Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang.Seiring dengan meningkatnya kejadian obesitas, dikenal sindrom metabolik yang terdiri dari obesitassentral, resistensi insulin, hipertensi, dan dislipidemia berupa kadar trigliserida yang tinggi dan kolesterolhigh density lipoprotein (HDL) yang rendah. Sindrom metabolik terutama disebabkan oleh obesitas danresistensi insulin. Selain sebagai tempat penyimpanan energi, jaringan lemak juga menghasilkan faktor yangmenyebabkan hipertensi. Jaringan lemak dapat menguraikan angiotensin dari sistem angiotensin-renin.Pada obesitas, terjadi resistensi insulin dan gangguan fungsi endotel pembuluh darah yang menyebabkanvasokonstriksi dan reabsorbsi natrium di ginjal dan menyebabkan hipertensi. Penurunan berat badanmerupakan faktor penting dalam tata laksana sindrom metabolik dengan hipertensi yang dicapai dengandiet, latihan, medikamentosa atau gabungan hal-hal tersebut. Obat antihipertensi dapat dipertimbangkansebagai bagian pendekatan holistik dalam tata laksana. (
Kata kunci: infeksi saluran kemih, kuman penyebab, sensitivitas antibiotik
Latar belakang. Escherichia coli (E. coli) penyebab kedua terbanyak diare setelah rotavirus. Diare E. coli sering disertai dengan dehidrasi yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas anak. Tujuan. Mengetahui peran jumlah koloni E. coli terhadap beratnya derajat dehidrasi diare akut. Metode. Penelitian potong lintang dilakukan di RSUP Manado. Subyek umur 7 bulan-13 tahun dengan diare akut, dinilai derajat dehidrasi, dilakukan kultur tinja dan hitung jumlah koloni. Perbandingan jumlah koloni dan derajat dehidrasi dilakukan uji korelasi Gamma (p<0,05). Hasil. Terdapat 50% Escherichia coli dari 50 anak diare akut. Dehidrasi berat (2/25 anak), dehidrasi ringan sedang (13/25 anak) jumlah koloni >10 5 CFU dan tanpa dehidrasi (10/25 anak) jumlah koloni <10 5 CFU. Analisis korelasi Gamma menyatakan hubungan bermakna jumlah koloni dengan derajat dehidrasi (r G =0,870, nilai p=0,008). Kesimpulan. Jumlah koloni Escherichia coli berperan terhadap derajat dehidrasi diare akut. Sari Pediatri 2017;19(2):81-5 Kata kunci: diare akut, koloni Escherichia coli, derajat dehidrasi Background. Escherichia coli is the second most common cause of diarrhea after rotavirus. Escherichia coli diarrhea is often accompanied by dehydration associated with morbidity and mortality of children. Objective. Knowing the role of the number of colonies of Escherichia coli with the grade of dehydration from acute diarrhea. Methods. A cross-sectional study was conducted in the hospital in Manado. Subjects aged 7 months-13 years with acute diarrhea were assessed the grade of dehydration, stool cultures taken and count the number of colonies. The number of colonies and the grade of dehydration was compared with Gamma correlation test (p <0.05). Results. There were 50% Escherichia coli in 50 children with acute diarrhea. Severe dehydration (2/25 children), mild to moderate dehydration (13/25 children) with colonies count >10 5 CFU and without dehydration (10/25 children) with colonies count <10 5 CFU. Analysis Gamma correlation revealed that the number of colonies was related significantly with the grade of dehydration (rg = 0.870, p=0.008). Conclusions. The number of Escherichia coli colonies contribute to the grade of dehydration from acute diarrhea. Sari Pediatri 2017;19(2):81-5
Latar belakang. Hipertensi pada anak masih mendapat perhatian yang serius karena dapat menimbulkan cacat menetap dan berakibat kematian. Prevalensi hipertensi anak tidak diketahui secara pasti, dilaporkan sekitar 1%-5%. Hipertensi tersering yang dijumpai di rumah sakit rujukan adalah hipertensi sekunder. Tujuan. Mengetahui profil klinis dan respon terapi pasien hipertensi pada anak di ruang rawat inap anak RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh selama periode 5 tahun.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif untuk melihat gambaran hipertensi pada anak di RSUDZA. Data diperoleh dari catatan medik pasien hipertensi sejak tahun 2007- 2011. Data dikumpulkan berdasarkan derajat hipertensi, penyakit yang mendasari hipertensi, dan pengobatan yang diberikan.Hasil. Selama 5 tahun (2007-2011), terdapat 41 pasien hipertensi (26 laki-laki dan 15 perempuan). Hipertensi derajat satu 10 orang, derajat dua 16 orang, dan hipertensi krisis 15 orang. Umur tersering adalah 10-11 tahun. Tidak terdapat hubungan antara rerata umur dengan derajat hipertensi. Penyakit yang mendasari adalah 16 orang glomerolunefritis akut, 13 sindrom nefrotik, 7 gagal ginjal kronik, serta 5 penyakit lainnya. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit yang mendasari dengan derajat hipertensi. Respon pengobatan hipertensi dengan satu macam obat 9 orang, dua obat 19, dan 13 respon dengan gabungan tiga atau lebih obat. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dengan derajat hipertensi.Kesimpulan. Hipertensi pada anak di RSUDZA paling sering terdapat anak berumur 10-11 tahun. Penyebab tersering adalah glomerulonefritis akut. Terdapat hubungan bermakna antara jumlah obat yang diberikan dengan derajat hipertensi.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh di atas 380C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak balita dan merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan bagi orang tua, dan tingginya angka kejadian dimasyarakat. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kejang demam adalah anemia defisiensi besi karena besi memiliki peran penting dalam fungsi penghantaran serabut saraf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi dengan kejang demam. Penelitian ini dilakukan secara potong lintang. Populasi penelitian adalah semua pasien anak umur 1–5 tahun yang didiagnosis kejang demam yang dirawat di RSUD dr. Zainoel Abidin tahun 2019 yang tercatat pada rekam medis. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 40 orang terdiri dari 23 subyek dengan kejang demam sederhana dan 17 subyek dengan kejang demam kompleks. Variabel yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh, faktor genetik dan anemia defisiensi besi. Hasil penelitian didapatkan kejang demam sederhana 23(57.5%) dan kejang demam kompleks 17(42.5%). Jenis kelamin laki-laki didapatkan paling banyak yaitu 25(62.5%) ,suhu tubuh ≥390C 21(52.5%) subyek, faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya kejang demam yaitu 17(42.5%). Anemia defisiensi besi didapatkan pada sebagian besar kejang demam yaitu 30(75%). Pada kejang demam kompleks didapatkan persentase anemia defisiensi besi lebih tinggi yaitu 15/17(88.2%). Fokus infeksi penyebab kejang demam adalah sebagian besar infeksi saluran pernafasan atas yaitu 37/40(92.5%). Terdapat gambaran anemia defisiensi besi pada sebagian besar pada subyek kejang demam pada anak balita di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun 2019.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.