AbstrakLatar Belakang : Di bidang Kedokteran, khususnya di bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, tindakan pencabutan gigi adalah suatu kegiatan yang rutin dilakukan dan merupakan kasus yang terbanyak. Seperti kita ketahui pasien geriatry perlu juga mendapat perawatan. Laporan terbaru menjelaskan bahwa estrogen mempengaruhi produksi kolagen. Kolagen yang diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka. Proses menopause menurunkan produksi estrogen, sehingga dapat mempengaruhi produk keluaran kolagen. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara menopause dalam proses perbaikan luka setelah pencabutan gigi di Poli Gigi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Metode : penelitian ini menggunakan skala perbaikan luka dengan parameter pembengkakan (tumor), kemerahan (hyperemia) dan nyeri (dolor). Hasil : pada penelitian ini menggunakan 20 pasien untuk 2 kelompok yaitu kelompok menopause dan non menopause. Terdapat beda signifikan antara 2 kelompok pada hari ke 3 dan ke 5 setelah pencabutan gigi. Untuk pasien geriatric memerlukan perawatan gigi, terutama pencabutan gigi. Komplikasi pada kelompok usia ini terjadi kelambatan perbaikan luka. Untuk kasus pada wanita memiliki beberapa problem degenerasi, salah satunya karena wanita yang lanjut usia memiliki proses fisiologi pada periode menopause. Menopause merupakan proses regenerasi yang menyebabkan ovarium berhenti memproduksi ovum. Hal teresbut berpengaruh pada pematangan ovum dan mengganggu produksi kolagen. Kolagen memiliki faktor utama dalam proses perbaikan luka. Pada artikel ini, penulis mencoba untuk melihat hubungan penyembuhan luka yang tertunda pada perempuan di masa menopause dalam kasus pencabutan gigi. Kesimpulan : terdapat perbedaan yang signifikan antara penyembuhan luka menopause dan non menopause. Pada menopause proses penyembuhan luka membutuhkan waktu lebih lama dari non menopause.Kata Kunci : menopause, perbaikan luka yang tertunda, pencabutan gigi. AbstractBackgrounds : In medicine faculty specially in oral health university of Wijaya Kusuma Surabaya, extracting is the most common cases in clinic. As we know geriatry patients needs this treats too. The newest reports explain that estrogenes affected production of collaagens. Collagens are needed for asselarate wound healing. Menopause process decrease production of estrogen, so it can be influance for collagens output product.
<p><strong>ABSTRACT</strong><strong></strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Background</strong>: Betel leaf contains essential oils consisting of bethelphenol, kavikol, sesquiterpenes, hydroxycavikol, cavibetol, estragol, eugenol and carvacrol. Essential oils are antibacterial due to the presence of phenol compounds and their derivatives that can denature the bacterial cell proteins. Basil leaves contain compounds from essential oils, namely 1,8-cineole, ß-bisabolene, and methyl eugenol. These three ingredients are soluble to ethanol and can cause damage to the cell membranes of the Streptococcus mutans bacteria, which are members of the normal oral flora but can turn into pathogens if the balance of normal flora is disturbed. The aim of this study was to determine the difference in the activity of the antibacterial of decoction betel leaf (piper betle L. ) with a decoction of basil leaves (ocimum sanctum) against growth of bacteria <em>Streptococcus mutans</em> (in vitro study).</p><p><strong>M</strong><strong>ethod:</strong> this observational research with disk diffusion techniques. This study observed and measured the diameter of the inhibitory zone in MHA formed by decoction of betel leaf (piper betle L) and basil leaf (ocimum sanctum) in units of millimeters (mm). There were 2 groups with 16 replications.</p><p><strong>R</strong><strong>esults</strong>: the results of the description test showed that the antibacterial activity of the betel leaf decoction and the highest decoction of basil leaf was 17 mm and the lowest was 15 mm, but the average antibacterial value of betel leaf decoction (15,81) greater than the average value of antibacterial activity of basil leaf (15.75). This is because there are chemicals contained in betel leaf similar as contained in basil leaf, namely essential oils.</p><p><strong>Conclusion</strong>: there is no difference in the antibacterial activity of decoction betel leaf with decoction basil leaf against growth of bacteria <em>Streptococcus mutans</em>.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Keywords</strong>: Betel leaf decoction, basil leaf decoction, Streptococcus <strong>mutans. </strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Abstrak</strong><strong></strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Latar Belakang</strong>: Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari <em>bethelphenol, kavikol, </em>seskuiterpen, hydroxycavikol,cavibetol, estragol, eugenol dan carvacrol. Minyak atsiri bersifat antibakteri karena adanya senyawa phenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Daun kemangi mengandung senyawa dari minyak atsiri yaitu <em>1,8-cineole</em>, <em>ß-bisabolene</em>, <em>metyl eugenol</em>. Ketiga bahan tersebut memiliki sifat larut terhadap etanol dan dapat menyebabkan kerusakan membran sel bakteri <em>streptococcus mutans</em> yang merupakan anggota flora normal rongga mulut tetapi dapat berubah menjadi patogen jika keseimbangan flora normal terganggu.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri rebusan daun sirih (<em>piper betle</em> L) dengan rebusan daun kemangi (<em>ocimum sanctum</em>) terhadap pertumbuhan bakteri <em>Streptococcus mutans</em> (penelitian in vitro).</p><p><strong>Metode</strong>: penelitian observasional ini dengan teknik difusi. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan mengukur diameter zona hambat pada MHA yang dibentuk oleh rebusan daun sirih (<em>piper betle</em> L) dan daun kemangi (<em>ocimum sanctum</em>) dalam satuan milimeter (mm). Terdapat 2 kelompok dengan replikasi sebanyak 16.</p><p><strong>Hasil</strong> : Hasil uji deskripsi menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri pada rebusan daun sirih maupun rebusan daun kemangi yang tertinggi sebesar 17 mm dan yang terendah 15 mm. Tetapi pada nilai rata-rata efektifitas antibakteri rebusan daun sirih (15,81) lebih besar daripada nilai rata-rata efektifitas antibakteri rebusan daun kemangi (15,75). Hal ini dikarenakan ada zat kimia yang terkandung dalam daun sirih mirip dengan yang terkandung dalam daun kemangi, yaitu minyak atsiri.</p><p><strong>Kesimpulan</strong> : tidak ada perbedaan aktivitas antibakteri rebusan daun sirih dengan rebusan daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri <em>Streptococcus </em><em>m</em><em>utans</em>.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Kata kunci</strong>: rebusan daun sirih, rebusan daun kemangi<em>, Streptococcus mutans</em>.</p><p> </p><p> </p>
Pendahuluan: Smoker’s melanosis adalah gambaran perubahan warna lebih gelap dari pada gingival normal yaitu berwarna coral pink yang khas pada permukaan gingival, mukosa mulut, secara klinis tampak bercak berwarna coklat berbatas difus dan tidak ada peninggian. Distribusi pada gingiva anterior labial dan mukosa pipi, bibir dan daerah-daerah rawan lain yang rawan terpapar nikotin dan tar. Tujuan Penelitian: mengetahui distribusi insidensi kasus smoker’s melanosis berdasarkan jenis perokok dan gambaran melanosis pada mukosa mulut oleh karena kebiasaan merokok. Bahan dan Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan cross-sectional,sampel penelitian 60 orang di Kabupaten Sidoarjo. Hasil: Terdapat hubungan signifikan bermakna antara jenis perokok dengan kejadian smoker”s melanosis (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara jenis perokok pada laki-laki suku Jawa dengan kejadian smoker’s melanosis di Sidoarjo.
Pendahuluan: Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering terjadi di Indonesia oleh karena beberapa faktor seperti sikap dan perilaku masyarakat yang kurang menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa Sekolah Dasar Dukuh Kupang Surabaya. Bahan dan Metode: Dari keseluruhan siswa kelas IV dan V yaitu sebanyak 106 orang SDN Dukuh Kupang Surabaya diambil sampel sebanyak 52 siswa. Tingkat pengetahuan diambil dari kuesioner dengan kategori baik, sedang, dan rendah, sedangkan kejadian karies diukur dengan DMF-T Indeks dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Analisis data menggunakan metode uji korelasi Spearman. Hasil: Pada penelitian menunjukkan bahwa nilai Sig.=0,001 (<0,05), dimana dari 100% siswa dengan pengetahuan kesehatan yang kurang diketahui sebanyak 80% memiliki status karies gigi yang tinggi, sedangkan dari 100% siswa dengan pengetahuan gigi yang baik diketahui sebanyak 83,3% siswa berstatus karies yang rendah. Kesimpulan: Terdapat hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa Sekolah Dasar Dukuh Kupang Surabaya.
AbstrakSalah satu tanaman herbal yang digunakan sebagai obat tradisional dan bersifat antibakteri adalah daun kemangi (ocimum sanctum) dengan bahan aktif minyak atsiri yang mengandung senyawa 1,8-cineole, b-bisabolene, methyl eugenol. Senyawa ini dapat mengakibatkan kerusakan pada membran sel bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu penyakit mulut yang umum terjadi adalah keradangan pada gingiva atau gingivitis. Tanda klinis gingivitis adalah kemerahan, hiperplasi, berkilat dan mudah berdarah. Penyebab utama adalah plak dan kalkulus. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi (ocimum sanctum) terhadap kesembuhan gingivitis. Jenis penelitian true experiment, dengan rancangan pretest and postest control group design. Populasi sejumlah 450 mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan besar sampel 36 mahasiswa yang diambil secara acak dan memenuhi kriteria sampel. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan yang bermakna Gingival Index antara kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak daun kemangi dan kelompok yang berkumur dengan larutan aquadest. Kelompok yang berkumur dengan ekstrak daun kemangi memiliki selisih penurunan nilai rata-rata Gingival index lebih besar dibanding kelompok yang berkumur dengan aquadest yaitu pada kelompok yang berkumur dengan daun kemangi sebesar 1 dan yang berkumur dengan aquadest sebesar 0. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kemangi dapat mempengaruhi kesembuhan gingivitis yang ditunjukkan dengan p value 0,000.Kata kunci: ekstrak daun kemangi (ocimum sanctum), gingivitis, Gingival Index    AbstractBasil (Ocimum sanctum) leaves are one of the herbal plants used as traditional medicine and an antibacterial. Essential oil, which comprises the molecules 1,8-cineole, b-bisabolene, and methyl eugenol, is the active component. These substances can harm bacterial cell membranes because they are soluble in ethanol. Bacterial growth is slowed down as a result. Gingivitis, or gingival inflammation, is one of the more typical dental illnesses. Gingivitis is characterized by redness, hyperplasia, shine, and bleeding easily. Plaque and calculus are the main contributors. This investigation's goal was to learn how basil leaf extract (Ocimum sanctum) supplementation affected gingivitis recovery. With a pretest and posttest control group design, the research is a legitimate experiment. The population is made up of 450 clinical clerks at the Faculty of Medicine, Wijaya Kusuma University, Surabaya, and the sample size was 36 students who were chosen at random and met the sample requirements.The results showed that there was a significant difference in the Gingival Index between the group that rinsed with a solution of basil leaf extract and the group that rinsed with aquadest solution. The group that gargled with basil leaf extract had a difference in the difference in the average value of the Gingival index that was greater than the group that rinsed with distilled water, namely the group that rinsed with basil leaves was 1 and those who rinsed with distilled water was 0. Basil leaf extract had a positive impact on gingivitis recovery with p value 0.000.Keywords: Basil (Ocimum sanctum) leaf extract, gingivitis, gingival index
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.