Gang Serketaris Tanjung Duren Utara, West Jakarta has been a squatter settlement since before the reform took place and is now one of the settlements with the worst sanitation in the capital. The 124 heads of families coexisted with the smell of sewage from the Secretary River that ran along the alley. The low level of public awareness of cleanliness and environmental pollution makes residents prefer to throw their waste directly into the Sekretaris River. On the other hand, Indonesia is also experiencing an energy crisis. according to Wood Mackenzie Chemical and Energy Company, which records the trend of Indonesia's energy balance in terms of coal, gas (LNG), and oil, stating that Indonesia has experienced an energy deficit since 2007 and continues to increase until it is estimated that in 2040. Seeing the link between the energy crisis and sanitation problems in Indonesia, these two things can indirectly damage the ecological chain but if resolved properly can open up opportunities for the development of renewable energy technologies and solutions to environmental problems. The bioenergy process in the realm of architecture is a solution for handling slum areas to realize sustainable sanitation empowerment. Bioenergy is the development of renewable energy obtained from biomass. The design of the slum area arrangement program at the Gang Secretariat uses a contextual search approach from deep socio-cultural conditions. Creating a sanitation community that is reflected in living, working, and gathering activities. Keywords: Bio- Energy; Sanitation; Slum Area AbstrakGang Serketaris Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat sudah menjadi pemukiman liar dari sebelum reformasi terjadi dan kini menjadi salah satu pemukiman dengan sanitasi terburuk di ibu kota. 124 kepala keluarga hidup berdampingan dengan bau tinja dari Kali Sekretaris yang membentang di sepanjang gang tersebut. Kesadaran warga yang rendah terhadap kebersihan dan pencemaran lingkungan membuat warga lebih memilih membuang kotorannya langsung ke Kali Sekretaris. Disisi lain, Indonesia juga mengalami krisis energi. menurut Wood Mackenzie Chemical and Energy Company, yang mencatat tren neraca energi Indonesia dari sisi batu bara, gas (LNG), dan minyak bumi, menyatakan Indonesia sudah mengalami defisit energi sejak 2007 dan semakin meningkat hingga perkiraan tahun 2040. Melihat keterkaitan antara permasalahan krisis energi dan permasalahan sanitasi di Indonesia, kedua hal ini secara tidak langsung dapat merusak suatu rantai ekologi namun apabila diselesaikan dengan tepat mampu membuka peluang pada pengembangan teknologi energi terbarukan maupun penyelesaian terhadap isu lingkungan yang terjadi. Proses Bio-energi dalam ranah arsitektur menjadi solusi penanganan Kawasan hunian kumuh untuk mencapai pemberdayaan sanitasi yang berkelanjutan. Bio-energi merupakan pengembangan energi terbarukan yang diperoleh dari biomassa. Rancangan program penataan kawasan hunian kumuh di Gang Sekretaris menggunakan pendekatan penulusuran kontekstual dari kondisi sosial budaya secara mendalam. Menciptakan sebuah komunitas sanitasi yang tercermin kepada kegiatan berhuni, bekerja, dan berkumpul.
from the Tangerang district which is bordered by the Cisadane River. South Tangerang City was built with the main function designation, namely settlement because of its strategic location with the capital city area so that many urbanists who come from other areas can live in the South Tangerang area with a more affordable cost of living. With the increase in population, the level of production and consumption is definitely higher which results in the amount of waste production increasing in South Tangerang. If it is not accompanied by a good lifestyle, waste production will be excessive to the point of polluting the environment and this has happened in this city until South Tangerang City is given the nickname as one of the cities with the highest pollution in Southeast Asia. The phenomenon that occurs is due to excessive loading, the TPA in South Tangerang, namely the Cipeucang TPA, has overcapacity so that the sheet pile on the TPA is broken and the waste enters the Cisadane river which causes severe pollution. There are many solutions, but the solution after the accumulation of waste is that the population is growing if it is not corrected from the mindset of each individual, the problem of accumulation will still occur. So using the Urban Acupuncture method, to turn off some illegal TPS points in South Tangerang is to build an Eduwsiata facility that can provide socialization to the community in an interesting way so that people want to come and learn about the environment. Keywords: Education; Environmental Pollution; Garbage; Residential Abstrak Tangerang selatan merupakan salah satu daerah otonom baru pada tahun 2008 yang memisahkan diri dari kabupaten Tangerang yang dibatasi dengan sungai Cisadane. Kota Tangerang Selatan dibangun dengan peruntukan fungsi utama yaitu pemukiman karena letaknya yang strategis dengan daerah ibu kota sehingga banyak urbanis yang datang dari daerah lain dapat tinggal di daerah Tangerang Selatan dengan biaya hidup yang lebih terjangkau. Dengan bertambahnya penduduk, tingkat produksi dan konsumsi pun sudah pasti semakin tinggi yang mengakibatkan jumlah produksi sampah semakin banyak di Tangerang Selatan. Jika tidak disertai dengan pola hidup yang baik, produksi sampah akan berlebih hingga mencemari lingkungan dan hal tersebut terjadi di Kota ini hingga Kota Tangerang Selatan diberi julukan salah satu kota dengan polusi tertinggi di Asia Tenggara. Fenomena yang terjadi adalah karna muatan yang berlebih, TPA di Tangerang Selatan yaitu TPA Cipeucang mengalami over kapasitas sehingga turap pada TPA jebol dan sampah masuk ke sungai Cisadane yang menyebabkan pencemaran cukup parah. Dilakukan banyak solusi namun solusi pasca penumpukan sampah yang semakin bertumbuhnya penduduk jika tidak diperbaiki dari pola pikir masing-masing individu, masalah penumpukan tetap akan terjadi. Dengan menggunakan metode Urban Acupuncture, untuk mematikan beberapa titik TPS ilegal yang ada di Tangerang Selatan adalah dengan membangun sebuah fasilitas Eduwsiata yang dapat memberi sosialisasi kepada masyarakat dengan cara yang menarik sehingga masyarakat mau datang dan belajar mengenai lingkungan.
A number of traders began to complain about their declining sales in the last 5 years. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) reported that the retail industry grew below five percent during January - June 2017. Chairman of Aprindo Roy Mandey, the factors that influenced were the high inflation rate, people's behavior change in shopping and people also refrained from shop. Minister of Trade Agus Suparmanto considered that the retail industry has an important role to support national economic growth in terms of trade and consumption. Therefore, the retail industry should be maintained. Since the COVID-19 pandemic, people's behavior also changed a lot. The government's policy about social distancing cause offline shopping avoided and shopping centers lost their visitors. Chairman of Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja said that retail businesses must make innovations to attract visitors. But unfortunately, there are those who are unlucky. Some are forced to close their shops because there were only few buyers or even shopping centers are forced to close the building because there were only few visitors. One of them is Puri Agung building which is located in the Cengkareng trading area. Through urban acupuncture with everyday architecture methods that study the daily lives and collect data from various sources, the idea is to maintain the identity of the area as a trading center and develop it. The development through programs that can liven up the atmosphere to keep it busy the whole day. Additional programs will increase the quality of this area so visitors will have more activity. Keywords: cengkareng; shopping center; trading area Abstrak Sejumlah pedagang mulai mengeluhkan penjualan mereka yang menurun dalam 5 tahun terakhir. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melansir bahwa industri ritel pertumbuhannya di bawah lima persen sepanjang Januari - Juni 2017. Ketua Umum Aprindo Roy Mandey faktor yang mempengaruhi penurunan adalah tingkat inflasi yang tinggi, adanya perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja dan masyarakat juga menahan diri untuk tidak berbelanja. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menilai bahwa industri ritel memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dari sisi perdagangan dan konsumsi. Maka dari itu, perlu diusahakan agar industri ritel tetap bisa dipertahankan. Sejak adanya Pandemi COVID-19, perilaku masyarakat juga banyak yang berubah. Kebijakan pemerintah untuk menjaga jarak menyebabkan warga menghindari berbelanja secara offline dan mengakibatkan banyaknya pusat perbelanjaan yang sepi pengunjung. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan bahwa pelaku usaha ritel harus melakukan sejumlah inovasi untuk menarik pengunjung. Namun sayangnya, ada saja yang kurang beruntung. Ada yang terpaksa harus menutup toko karena sepi pembeli atau bahkan pusat perbelanjaan yang terpaksa menutup gedung karena semakin hari semakin sedikit yang berjualan sehingga pengunjungnya juga semakin sedikit. Salah satunya adalah Gedung Puri Agung yang berada di kawasan perdagangan Cengkareng. Melalui urban acupuncture dengan metode keseharian yang mempelajari keseharian kawasan dan mengumpulkan data dari berbagai sumber, muncullah ide untuk mempertahankan identitas kawasan sebagai pusat perdagangan dan mengembangkannya. Pengembangannya melalui program-program yang dapat menghidupkan suasana agar tetap ramai dari pagi sampai malam hari. Program tambahan juga perlu menambah kualitas dari kawasan ini sehingga pengunjung tidak hanya datang untuk berbelanja.
The population density in big cities like Jakarta always increases every year. If this continues, the need for housing will be increasingly challenging to meet. Dukuh Atas is the sub-district with the highest proportion of slums and dense settlements in DKI Jakarta. The Dukuh Atas area is located between the Jakarta business triangle area, which is traversed by three modes of transportation, and there are residential areas that have the potential to become a place for various community functions and activities to meet. According to the DKI Jakarta Spatial Planning (RTRW), the Dukuh Atas area is directed to become a Transit Oriented Development (TOD) area. However, the application of the TOD concept in the Dukuh Atas area is still not optimal because low-intensity settlement functions still dominate it. Vertical housing is one solution to the problem of density and housing needs in big cities, but vertical housing (rusunawa) in the Dukuh Atas area is still not optimal. In addition to lighting and ventilation, the type that does not vary and its massive shape causes residents who are already married to be forced to live in dwellings with a limited area and not following their needs. Therefore, this research will investigate how the architectural program can provide flexible housing for the community to be comfortable and livable. The urban acupuncture approach can increase productivity in empowering residents of sustainable settlements and is expected to become a residence with positive synergy. Keywords: Flexibility; Urban Acupuncture; Vertical Residential Houses Abstrak Kepadatan penduduk di kota besar seperti Jakarta selalu meningkat setiap tahunnya. Dimana jika hal ini terus berlanjut maka kebutuhan tempat tinggal akan semakin sulit terpenuhi. Dukuh Atas merupakan kecamatan dengan proporsi pemukiman kumuh dan padat tertinggi di DKI Jakarta. Kawasan Dukuh Atas berada diantara kawasan segitiga bisnis Jakarta yang dilalui oleh tiga moda transportasi dan terdapat hunian yang berpotensi menjadi wadah untuk bertemunya berbagai fungsi dan aktivitas masyarakat. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah DKI (RTRW) Jakarta Kawasan Dukuh Atas diarahkan menjadi kawasan Transit Oriented Development (TOD). Namun penerapan konsep TOD di kawasan Dukuh Atas masih belum optimal karena masih didominasi oleh fungsi permukiman dengan intensitas rendah. Hunian vertikal merupakan salah satu solusi dari masalah kepadatan dan kebutuhan hunian di kota besar, tetapi perumahan vertikal (rusunawa) yang ada di Kawasan Dukuh Atas masih belum optimal. Selain penerangan dan ventilasi, tipe yang tidak bervariasi dan bentuknya yang masif menyebabkan penghuni yang sudah berkeluarga terpaksa tinggal di hunian dengan luas yang terbatas dan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, riset ini akan menginvestigasi bagaimana program arsitektur mampu menyediakan tempat tinggal yang fleksibel bagi masyarakat sehingga nyaman dan layak untuk dihuni. Dengan pendekatan urban acupuncture dapat meningkatan produktivitas dalam pemberdayaan penghuni permukiman yang berkelanjutan dan diharapkan dapat menjadi hunian yang bersinergi positif.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.