AbstrakPerkembangan kota di Indonesia relatif cepat, terutama kota-kota metropolitan. Terbentuknya Metropolitan Semarang merupakan akibat dari pesatnya perkembangan yang terjadi di Kota Semarang dan menyebar ke wilayah pinggirannya. Dalam masterplan Kota Semarang, pengembangan kawasan permukiman diarahkan ke bagian selatan Kota Semarang. Perkembangan kota dapat terjadi akibat munculnya pusat pertumbuhan baru. Kecamatan Tembalang menjadi pusat pertumbuhan baru sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan Kecamatan Tembalang sebagai kawasan pendidikan, Kecamatan Tembalang yang merupakan lokasi kawasan pendidikan merupakan salah satu pusat pertumbuhan kota Semarang menjadi pendorong berkembangnya segala akitivitas yang berimplikasi pada terjadinya perubahan pemanfaatan lahan.Adanya pembangunan perumahan yang cukup pesat ke arah selatan Kota Semarang (Kecamatan Tembalang) dan bertambah luasnya kawasan permukiman sehingga mengakibatkan berubahnya kondisi permukiman yang berakibat pada adanya perbedaan kualitas permukiman, keterseidaa, maupun kondisi sarana prasarana permukiman di Kecamatan Tembalang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Perkembangan Fisik dan Tipologi Kawasan Permukiman di Pusat Pertumbuhan Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis spasial yang menggunakan Data Citra.Hasil penelitian menunjukkan terjadi perkembangan Fisik di Kawasan Permukiman selama kurun waktu 10 tahun (2005)(2006)(2007)(2008)(2009)(2010)(2011)(2012)(2013)(2014)(2015). Tipologi Kawasan Permukiman di Kecamatan Tembalang, mencerminkan suatu permukiman perkotaan yang telah dilengkapi dengan sarana prasarana, namun yang berada dalam kondisi baik hanya ditemukan di Kelurahan Sendangmulyo. Kualitas lingkungan Kawasan Permukiman sebagian besar termasuk dalam kriteria cukup layak ditemukan
The rapid growth of the population of Semarang City and the limited land for settlements resulted in the emergence of illegal slums. One of the government's efforts to revitalize the slum area by coloring Gunung Brintik village area which became known as Kampung Pelangi. Some slum revitalization programs in other countries have not succeeded in increasing residents’ livelihood. The purpose of this study was to examine the success of the government in improving the livelihood of Kampung Pelangi in Semarang City, through the Sustainable Urban Livelihood (SUL) approach with quantitative descriptive methods and scoring analysis techniques. The study was conducted at two different times; before the implementation of the Semarang City Government program (in 2016) and after the implementation (in 2018). As a control, Kampung Pandean was chosen because it had similar conditions but did not get any program from the government. The results showed that there was a change in the livelihood of the population in Kampung Pelangi include the quality of human capital, natural capital, social capital, and physical capital, while the condition of Kampung Pandean does not show any changes during 2016-2018. This change is not due to coloring but due to improvements in physical conditions.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.