Kehidupan masyarakat Aceh tidak bisa dipisahkan dengan keude kupi (warung kopi). Banyak aktivitas masyarakat yang dilakukan di keude kupi, sehingga menimbulkan stigma negatif terhadap tempat ini. Stigma negatif tersebut ditinjau dari banyaknya aktivitas membuang-buang waktu, seperti duduk berlama-lama saban hari di keude kupi, padahal dibalik stigma tersebut terdapat nilai sosial yang terjadi. Nilai sosial ini dibentuk dengan adanya interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dengan terjadinya interaksi sosial ini, komunikasi yang terbentuk dapat menghasilkan berbagai macam informasi, sehingga banyak masyarakat yang menjadikan keude kupi sebagai axis mundi. Gagasan ini diaktualisasikan melalui karya seni musik dengan menginterpretasikan kembali interaksi sosial tersebut ke dalam bentuk penggarapan dialog bunyi. Tujuan dari penelitian karya seni ini adalah untuk mengaktualisasikan interaksi sosial di keude kupi sebagai axis mundi masyaraat Aceh melalui dialog bunyi menggunakan pendekatan reinterpretasi. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penciptaan dengan menggabungkan proses penciptaan musik dari Pande Made Sukerta (Menyusun Gagasan Isi, Menyusun Ide Garapan, Menentukan Garapan) dan teori garap dari Rahayu Supanggah (Materi Garap, Pengarap, Sarana Garap, Prabot, Penentu Garap, dan Pertimbangan Garap).
Bio-musical instruments can be defined as musical instruments made from plant wastes in the surrounding environment. One of the plant waste that is easily found in the community is coconut shell. Coconut shells are often overlooked for their use as a creative medium, especially in the field of music. Musical instruments are the main media for creativity in the art of music. The rise of musical instruments or musical instruments with high prices has become one of the inhibiting factors for young people to be creative in the field of music. Seeing this phenomenon, it is deemed necessary to develop people's creativity in making their own musical instruments at economical prices but still able to compete with manufactured musical instruments. In making this bio-instrument, the method used consists of problem identification, preparation, application, and evaluation. Through this method, the results obtained in the use of coconut shell waste into creative media are the Kalimba instrument played by plucking the iron keys as the source of the tone, while the coconut shell is used as the main medium for the sound resonance of the Kalimba instrument. Kalimba is classified into a type of lamellophone instrument, which is a musical instrument that has a tongue or a thin plate. In addition to the easy-to-use manufacturing process, the tools and materials in making these instruments are also easy to find and can even take advantage of used materials. The results of making bio-musical instruments are expected to become a reference and reference for academics and non-academics, regarding how to make musical bio-instruments using coconut shell waste.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa efektifnya konseling kelompok untuk penyalahgunaan narkoba. Peneliti menggunakan metode kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research). Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah para korban penyalahgunaan narkoba, metode pengumpulan data penelitian ini dengan menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya, dengan membaca beberapa sumber yang berkaitan dengan narkoba yang konseling kelompok penulis melihat seberapa efektifnya konseling kelompok untuk rehabilitasi narkoba, setelah dilakukanya analisis hasil yang didapatkan ternyata konseling kelompok dirasa sangat efektif untuk rehabilitasi narkoba.
Cang Panah is a musical composition inspired by the phenomenon of Acehnese people's activities in Keude Kupi. The people of Aceh always come to Keude Kupi every day to carry out various activities. This activity is formed from social interactions carried out by the community. There are three forms of social interaction found in Keude Kupi, namely interactions between individuals, individuals with groups, and interactions between groups. these three forms of social interaction are social values created by the activities of the Acehnese people. This makes keude kupi an axis mundi for the people of Aceh in terms of social interaction. This plant is actualized in the form of musical works using the principle of sound dialogue. The purpose of the creation of this art is to actualize the social values contained in the keude kupi through musical works in the form of sound dialogue. The method used in making this art is a combination of the creation process by Pande Made Sukerta and Rahayu Supanggah which is elaborated in four stages, namely searching for musical moments, formulating work ideas, determining work, and expressing ideas for interpretation of art. The result of this research is a music which is divided into three parts. Each part of the work is a representation of the form of community social interaction. Keywords: Aceh, Axis Mundi, Keude Kupi. AbstrakCang Panah merupakan sebuah karya komposisi musik yang terinspirasi dari fenomena aktivitas masyarakat Aceh di keude kupi. Masyarakat Aceh selalu mendatangi keude kupi saban hari untuk melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas ini terbentuk dari interaksi sosial yang dilakukan masyarakat. Terdapat tiga bentuk interaksi sosial yang ditemukan pada keude kupi, yaitu interaksi antar individu, individu dengan kelompok, serta interaksi antar kelompok. Tiga bentuk interaksi sosial ini merupakan nilai-nilai sosial yang tercipta dari aktivitas masyarakat Aceh. Hal ini menjadikan keude kupi sebagai axis mundi bagi masyarakat Aceh ditinjau dari interaksi sosial. Gagasan ini diaktualisasikan dalam bentuk karya musik menggunakan prinsip dialog bunyi. Tujuan dari penciptaan seni ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai sosial yang terdapat pada keude kupi melalui karya musik dalam bentuk dialog bunyi. Metode yang digunakan pada penciptaan seni ini adalah kombinasi proses penciptaan oleh Pande Made Sukerta dan Rahayu Supanggah yang dielaborasi dalam empat tahapan yaitu pencarian momen musikal, perumusan ide garapan, penentuan garapan, dan menuangkan ide interpretasi garapan. Hasil yang dicapai dari penelitian karya seni ini adalah sebuah musik yang terbagi menjadi tiga bagian karya. Setiap bagian karya merupakan representatif dari bentuk interaksi sosial masyarakat. Kata Kunci: Aceh, Axis Mundi, Keude Kupi.Authors:Surya Rahman : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh Rico Gusmanto : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Cresswell, J. W. (2010). Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Gusmanto, R., Cufara, D. P., & Ihsan, R. (2021). Kekitaan: Komposisi Musik Yang Mengungkap Identitas Budaya Kabupaten Pasaman Barat. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 23(1), 18–34.Herdianto, F., Yusnelli, & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115–124.Kemdikbudristek. (2016a). Bunyi. Retrieved June 17, 2022, from KBBI Daring website: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bunyiKemdikbudristek. (2016b). Dialog. Retrieved June 17, 2022, from KBBI Daring website: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dialogKhairani, C. (2015). Pendorong Interaksi Sosial Masyarakat Aceh Dalam Warung Kopi. Lentera: Jurnal Ilmiah Sains Dan Teknologi, 14(10), 50–57.Manalu, N. A., & Febryanti Sukman, F. (2020). Tari Seudati Inong Sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367–376.Mursyidin. (2018). Pergeseran Pola Interaksi Warung Kopi pada Masyarakat Aceh Barat. Community: Pengawas Dinamika Sosial, 4(2), 201–210.Pebriana, P. H. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1–11.Rahman, S., Sidharta, O., & Sastra, A. I. (2017). Sorak Rang Balai: Dendang Sebagai Representasi dan Identitas Metode Promosi dalam Budaya Dagang Masyarakat Minangkabau. Bercadik: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 4(2), 206–212.Saldana, J. (2011). Understanding Qualitative Research. Fundamental of Qualitative Research. New York: Oxford University Press.Setiawan, H. (2011). Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pusat Pendidikan Musik di Yogyakarta. Universitas Islam Jaya Yogyakarta.Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.Suhendra, H., Martarosa, & Haris, A. S. (2018). Basosoh: Komposisi Musik Aleatoric dalam Format Orkestra Fluxus. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 156–163.Taqwadin, D. A., Sulaiman, A. N., Akmal, S., & Fauzan, I. (2019). Potensi Budaya Minum Kopi (Ngopi) dalam Membangun Kembali Koeksistensi Masyarakat Aceh Paska Konflik. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 19(1), 86–102.
<p>Bio-musical instruments can be defined as musical instruments made from plant wastes in the surrounding <br />environment. One of the plant waste that is easily found in the community is coconut shell. Coconut shells are <br />often overlooked for their use as a creative medium, especially in the field of music. Musical instruments are the <br />main media for creativity in the art of music. The rise of musical instruments or musical instruments with high <br />prices has become one of the inhibiting factors for young people to be creative in the field of music. Seeing this <br />phenomenon, it is deemed necessary to develop people's creativity in making their own musical instruments at <br />economical prices but still able to compete with manufactured musical instruments. In making this bio-<br />instrument, the method used consists of problem identification, preparation, application, and evaluation. <br />Through this method, the results obtained in the use of coconut shell waste into creative media are the Kalimba <br />instrument played by plucking the iron keys as the source of the tone, while the coconut shell is used as the main <br />medium for the sound resonance of the Kalimba instrument. Kalimba is classified into a type of lamellophone <br />instrument, which is a musical instrument that has a tongue or a thin plate. In addition to the easy-to-use <br />manufacturing process, the tools and materials in making these instruments are also easy to find and can even <br />take advantage of used materials. The results of making bio-musical instruments are expected to become a <br />reference and reference for academics and non-academics, regarding how to make musical bio-instruments <br />using coconut shell waste. <br /> <br />Keywords : Bio-Music Intrument, Coconut Shells, Kalimba</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.