, 9%, 12%. Hasil uji aktivitas ekstrak etanol 96 % tanaman tali putri terhadap S. aureus pada konsentrasi ekstrak 0,75% , 1,5%, 3%, 6%, 9%, 12% masing-masing memiliki diameter hambat (clear zone) rata-rata adalah 6,3 mm, 6 mm, 5 mm, 4,3 mm, 3,9 mm, dan 3,1 mm. Sedangkan hasil uji aktivitas ekstrak etanol 96 % tanaman tali putri terhadap P. acnes pada konsentrasi ekstrak 0,75% , 1,5%, 3%, 6%, 9%, 12% masing-masing memiliki diameter daya hambat (clear zone) rata-rata adalah 1,1 mm, 8,2 mm, 2,6 mm, 2,95 mm, 2,87 mm, dan 5,72 mm. Aktivitas hambatan ekstrak etanol 96% tali putri terhadap bakteri S. aureus dan P. Acne terlihat pada konsentrasi 0.75% dengan diameter daya hambat masing-masingnya adalah 6,3 mm dan 1,1 mm.
Agarosa merupakan salah satu biopolimer yang sering digunakan dalam bidang bioteknologi, diantaranya sebagai matriks pada kultur sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan agarosa hasil isolasi dari tepung agar sebagai matriks kultur 3D pada sel kanker paru line A549. Hasil isolasi diperoleh Agarosa 1 (A1) dan Agarosa 2 (A2) hasil pemurnian dari A1. A1 dan A2 dengan konsentrasi 5% diaplikasikan sebagai matriks kultur 3D di dalam well plate kultur sel kanker paru line A549 dengan densitas 107, sebagai kontrol pertumbuhan digunakan kultur 2D sel (well plate tanpa matriks) dan kontrol positif kultur 3D sel pada matriks agarosa Top Vision®. Viabilitas sel diamati pada hari ke 2, 4 dan 6 menggunakan pewarna trypan blue. Proliferasi sel diamati pada hari ke 6 menggunakan reagen MTT. Hasil uji viabilitas terlihat agregat sel 3D pada matriks agarosa yang viable dan tidak menyerap warna trypan blue. Viabilitas sel dibuktikan dengan uji proliferasi dan diperoleh nilai rata-rata absorban pada kultur 2D, kultur 3D matriks kontrol, A1 dan A2 masing-masingnya 2.03; 1.21; 0.96 dan 1.22. Proliferasi kultur 2D lebih baik dari 3D, akan tetapi proliferasi kultur 3D pada matriks A2 lebih baik dari matriks kontrol. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa agarosa dapat diaplikasikan sebagai matriks kultur 3D sel
Calamansi orange (Citrofortunella microcarpa) is one of the citrus groups that have been cultivated in Bengkulu Province. Calamansi oranges have a distinctive aroma from the volatile oil components found in the skin of the fruit. This study aimed to identify the components of Bengkulu calamansi peel essential oil using GC-MS. The essential oil of calamansi fruit peel was obtained by steam distillation method using vacuum distillation. The essential oil yield obtained was 0.36%. The results of the examination of essential oils using GC-MS showed that there were 6 main compounds. they are 3-carane, Cyclopentanone, 2-(-methyl propyl), Cychexanol, 2methyl-5-(1-methylethenyl), Decanal, L-alpha-Terpineol and D-Crvone.
Allamanda flowers were known as ornamental plants, but also have benefits as traditional medicine. Phytochemical screening is an important first step in identifying potential secondary metabolites of a plant. This study were to determine of characteristics and phytochemical screening of allamanda flowers ethanolic extract. Allamanda flowers used were natural flowers that have been air-dried for 7 days. The extract from dry sample of allamanda flowers was obtained by maceration method using 96% ethanol as solvent. The extracts were evaluated their characteristics including, yield, ash content, water content and phytochemical screening by color reaction method with specific reagent. The results were obtained that extract characteristics, namely the yield of 51.77%; water content of 1.14%; and ash content of 4.71%. The results were obtained from the phytochemical test that 96% ethanol extract of allamanda flowers contains flavonoid and saponin. It can be concluded that ethanol extract of allamanda flowers with ash content of 4.71% and water content of 1.14% contains flavonoids and tannins.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.