Indonesia and Japan have experienced hydrometeorological disasters, primarily floods disasters every year. The two countries must experience few losses due to improper disaster management. However, along with the times, Japan, an expert in technology development, can reduce flood risk. Japan has established itself as a country that is an example for countries in disaster risk reduction. The Japanese government promotes a concept, namely "Build Back Better" to build a post-disaster area to restore the area to its original state and take opportunities to develop better than before. Meanwhile, Indonesia, a developing country incidentally, is still trying to reduce the risk of flood disasters that cause considerable losses to the nation. Therefore, this study aims to analyze the lessons learned from Japan for flood risk reduction in Indonesia. This study uses a qualitative descriptive method with data collection techniques through Focus Group Discussions (FGD) with professors and researchers from Japan and reviewing disaster risk reduction documents. The results of this study indicate that there are several keys to success that Japan has in reducing flood risk, such as a) a mindset to be able to make disasters a challenge for the better; b) policies and disaster management systems structure from the center to the regions; c) encourage the development of SETI (Science, Engineering, Technology, and Innovation) for disaster risk reduction to many sectors; and d) Japan's ambition in implementing Society 5.0 which is relevant to Disaster Risk Management (DRM).
Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah dengan ancaman abrasi dan gelombang ekstrem pada kategori tinggi. Abrasi dapat mengancam ekosistem laut dan menjadi masalah bagi tatanan kehidupan masyarakat yang berada di sekitar pantai yang berimplikasi terhadap keamanan insani. Kerentanan yang terdapat di masyarakat pesisir memperbesar ancaman bencana. Bermula dari masalah tersebut, penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi kapasitas masyarakat pesisir Pidie Jaya dalam menanggulangi ancaman bencana abrasi dan implikasinya terhadap keamanan insani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif dengan tipe deskriptif. Selain menggunakan data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara, FGD, dokumentasi, dan kajian literatur. Teknik analisis data menggunakan model Milles, Hubermen, dan Saldana, yaitu pengumpulan, kondensasi, dan penyajian terhadap data lalu dilanjutkan pengambilan keputusan. Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan kapasitas masyarakat pesisir Pidie Jaya dilakukan dengan pembentukan regulasi dan kelembagaan, penanaman pohon mangrove dan Alat Pemecah Ombak (APO). Bencana abrasi berimplikasi terhadap keamanan insani dengan hilangnya mata pencaharian, rumah tinggal, dan mengancam kesehatan.
Bencana banjir menjadi salah satu kejadian yang mengancam keselamatan manusia. Termasuk terjadinya bencana banjir di Kota Kediri tidak terlepas dari kurangnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Terjadinya bencana banjir di Kota Kediri pada masa lampau harus menjadikan pemerintah dan masyarakat lebih siap dalam menghadapi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan penanganan bencana banjir di Kota Kediri melalui mitigasi non-struktural guna mendukung keamanan insani. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan pengolahan data secara spasial dengan bantuan software ArcGIS 10.3. Dari analisis overlay didapatkan hasil bahwa Kota Kediri memiliki kerawanan terhadap bencana banjir. Kelas rawan banjir terbesar ada pada kategori tinggi sebesar 64,62% dari luas wilayah; sebesar 16,08% memiliki risiko sangat tinggi; kategori sedang sebesar 14,35%; kategori sangat rendah sebesar 3,12%; dan kategori rendah sebesar 1,83%. Tingginya risiko bencana banjir yang ada di Kota Kediri mengharuskan pemerintah daerah untuk merencanakan mitigasi bencana banjir non-struktural seperti membuat peta rawan bencana banjir sebagai wujud informasi dan tertuang dalam RTRW Kota Kediri, memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai langkah untuk tetap menjaga lingkungan, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri dari bencana banjir, dan melakukan penataan ruang di kawasan rawan bencana banjir sebagai upaya mengurangi risiko bencana.
The COVID-19 pandemic has entered a new phase with the discovery of new variants from several countries entering Indonesia. This epidemic is capable of destroying the joints of people's lives, such as health, education, politics, economics, social, culture, politics to the point of disrupting regional resilience. Various efforts have been made by the government in the context of dealing with COVID-19 which cannot be ascertained to end. This research has the aim of analyzing the other side of the COVID-19 pandemic in the form of local wisdom. This study uses descriptive qualitative data obtained through interviews, observation, and documentation. The analytical technique used is the Miles, Huberman, and Saldana model. The results of this study indicate that the local wisdom of Balla Ewako has the meaning of a tough house in the face of the COVID-19 pandemic. Balla Ewako is a tough village program by the South Sulawesi Regional Police which later became a movement for the community in dealing with the COVID-19 pandemic based on local wisdom. The Balla Ewako program has the goal of a strong village for health, food resilience. and security with direct community involvement. Balla Ewako has proven to be effective in tackling the COVID-19 pandemic by mobilizing all elements of the grassroots community.
Penelitian berjudul “Kesiapsiagaan Pemerintah Kabupaten Brebes dalam Menghadapi Bencana Banjir dimasa Pandemi Covid-19”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauhmana kesiapsiagaan pemerintah Kabupaten Brebes dalam menghadapi bencana banjir dimasa pandemi covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data meggunakan wawancara, pengamatan/observasi, dan dokumentasi. Sementara dalam melakukan analisis menggunakan teknik analisis model Miles, Huberman dan Saldana. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa 1). Pemerintah Kabupaten Brebes memiliki pengetahuan yang baik terhadap ancaman bencana banjir dan covid-19; 2). Pemerintah Kabupaten Brebes belum memiliki rencana kontijensi bencana banjir yang dihadapkan pada kondisi pandemi; 3). Sistem peringatan dini ancaman bencana banjir masih bersifat konvensional; 4). Pemerintah Kabupaten Brebes belum pernah melakukan simulasi banjir dimasa pandemi covid-19 5). Pemerintah Kabupaten Brebes telah melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana banjir. Adapun rekomendasi dari penulis yaitu 1). Merumuskan regulasi untuk penanggulangan bencana dimasa pandemi; 2). Menyiapkan lokasi tempat pengungsian yang memenuhi protkol kesehatan; 3). Memrumuskan rencana kontigensi ancaman bencana banjir dimasa pandemi; 4) Melatih relawan dala penanganan korban suspect covid-19; 5). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam hubungan sipil-militer.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.