Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pengatur suhu di hipotalamus, dapat disebabkan karena inflamasi atau peradangan, efek samping obat tertentu, aktifitas fisik yang berlebihan dan berada terlalu lama di lingkungan yang panas. Penanganan demam harus dilakukan sesegera mungkin sehingga perlu bagi ibu untuk memahami penanganan demam. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam penanganan demam pada anak balita (1-5 tahun) di RSU Fajar Sari Rejo Medan Polonia Tahun 2016. Jenis penelitian deskriptif korelasional dengan desain cross sectional dan pengambilan sampel dengan tekhnik accidental sampling jumlah 39 responden, menggunakan instrumen kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari 7 responden yang berumur 36-40 tahun sebanyak 5 responden (71,4%) berpengetahuan baik sedangkan pada kelompok umur 21-25 tahun, dari 8 responden hanya 3 responden (37,5%) yang berpengetahuan baik. Semakin bertambahnya umur seseorang akan terjadi peningkatan pada aspek psikis dan psikologis akibat bertambahnya informasi dan pengalaman, semakin matang dan dewasa. Dari 39 responden sebanyak 6 responden (100%) berpendidikan tinggi dan seluruhnya berpengetahuan baik sedangkan 15 responden yang berpendidikan dasar, hanya 2 responden (13,3%) berpengetahuan baik dan selebihnya (13 responden) berpengetahuan cukup. Seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi biasanya akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dari orang yang tingkat pendidikan formalnya lebih rendah. Dari 39 responden sebanyak 8 responden bekerja sebagai Pegawai swasta dan 1 responden bekerja sebagai PNS, seluruhnya berpengetahuan baik sedangkan dari 21 responden yang bekerja sebagai IRT, sebanyak 14 responden (66,7%) berpengetahuan cukup. Pekerjaan seseorang yang lebih berinteraksi dengan orang lain akan lebih banyak menerima informasi berupa pengetahuan dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu mempengaruhi pengetahuannya dalam penanganan demam pada balita.
Leukemia adalah jenis kanker darah, dimana sel darah putih diproduksi melebihi yang seharusnya ada.Leukemia adalah keganasan yang mewakili hampir sepertiga dari semua kanker pada anak, ditandai denganpucat, kelelahan, memar dan ptekie, nyeri tulang, demam, hepatosplenomegali, limfadenopati, anemia,neutropenia, dan trombositopenia. Terapi paling efektif untuk penyembuhannya adalah kemoterapi. Tujuanpenelitian untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi orangtua sebagai support sistemutama bagi anak dalam kepatuhan menjalani kemoterapi. Jenis penelitian deskriptif dengan desain crosssectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan analisis univariat dan bivariat dengan ujichi-square. Jumlah sampel 18 responden. Hasil penelitian dengan analisis univariat menunjukkan, tingkatsosial ekonomi responden mayoritas adalah keluarga sejahtera III sebanyak 8 responden (44,4 %), tingkatpengetahuan baik sebanyak 10 responden (55,6%) dan berdasarkan kelompok umur, sebanyak 7 responden(38,88%) kelompok umur 40-49 tahun, 6 responden (33.3%) kelompok umur 30-39 tahun. Analisis bivariat,menurut tingkat sosial ekonomi dari keluarga sejahtera III sebanyak 7 responden (38,8%) patuh, sedangkanyang tidak patuh pada keluarga sejahtera I dan II masing-masing sebanyak 2 responden (11,11%).Responden yang berpengetahuan baik dan patuh mengikuti kemoterapi sebanyak 8 orang (44,4%)sedangkan yang berpengetahuan kurang dan tidak patuh sebanyak 2 responden (11,1%). Berdasarkankelompok umur 30-39 tahun, dari 6 responden sebanyak 5 responden (83,3%) patuh, kelompok usia 50-59tahun dari 2 responden sebanyak 1 responden (50%) tidak patuh. Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuanmerupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi kepatuhan orangtua dalam menjalankan kemoterapibagi anaknya, sehingga disarankan bagi petugas kesehatan untuk memberikan seluas-luasnya informasitentang penyakit leukemia dan pengobatan yang efektif (kemoterapi) kepada orangtua dengan anak penderitaleukemia dalam menjalankan kemoterapi.
Low Birth Weight (LBW) babies are babies with birth weight <2500 grams. LBW is susceptible to various health problems, especially a decrease in body temperature due to the baby’s inability to adapt to extrauterine temperature or hypothermia. Hypothermia is the baby’s temperature <36,5ºC. Hypothermia is a symptom and is often an early manifestation of a disease, which can end in death. Hypothermia cause hypoglycemia, metabolic acidosis and respiratory distress. BBLR complications one of which is the instability of body temperature because it is necessary to maintain a stable method of sticking to the skin to maintain its stability. The purpose of this study was to see the effect of the application of the Kangaroo method and the method of attaching the mother’s chest skin to the baby’s back skin to temperature stability at LBW. Quasi-experimental research methods, conducted in June - September 2018. Samples were 60 infants with consecutive sampling techniques. Results: Intervention of the Kangaroo method, the mean before and after the intervention 23.83, while the intervention method of attaching the mother’s chest skin to the baby’s back skin, the mean before and after the intervention amounted to 37.17 with Asym.sig.(2-tailed)=0.002. The average body temperature of infants with the intervention method of attaching the mother’s chest skin to the baby’s back skin approaches normal (36.5933ºC). Research conclusion : there is a difference in the effect of applying the Kangaroo method with the method of attaching the mother’s chest skin to the baby’s back skin to the LBW temperature stability or in other words, the method of attaching the mother’s chest skin to the baby’s back skin is more effective at stabilizing the LBW body temperature compared to the Kangaroo method. Suggestion : application of the method of attaching the mother’s chest skin to the baby’s back skin in LBW treatment with thermoregulation problems. Keywords: low birth weight;kangaroo method; method of attaching chest to back skin;temperature
Finger painting adalah kegiatan melukis dengan jari untuk melatih kemampuan otot tangan dan jari sertauntuk melatih daya imajinasi anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh finger painting terhadapkemampuan motorik halus pada anak usia 3-5 tahun di Yayasan Puteri Sion Medan.Jenis dan desainpenelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu)dengan rancangan penelitian onegrouppretest-posttest design. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar ceklis Denver IIdan peralatan seperti kubus 8 buah, pensil, kertas gambar dll sedangkan alat untuk intervensi fingerpaintingmenggunakan pewarna, pensil, kertas gambar, air, dan tissue. Populasi penelitian adalah anak usia 3-5 tahun yang merupakan murid di Yayasan Puteri Sion Medan. Sampel diambil dengan teknik total samplingsebanyak 19 orang anak. Hasil uji statistik t-test menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halussebelum dan setelah dilakukan intervensi finger painting yaitu 0,004 dengan tingkat kemaknaan p<0,05.Kesimpulan penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak umur 3-5 tahundi Yayasan Puteri Sion Medan sebesar 0,29 kali lebih baik setelah dilakukan intervensi fingerpainting.Diharapkan guru-guru memberikan finger paintingsebagai salah satu kegiatan bermain pada anakumur 3-5 tahun di Yayasan Puteri Sion Medan.
Perkembangan bahasa merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Bercerita bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan bahasa anak menggunakan instrument Denver II sebelum dan setelah dilakukan metode bercerita dengan gambar pada anak usia 3-5 tahun. Jenis dan desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar ceklis Denver II. Populasi dalam penelitian adalah anak usia 3-5 tahun yang merupakan murid di Yayasan Putri Sion Medan. Sampel diambil dengan teknik total sampling sebanyak 19 responden. Hasil penelitian menyebutkan sebelum intervensi bercerita dengan gambar, kemampuan bahasa anak berada pada kategori keterlambatan ada sebanyak 3 orang (15.8%) sedangkan setelah intervensi bercerita kemampuan bahasa paling rendah adalah kategori peringatan sebanyak 3 anak (15.8%). Dari hasil uji statistik didapat hasil yang signifikan dimana P=0,000 dengan nilai rata-rata 0.79 artinya terdapat peningkatan kemampuan bahasa pada anak sebesar 0.79 kali setelah dilakukan intervensi bercerita dengan gambar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak : ada pengaruh bercerita dengan gambar terhadap kemampuan bahasa anak umur 3-5 tahun. Disarankan kepada guru-guru di Yayasan Puteri Sion Medan melakukan kegiatan metode bercerita sesering mungkin untuk meningkatkan kemampuan bahasa pada anak.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.