<p>Adanya siswa yang menggunakan masker yang bukan standar kesehatan, masih dijumpai siswa yang menggunakan masker di dagu, adanya siswa yang abai untuk menggunakan sabun dalam mencuci tangan, dan masih dijumpai siswa yang berkerumun dan tidak menjaga jarak ketika berada di lingkungan sekolah. Hal inilah yang menjadi pijakan untuk melakukan pengabdian dalam rangka memberikan penyuluhan protokol kesehatan kepada siswa SMP Islam DDI Sangatta Utara. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini menggunakan metode penyuluhan di SMP Islam DDI Sangatta Utara. Hasilnya melalui program ini, siswa SMP Islam DDI Sangatta Utara memiliki kesadaran dalam penerapan protokol kesehatan dalam berbagai kesempatan dan di berbagai lingkungan, mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, kemudian lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah khususnya. Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak aman, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas merupakan protokol kesehatan yang harus dipatuhi oleh semua siswa.</p>
Ada dua aspek dalam sosiolinguistik yaitu aspek sosial kemasyarakatan dan aspek linguistik. Mengingat aspek sosiolinguistik dalam stiker humor ini juga terkait dengan wujud stiker itu sendiri yang juga merupakan sebuah wacana pendek, maka uraian tentang analisis wacana juga akan dipaparkan dalam tulisan ini (Roberson, D., 2016). Jadi, dalam tulisan berikut diuraikan berbagai aspek sosial yang hanya menyangkut peserta tutur, kebahasaan, dan wujud stiker yang berupa sebuah wacana, dengan metode sosiolinguistik. Aspek sosiolinguistik terdiri atas dua aspek yakni aspek sosial kemasyarakatan dan aspek kebahasaan. Hymes (1972) merumuskan pendapatnya tentang aspek sosiolinguitik dengan menyebutnya sebagai konteks dengan singkatan SPEAKING. Fishman (1968) dengan sebuah konsep yang disimpulkan dalam pernyataan: “Who speak, What language to whom, when and what end” siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan mengenai masalah apa. Pendapat yang lebih luas dikemukakan oleh Poedjosoedarmo. Konteks tuturan diartikan dengan komponen tutur yang meliputi 12 hal yang disingkat dengan memoteknik O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. Konteks dengan aspek-aspek situasi tutur berdasar Leech meliputi 5 (lima) hal yang merupakan kriteria di dalam studi variasi bahasa yakni (1) Penutur dan lawan tutur; (2) Konteks tuturan; (3) Maksud tuturan; (4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas; dan (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal. ABSTRACTThere are two aspects in sociolinguistic i.e. social aspect and linguistic aspect. Since the sociolinguistic aspect of the sticker of humor is also related to the form of the sticker itself which is also a short discourse, the description of discourse analysis will also be presented in this paper (Roberson, D., 2016). The following article described various social aspects that only concern with the speech participants, linguistic, and the form of stickers in the form of a discourse are analyzed by sociolinguistic methods. The sociolinguistic aspect consists of two aspects, namely social aspect and linguistic aspect. Hymes (1972) formulated his opinion on the sociolinguistic aspect and named it as a context with the abbreviation SPEAKING. Fishman (1968) with a concept summarized in the statement: "Who speak, What language to whom, when and what end". Other depth opinion is expressed by Poedjosoedarmo. The context of speech is defined by the speech component which includes 12 things that are abbreviated by the mnemotechniques O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. The other context according to Leech's speech situation includes 5 matters which are the criteria in the study of variation of language namely (1) speakers and listeners; (2) speech context; (3) the purpose of the speech; (4) speech act; and (5) speech as speech act product.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wujud penggunaan prinsip kerjasama beserta implikatur percakapan antartokoh dalam film Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo dengan kajian pragmatik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Objek kajiannya yaitu film Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo yang diproduksi oleh Fourclours Film. Analisis penelitian berpusat pada wujud pematuhan prinsip kerjasama, wujud pelanggaran prinsip kerjasama, dan makna pragmatis implikatur percakapan dari objek kajian yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaiku teknik operasional dasar yaitu penyimakan dan pencatatan. Kemudian keseluruhan data dikodifikasi dan dianalisis miturut panggolongannya masing-masing. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi data. Hasil dari penelitian ini, ditemukannya 12 data percakapan maksim kualitas, yang terbagi dalam 7 data pematuhan prinsip dan 5 data pelanggaran prinsip. Kemudian 27 data percakapan maksim kuantitas, yang terbagi dalam 10 data pematuhan prinsip dan 17 data pelanggaran prinsip. Didalam maksim relevansi, ditemukan 24 data percakapan yang terdiri dari 4 data pematuhan prinsip dan 20 data pelanggaran prinsip. Terkahir, ditemukan 23 data percakapan maksim cara yang terdiri dari 14 data pematuhan prinsip dan 9 data pelanggaran prinsip. Serta ditemukannya 32 data implikatur percakapan umum lan 54 data implikatur percakapan khusus. Kata Kunci: Prinsip Kerjasama, Pragmatik, Implikatur Percakapan, Makna Pragmatis, Turah.
Variasi bahasa merupakan topik utama dalam kajian sosiolinguistik. Variasi bahasa dibagi menjai dua jenis yaitu menurut ragam sosial dan ragam fungsi penutur. Penelitian ini dilakukan untuk memahami penggunaan variasi bahasa dalam film Nyengkuyung karya Wahyu Agung Prasetyo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji variasi bahasa dan bagaimana terjadinya variasi bahasa dalam dialog film Nyengkuyung Karya Wahyu Agung Prasetyo. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan menerapkan metode simak, yaitu dengan mengkaji dan memahami data kebahasaan dalam bentuk lisan pada dialog antar tokoh. Teknik yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil dari penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa dalam Film Nyengkuyung karya Wahyu Agung Prasetyo” adalah: 1) bentuk variasi bahasa; alih kode, campur kode, dan dialek 2) faktor terjadinya variasi bahasa dalam film Nyengkuyung karya Wahyu Agung Prasetyo. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bacaan masyarakat saat akan atau setelah menonton film dan dapat dijakian sebagai salah satu upaya dalam pelestarian bahasa Jawa.; Kata Kunci : Alih Kode,Campur Kode, Dialek, Film Nyengkuyung, Variasi basa
Abstrak Didalam masyarakat Jawa terdapat sebuah majalah mingguan berbahasa Jawa yang bernama Panjebar Semangat. Majalah tersebut berisi banyak hal tentang bahasa, sastra, dan budaya Jawa yang terbagi dalam rubrik-rubrik penyusun majalah tersebut. Salah satu rubrik tersebut adalah rubrik pangudarasa. Rubrik tersebut adalah rubrik yang ditulis langsung oleh redaktur majalah tersebut. Jadi, rubrik tersebut merupakan ide atau gagasan pribadi seorang redaktur majalah dalam menyampaikan berita yang bersifat faktual dan terkini. Oleh sebab itu bahasa yang dipakai haruslah bahasa yang memenuhi aturan atau kaidah bahasa dalam penulisan rubrik tersebut agar penyampaian tujuan wacana ke pembaca tidak mengalami perbedaan makna antara penulis dan pembaca. Maka dari itu diadakan sebuah penelitian tentang unsur pembangun wacana tersebut. Penelitian tersebut diberi judul “Analisis Wacana Monolog Rubrik “Pangudarasa” Majalah Panjebar Semangat”. Untuk penelitian ini khusus membahas tentang unsur-unsur koherensi pembangun wacana tersebut. Dalam penelitian ini akan digunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi. Hasil dari penelitian ini memuat ada 12 jenis unsur koherensi pembangun sebuah wacana, yaitu: (1) penambahan, (2) repitisi, (3) pronomina, (4) sinonimi, (5) totalitas bagian, (6) komparasi, (7) penekanan, (8) kontras, (9) simpulan, (10) contoh, (11) paralelisme, (12) waktu dan tempat. Kata Kunci: wacana, analisis wacana, deskriptif kualitatif, koherensi, unsur koherensi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.