A research about the toxicity of poison from spider Nephila sp. unto larvae of Aëdes aegypti L. had been done. The objectives of this research were to get the information about the toxicity of poison from spider Nephila sp. into larvae A. aegypti. The experiment method of this research was using Randomized Complete Block Design. This experiment used all of four instars of A. aegypti larvae. The experiment of each instar had been done with six treatments of the lethal concentration from spiders poison. Those six treatments were 1%, 10%, 25%, 50%, 75% and 100%. Each treatment had four replications. The result of this research showed that poison from spider Nephila sp. is toxic unto the larvae of A. aegypti. PENDAHULUANPenyakit demam berdarah sering mewabah di sebagian wilayah Indonesia. Penyakit ini telah cukup banyak memakan korban. Pemerintah bahkan sering menyatakannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) (Effendy, 1995). Demam berdarah merupakan penyakit yang banyak menyerang penduduk di negara beriklim tropis di seluruh dunia. Hal ini karena negara tropis memiliki kisaran suhu yang sama dengan kisaran suhu optimum bagi kehidupan nyamuk. Penyakit demam berdarah bermula dari Asia Tenggara pada masa setelah Perang Dunia II dan selama 15 tahun terakhir telah meningkat menjadi permasalahan kesehatan masyarakat dunia (Hastowo et al., 1992). Di Indonesia, kasus demam berdarah pada umumnya terjadi di kota-kota dengan kepadatan penduduk tinggi seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta. Demam berdarah ditularkan oleh suatu vektor, yaitu nyamuk Aëdes aegypti, dengan cara mengisap darah dan memindahkan virus penyakit demam berdarah, yaitu virus Dengue dari tubuh satu orang ke orang lain.Untuk mengatasi penyakit demam berdarah maka diperlukan pengendalian populasi nyamuk A. aegypti. Pada awalnya Departemen Kesehatan RI menggunakan insektisida DDT (dikloro difenil trikloroetan), tetapi dalam jangka panjang DDT menimbulkan resistensi dan masalah lingkungan (Leksono, 1997). Insektisida sintetik merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk A. aegypti karena daya bunuhnya yang tinggi dan mudah didapat. Insektisida sintetik (abate) dengan proses abatisasi merupakan cara pemberantasan secara kimiawi yang sering digunakan oleh masyarakat. Selain abatisasi, pengasapan juga merupakan cara yang sering digunakan. Abatisasi berguna dalam membunuh larva nyamuk, sedangkan pengasapan hanya dapat menghalau dan membunuh nyamuk betina dewasa tetapi tidak dapat membunuh larvanya.Penggunaan insektisida kimia dalam pengendalian vektor secara berulang-ulang terbukti telah menimbulkan masalah baru, seperti halnya kurang mencapai sasaran ke tempat-tempat dimana serangga berada, juga karena insektisida dapat meninggalkan residu yang mencemari lingkungan. Insektisida kimia sintetik bersifat toksik terhadap organisme non target karena mempunyai spesifisitas yang rendah dan sudah banyak terjadi kasus resistensi serangga terhadap insektisida kimia sintesis (Klowden et al., 1983). Oleh karena itu perlu adanya ...
PENDAHULUANPertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan penduduk dalam meningkatkan taraf hidup menyebabkan adanya ketergantungan terhadap sumber daya lahan. Daerah Aliran Sungai Cilaja merupakan sungai yang memiliki fungsi yang beragam dan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Adanya fungsi lahan yang berbeda di sepanjang DAS Cilaja jika tidak dikelola dengan baik dapat merusak kondisi tanah dan mengurangi kualitas air DAS Cilaja. Rahayu, et. al. (2009) menyatakan bahwa sistem penggunaan lahan dengan penanaman tumbuhan tertentu dapat berdampak terhadap kondisi lahan dan kualitas sungai. Jenis tutupan lahan dapat mempertahankan kestabilan tanah serta menghindari erosi. Dengan adanya peruntukan lahan yang berbeda dan ditunjang dengan faktor abiotik lingkungan menyebabkan keanekaragaman tumbuhan yang berbeda di DAS Cilaja. BAHAN DAN METODE
ABSTRAKMasih rendahnya hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi dalam Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan masih belum memuaskan. Karakteristik mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang terkait dengan cabang ilmu lainnya menuntut mahasiswa menggunakan konsep-konsep cabang ilmu lainnya dalam mempelajari ekologi. Karakteristik tersebut menyebabkan tidak semua mahasiswa dapat memahami konsep ekologi dengan mudah. Diperkirakan apabila difasilitasi dengan metode yang memungkinkan mahasiswa menggunakan dan menghubungkan banyak konsep dapat membantu mahasiswa memahami konsep ekologi. Penelitian dilakukan dengan metode action research dalam dua siklus . Penerapan metode Pemecahan Masalah yaitu dengan mendisain praktikum sedemikian rupa sehingga masingmasing topik praktikum menjadi suatu masalah yang dipecahkan melalui observasi/penelitian sederhana diharapkan dapat mengoptimasi kemampuan mahasiswa karena sifat materi mata kuliah bersifat interdisipliner (melibatkan banyak konsep biologi lainnya) dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, selain itu juga pelaksanaan praktikum menjadi menarik, tidak membosankan. Pelaksanaan praktikum di luar kelas, dengan tempat yang terpisah, menggunakan Tutor sebaya yang dipilih dengan kualifikasi tertentu yang berperan sebagai katalisator, dinamisator, dan motivator dalam kerja kelompok sehingga pembelajaran lebih efektif. Hasil belajar mahasiswa menunjukkan rerata nilai tes awal = 13,16; nilai tes pertama = 78,81 dan nilai tes kedua = 68,68. Meskipun sudah ada peningkatan hasil belajar, namun masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lain. PENDAHULUANUniversitas Pendidikan Indonesia sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi harus ikut bertanggungjawab dalam mencari pembelajaran konsep Ekologi /lingkungan yang paling efektif. Suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa hasil belajar mahasiswa Biologi dalam Ekologi Tumbuhan masih belum memuaskan.
The result of evaluation on the Plant Ecology for student of Biological education was still low. It indicated that the learning process of this subject was not efective enough. Therefore, it has to be though, how to conduct this learning process of Plant Ecology learning effectively. The first step of Plant Ecology learning was selecting some student to be peer tuturs, then giving them instruction the practical exercise was carrying out by using peer tutors on learning concepts of each the practical topics. The method of practical exercise was small research, designing each topic of practical exercise as simple research. This method was expected to optimize the student ability. The study reavealed that the learning in practical exercise with peer tutor increasing the result of evaluation. It is shown that average of final test was 69.96 higher than primary test (48.8). The increasing result of evaluation is conducted with student motivation, whole activities of teacher and students. Peer tutors can be played as catalysator, dinamysator and motivator on groupe; small research made the learning process more interested, so the learning became more effectively.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.