Jaringan sistem distribusi tenaga listrik merupakan media untuk mendistribusikan energi listrik baik kepada industri, maupun pelanggan rumah tangga. Bertambahnya pertumbuhan penduduk maka pengguna atau pelanggan energi listrik juga bertambah sehingga dapat berdampak terhadap pembebanan pada setiap transformator distribusi. Apabila pembebanan pada setiap transformator meningkat maka dapat menyebabkan kelebihan beban (overload), ketidakseimbangan beban dan rugi-rugi daya (losses) serta kerusakan terhadap transformator. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar transformator distribusi dapat beroperasi dengan baik maka PLN telah menetapkan standar pembebanan pada transformator distribusi yaitu tidak boleh melebihi 80%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan pengukuran pembebanan pada transformator distribusi Gardu LSA 249 dan menganalisis terjadinya rugi-rugi daya yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan clamp meter dan eart tester untuk mendapatkan nilai arus dan tegangan serta nilai tahanan dari grounding. Selanjutnya, dilakukan perhitungan pembebanan transformator, ketidakseimbangan beban, serta rugi-rugi daya pada Penyulang LS5 Gardu LSA 249. Hasilnya, pengukuran dari ketidakseimbangan beban yang terjadi ketika pagi hari sebesar 15 %, siang hari sebesar 26 %, dan malam hari sebesar 22%. Rugi-rugi daya yang diakibatkan oleh adanya arus yang mengalir melalui netral transformator ketika pagi hari 0,0088 kW dengan 0,02 %, siang hari sebesar 0,06291 kW dengan 0,15 %, dan malam hari sebesar 0.02462 kW dengan 0,061%. The electric power distribution system network is a medium for distributing electrical energy to both industry and household customers. With increasing population growth, users or customers of electrical energy also increase so that it can have an impact on the load on each distribution transformer. If the load on each transformer increases, it can cause overload, load imbalance and power losses and damage to the transformer. Therefore, to ensure that the distribution transformer can operate properly, PLN has set a standard loading on the distribution transformer, which should not exceed 80%. The purpose of this study is to measure the load on the LSA 249 substation distribution transformer and analyze the occurrence of power losses caused by load imbalances. Measurements are made using a clamp meter and an earth tester to get the current and voltage values as well as the resistance value from grounding. Furthermore, the calculation of transformer loading, load imbalance, and power losses at the LS5 Substation LSA 249 feeder. As a result, the measurement of the load imbalance that occurs in the morning is 15%, during the day is 26%, and at night is 22%. Power losses caused by the current flowing through the transformer neutral in the morning were 0.0088 kW with 0.02%, during the day 0.06291 kW with 0.15%, and at night 0.02462 kW with 0.061%.
Pemisah (PMS) adalah peralatan sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah rangkaian listrik dalam keadaan tanpa beban. PMS dioperasikan pada saat pekerjaan pemeliharaan untuk melokalisir tegangan rangkaian agar aman dari sisa tegangan yang timbul setelah diputuskan. Posisi switchyard PMS 150 kV dalam instalasi akan lebih efektif dan efisien jika pengoperasiannya dapat dilakukan dari jarak jauh di panel kontrol dengan menggunkan remote sehingga dapat mempercepat proses normalisasi sistem dan juga akan memberikan rasa aman kepada operator gardu induk dalam mengoperasikan PMS. Pada saat mengoperasikan PMS, kegagalan dapat disebabkan oleh kerusakan elektrikal dan mekanikal. Kerusakan elektrikal dan mekanikal pada box PMS 150 kV dapat disebabkan oleh tingkat kelembaban yang tidak sesuai SNI 0225:2011 yaitu melebihi dari +5 s.d. 85 % RH. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh tingkat kelembaban terhadap kinerja PMS dan untuk meurunkan tingkat kelembaban pada PMS 150 kV pada GI Banda Aceh. Adapun metode yang digunakan yaitu dengan melakukan observasi, pengujian, dan pengukuran langsung ke lapangan pada pukul 06:00 WIB, 10:00 WIB, dan 20:00 WIB. Selanjutnya, data-data hasil pengukuran yang didapatkan sebelum dilakukan usaha perbaikan dibandingkan dengan data hasil pengukuran setelah usaha perbaikan. Hasilnya didapatkan bahwa sebelum dilakukan perbaikan tingkat kelembaban di box PMS melebihi dari 85% RH, dan setelah dilakukan perbaikan tingkat kelembaban turun dibawah 85% RH dan sudah sesuai dengan SNI 0225:2011. Kinerja PMS pada semua bay sudah menjadi baik karena tidak ada lagi kerusakan pada peralatan kontrol seperti kontaktor, limit switch, dan kapasitor.The separator (PMS) is an electric power system equipment that functions as an electrical circuit separator switch in a no-load state. PMS is operated during maintenance work to localize the circuit voltage to be safe from the residual voltage that arises after being disconnected. The position of the 150 kV PMS switchyard in the installation will be more effective and efficient if the operation can be carried out remotely at the control panel using a remote so that it can speed up the system normalization process and will also provide a sense of security to substation operators in operating PMS. When operating the PMS, failure can be caused by electrical and mechanical damage. Electrical and mechanical damage to the 150 kV PMS box can be caused by humidity levels that do not match SNI 0225:2011, which is more than +5 to 85 % RH. The purpose of this study was to determine the effect of humidity levels on PMS performance and to reduce humidity levels at 150 kV PMS at the Banda Aceh GI. The method used is by conducting observations, testing, and direct measurements to the field at 06:00 WIB, 10:00 WIB, and 20:00 WIB. Furthermore, the measurement data obtained before the repair effort was compared with the measurement data after the repair effort. The results showed that before the repair the humidity level in the PMS box was more than 85% RH, and after the repair, the humidity level fell below 85% RH and was by SNI 0225:2011. PMS performance in all bays has become good because there is no more damage to control equipment such as contactors, limit switches, and capacitors.
Salah satu parameter dalam penyaluran energi listrik adalah mutu dan kehandalan yang harus memenuhi standar. Pada praktiknya, Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan terus memperbaiki dan meningkatkan mutu dan kehandalan jaringan listrik guna memberikan pelayanan terbaik bagi setiap pelanggan. Langkah yang diambil salah satunya yang dilakukan oleh Unit Layanan Pelanggan (ULP) Panton Labu, yaitu dengan membangun jaringan baru agar dapat melayani beban yang semakin meningkat. Pembangunan jaringan baru dilakukan supaya dapat memperbaiki tegangan sistem melalui pembagian beban penyulang serta meningkatkan kehandalan dalam mempermudah manuver ketika terjadi gangguan. Kondisi kelistrikan ULP. Panton Labu disuplai dari Gardu Induk (GI) Panton Labu terdiri dari 2 Trafo Daya (TD) yang masing masing berkapasitas 30 MVA. Beban puncak GI. Panton Labu adalah sebesar 14,5 MW untuk TD 1 dan 6,5 MW untuk TD 2. GI. Panton Labu salah satunya mensuplai Gardu Hubung (GH) Panton Labu melalui penyulang PL 05. Namun, sebelumnya hanya terdapat 1 incoming yang masuk ke GH. Panton Labu, padahal pada TD 2 GI. Panton Labu masih terdapat 3 kubikel cadangan (spare) yang belum termanfaatkan dan juga pada kubikel di GH. Panton Labu sudah terdapat couple bus dan 1 kubikel cadangan. Hal ini disebabkan karena belum adanya jaringan express feeder yang menyuplai dari GI. Panton Labu ke GH. Panton Labu sehingga apabila terjadi gangguan pada suplai utama penyulang PL 05 maka akan terjadi padam diseluruh kubikel GH. Panton Labu. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan nilai SAIDI dan SAIFI sebelum dan setelah pembangunan express feeder SUTM A3CS 3x240 mm2 sebagai incoming baru. Hasilnya, Mutu tegangan pada GH Panton Labu sebelumnya sebesar 20,4 kVterjadi perbaikan menjadi 20,7 kV. Rekonfigurasi express feeder SUTM 3x240 mm2 sebagai incoming baru dapat mengurangi durasi padam dengan indeks keandalan rata rata nilai SAIDI pada ULP. Panton Labu turun dari 12,558 menit/pelanggan menjadi 6,205 menit/pelanggan. One of the parameters in the distribution of electrical energy is the quality and reliability that must meet the standards. In practice, the State Electricity Company (PLN) will continue to improve and increase the quality and reliability of the electricity network to provide the best service for each customer. One of the steps the Panton Labu Customer Service Unit (ULP) takes is to build a new network to serve the increasing load. The construction of a new network is carried out to improve the system voltage by sharing the feeder load and increasing reliability in facilitating maneuvers when disturbances occur. ULP electrical conditions. Panton Pumpkin is supplied from the Panton Pumpkin Substation (GI) consisting of 2 Power Transformers (TD), each with a capacity of 30 MVA. GI peak load. Panton Pumpkin is 14.5 MW for TD 1 and 6.5 MW for TD 2. GI. One is Panton Labu supplying the Panton Labu Switching Station (GH) via a PL 05 feeder. However, previously there was only 1 incoming to GH. Panton Pumpkin, even though at TD 2 GI. Panton Pumpkin still has 3 spare cubicles that have not been utilized and also in cubicles at GH. Panton Pumpkin already has a couple of buses and 1 extra cubicle. This is because there is no express feeder network that supplies from GI. Panton Pumpkin to GH. Panton Pumpkin so that if there is a disturbance to the main supply of the PL 05 feeder, there will be blackouts throughout the GH cubicles. Pumpkin Pantone. The purpose of this study is to obtain SAIDI and SAIFI values before and after the construction of the A3CS A3CS 3x240 mm2 express feeder as a new incoming. As a result, the voltage quality at the previous Panton Pumpkin GH was 20.4 kV, an improvement became 20.7 kV. Reconfiguring the SUTM 3x240 mm2 express feeder as a new incoming can reduce the blackout duration with the reliability index of the average SAIDI value on the ULP. Panton Pumpkin decreased from 12,558 minutes/subscriber to 6,205 minutes/subscriber..
The development of increasingly modern technology, the role of electricity in life is very important for both society and the industrial world 4.0. Seeing the condition of the people who still do not have awareness in how to save electricity use, it is necessary to have counseling and socialization that can add insight to the community so that they can know more about the use of electric energy on a daily basis. Therefore it is carried out with the Counseling method and socialization of energy-saving lifestyles that can equip people in the use of electricity in everyday life so that from this activity the community understands more about electricity and provides awareness to change patterns of electricity consumption by saving energy and using electronics low power. With this counseling method, it is found that the community understands more and impacts awareness about the use of electrical energy more wisely and gains new insights regarding patterns of electrical energy use in everyday life by saving energy so as to provide benefits for the community itself. Keywords: Counseling, Energy Save, Electrical
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.